Minggu, 30 Oktober 2016

HIKMAH 222-239

222.
“ MENCINTA PASTI JADI BUDAK YANG DI CINTA”

٭ ماَاَحْبَبْتَ شَيْـءـًا الاَّ كُنْتَ لَهُ عبْدًا وَهُوَ لاَيُحِبُّ انْ تكُونَ لِغيْرِهِ عَبْداً ٭
222. “ Tiada engkau mencintai sesuatu melainkan pasti engkau menjadi budak(hamba) dari apa yang engkau cintai, dan Alloh tidak suka bila engkau menjadi hamba sesuatu selain dari pada-Nya.”
Hati itu bila mencintai sesuatu pastilah selalu menghadap dan tunduk pada sesuatu tersebut, dan selalu taat pada semua perintahnya.
 Rosululloh saw. Bersabda : Celakalah hamba dinar, dirham, baju, permadani dan istri, celaka dan rugi, dan umpama terkena duri semoga tidak keluar.”
Al-Junaid berkata : Engkau takkan mencapai hakikat ‘Ubudiyyah (penghambaan), selama engkau masih diperbudak oleh sesuatu selain Alloh, yaitu harta, istri atau lain-lainnya.
Syeih As-Syibly ra. Dan seorang muridnya yang diberi pakaian jubah seseorang, sedangkan syeh Syibli sedang memakai  kopiyah dikepalanya, sehingga terbesit dalam hati simurid senang dengan kopiyahnya, untuk dikumpulkan dengan jubahnya, melului kasyafnya Syeih Syibly mengetahui keinginan hati simurid , lalu oleh Syeih dilepaskannya jubah si murid lalu dikumpulkan dengan kopiyahnya, lalu dilemparkan keduanya keapi, Syeih Syibli lalu berkata: sekarang sudah tidak ada lagi dalam hatimu ketertarikan selain Alloh.

223-224.
" TAAT DAN MAKSIYAT ITU TIDAK BERGUNA BAGI ALLOH”

٭ لاَ تَنْفَعُكَ طاَعَتُكَ ولاَ يَضُرُّهُ مَعْصِيَّتُكَ وَاِنّمَا اَمَرَكَ بِهٰذِهِ وَنَهَاكَ عَنْ هٰذِهِ لماَ يَعُودُ عليْكَ ٭
223. “ Ketaatan(ibadah)mu itu tidak bermanfaat (berguna) kepada Alloh, dan maksiyatmu itu tidak bisa memberi mudhot(bahaya) pada Alloh, dan Alloh memerintahkan kamu berbuat taat dan melarang kamu dari maksiyat (dosa) itu untuk kepentingan kamu sendiri(manfaat dan mudhorotnya kembali padamu sendiri).”
  Alloh itu dzat yang maha kaya dari segala sesuatu, dan semua makhluk itu butuh kepada Alloh.  Hanya sebab rahmat dan belas kasih Alloh, dan kepentingan dan kebaikan hamba itu sendiri sehingga Alloh memerintah bertaat dan melarang maksiyat, perintah dan larangan itu sama sekali tidak berguna atau merugikan Alloh.
                                        
٭ لاَيَزِيدُ فِى عِزِّهِ اِقبَالُ مَنْ اَقْبَلَ عليهِ ولاَ يَنْقُصُ من عِزِّهِ اِدْبارُ مَنْ اَدْبَرَ عَنْهُ ٭

224. “ Datang menghadapnya orang yang menghadap(taat) itu sama sekali tidak menambah kemuliaan dan kejayaan Alloh, dan menjauhnya orang yang menjauh kepada Alloh itu tidak akan mengurangi kemuliaan Alloh.”
     Kemuliaan dan kejayaan Alloh itu sifatnya azaly dan langgeng, yakni : Alloh dzat yang mulia sebelum adanya makhluk, dan tetap mulia sesudah menjadikan makhluk, jadi kemuliaan Alloh itu tidak dapat bertambah atau berkurang.
Dalam hadits Qudsy Alloh berfirman :
لوأنّ اولكم واَخركم واِنسكم وجِنـَّكم كانوا على أتقى قلب رجل واحد مازاد ذالك فى ملكى شيـءـاً، ولو أن اولكم واَخركم واِنسكم وجِنـَّكم كانوا على أفجَرِ قلب رجلٍ واحدٍ مانقص ذالك من ملكى شيـءـاً
 “Hai hambaku,andaikan orang yang pertama hingga yang terakhir dari kamu, dari bangsa manusia dan bangsa jin, semua berbuat taqwa sebaik-baik hati seorang diantara kamu, maka yang demikian itu tidak menambah kekayaan-Ku sedikitpun, dan sebaliknya jika semua itu berbuat sejahat-jahat perbuatan seorang diantara kamu, maka yang demikian itu tidak mengurangi kekuasaan kerajaan-Ku sedikitpun.”


225-226.
 “PENGERTIAN WUSHULNYA HAMBA”

٭ وُصُولُكَ الَى اللهِ وُصولُكَ الىَ العلمِ بِهِ وَالاَّ فَجَلَّ رَبُّنَا اَنْ يَتـَّصِلَ بِهِ شَىءٌ او تَتـَّصِلَ هُوَ بِشىءٍ ٭
225. “Wushul(sampai)mu kepada Alloh itu sampaimu kepada ilmu yaqin atau makrifat yang sempurna terhadap Alloh, kalau tidak begitu, Tuhan itu maha agung,  muhal kalau sesuatu itu bertemu (bersambung) dengan Alloh atau Alloh itu bertemu (bersambung) dengan sesuatu.”
Sampai kepada ilmu yaqin/makrifat berarti : dengan mengtahui/meyaqini bahwa Alloh itu satu dalam dzat, sifat dan af’al-Nya, Sempurna dalam kesempurnaan-Nya, dan meyakini kalau Alloh itu lebih dekat kepadamu daripada dirimu.
Maksud dari muhal kalau sesuatu itu bertemu (bersambung) dengan Alloh yaitu : seperti bertemu /bersambungnya sebagian bentuk/benda dengan bentuk lainnya, atau Alloh itu bertemu (bersambung) dengan sesuatu, : tidak ada dekat kepada Alloh, dan sampai(wushul) kepada-Nya, seperti dekat , bertemu /   sampainya  beberapa bentuk/jisim.

٭ قُربُكَ مِنهُ ان تَكُونَ مُشَاهِداً لِقُرْبِهِ منكَ والاَّ فمِنْ اَيْنَ انْتَ وَوُجُودَقُربِهِ ٭
226. “ Dekatmu kepada Alloh itu kalau kamu melihat(memperhatikan) dekatnya Alloh kepdamu,  kalau tidak demikian, maka darimanakah engkau dan adanya kamu dekat dengan Alloh.”
  Hakikat dekatmu kepada Alloh itu jika engkau selalu sadar melihat dekatnya Alloh kepadamu.  Dan Alloh itu tidak ada tubuh dan benda, akan tetapi Alloh itu Tuhan yang suci dari sifat-sifat yang berubah, Alloh itu bersifat dengan sifat- yang luhur dan sempurna. Dan bagaimana kamu bisa dekat dengan Alloh sepert dekatnya jisim/tubuh?..

227.
“ILMU LADUNNY”

٭ الحَقاَءِـقُ تَرِدُ فِىحالِ التـَّجَلِّى مُجْملة ًوَبَعْدَ الوَعِى يَكوُنُ البَيَان ُ .فَاِذاَ قَرأْناَهُ فاَتـَّبِعْ قُرْاٰنهُ ثـُمَّ انَّ علينَا بيانهُ. ٭
227. “Ilmu-ilmu hakikat yang diturunkan kedalam hati hamba-Nya, itu dalam keadaan Tajalli  itu secara ringkas/singkat(yakni : secara singkat sja tidak terperinci). Dan apabila sudah menetap dalam hati hamba barulah jelas keterangannya, Alloh berfirman : (Hai Muhammad)Maka apabila kami bacakan (Al-qur’an lewat malaikat jibril), maka ikutilah bacaannya, kemudian kami yang akan menerangkannya (lewat lisanmu kepada umatmu).”
Yang dimaksud Hakikat dalam hikmah ini yaitu : ilmu Ladunny, yangAlloh berikan kepada hamba-Nya yang makrifat billah, yang datangnya ilmu itu langsung dari Alloh, tanpa lewat proses belajar seperti umumnya ilmu.
Maksud Tajalli, yaitu : Alloh memperlihatkan dirinya secara jelas dalam hati hamba-Nya(manifestasi keTuhanan). Dan ketika hakikat(ilmu Ladunny) itu sudah menetap dalam hati hamba barulah jelas keterangan (penjelasan dan perincian)nya, dan semua cocok dengan ilmu syari’at, baik dengan dalil Aqliyyah maupun dalil Naqliyyah.
  Syeih Abu Bakar Al-Warroq berkata : ketika saya sedang berada dihutan bani Isra’il tiba-tiba tergeraklah dalam hatiku bahwa ilmu hakikat itu berlawanan dengan ilmu syari’at, mendadak terlihat olehku seorang yang berada dibawah pohon dengan menjerit dan memanggil : Hai Abu Bakar tiap-tiap hakikat yang bertentangan dengan syari’at itu kekufuran.

228-234.
“AL-WARID AL-ILAHIYYAH”

٭ مَتٰى وَرَدَتِ الوَارِداَتُ الاِلٰهِيَّةُ عليكَ هَدَمتِ العَوَاءـدَ عليكَ .اِنَّ المُلُوكَ اِذ ْدخَلُوا قـَرْيَة ً اَفـْسَدُوهاَ. ٭

228. “ Ketika datang kepadamu al-waaridatul-Ilahiyyah, maka warid itu akan menghancurkan/melenyapkan kebiasaan-kebiasaan(hawanafsu)mu, seperti isyaroh firman Alloh : “Sesungguhnya raja-raja (dan balatentaranya) jika masuk (menjajah) kedesa/negara,  mereka akan merusaknya(merubah desa).”
Yang dimaksud al-Waaridatul-Ilahiyyah dalam hikmah ini yaitu :rasa cinta dan rindu yang sangat, yang diberikan Alloh kedalam hati hamba-Nya, atau juga rasa ketakutan yang sangat, sehingga bisa menghancurkan dan mengeluarkan kebiasaan dan kesenangan hawa nafsu, dan bergegas menuju makrifat dan ridho-Nya. Sebagaiman diterngkan dalam hikmah ke 215.

٭ الوَارِدُ يَاءتِى مِنْ حَضْرَةِ قهَّارٍ.لاَجْلِ ذٰلكَ لاَ يُصَادِمهُ شىءٌ الاَّ دَمَغَهُ . بَلْ نَقـْذِفُ بِالحَقّ ِ علَى الباَطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَاذاَهُوَزاهِقٌ. ٭
229. “ Warid itu datang dari Dzat asma Al-Qohhar (dzat yang perkasa tidak ada yang mengalahkan-Nya), karena itu bila warid datang, maka tiada sesuatu yang berhadapan dengannya melainkan dimusnahkannya, Alloh berfirman : “Bahkan kami melemparkan yang hak diatas yang bathil, lalu ia memusnahkannya. Maka yang bathil itu lenyap.”
Dalam hikmah ini Mu’allif menjelaskan tentang Alwarid yang datang kedalam hati hamba dari asma Alloh Al-Qohhar(maha perkasa), maka semua yang ada dari hawa nafsu, aghyar (semua selain Alloh) yang ada dalam hati akan dimusnahkan dengan keperkasaan-Nya. Sehingga hamba yang diberi warid itu semuanya menjadi hak. Yang dimaksud al-Bathil yaitu : segala sesuatu selain Alloh.

٭ كَيْفَ يَحْتَجِبُ الحَقّ ُبِشىءٍ والَّذِى يَحتَجِبُ بِهِ هُوَ فِيهِ ظَا هِرٌ وَمَوجُودٌ حَاضِرٌ ٭
230. “Bagaimana mungkin Al-Haq (Alloh) itu terhijab sesuatu, padahal Allohitu wujud dan nyata juga hadir pada segala sesuatu yang kau anggap hijab itu.”
Dalam kitab ini beulang-ulang kali Mu’allif Syeih ibnu ‘Atho’illah menerangkan tentang Alloh itu tidak bisa dihijab dengan segala sesuatu, 
٭ كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهوالذى ظهرلِكلّ شيىءٍ ---- الخ٭ (hikmah ke 16 "Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Alloh dapat dihijab [dibatasi tirai] oleh sesuatu padahal Alloh yang menampakkan [mendhahirkan] segala sesuatu."sampai hikmah ke 23).Al-warid, biasa juga disebut Al-Ahwal, dan Ahwal itu biasanya menimbulkan al-Amal, maka dari itu selanjutnya Muallif menerangkan tentang amal.

٭ لاَ تيأَسْ من قَبولِ عملٍ لَمْ تجِدْ فِيهِ وجوْدُ اْلحُضَُورِ فَرُبَّماَ قبِلَ من العملِ مالم تُدْرِكْ ثمْرَتَهُ عاجِلاً ٭
231. “ Jangan putus asa dari diterimanya amal yang belum bisa hadirnya hati (khusuk) karena Alloh,  sebab terkadang (ada kemungkinan ) Alloh menerima amalmu itu padahal kamu belum bisa merasakan (menemukan) buahnya amalmu dengan segera.’
   Sudah diterangkan dalam hikmah-hikmah terdahulu, bahwa buahnya amal (yakni : merasakan manis dan enaknya amal dalam hati ketika mengerjakan amal), itu bagian tanda diterimanya amal tersebut.
Walaupun demikian terkadang Alloh itu menerima amal yang belum bisa merasakan buahnya, yang terpenting kamu selalu berusaha taqwa kepada Alloh lahir dan batin, ikhlas Lillah dalam beramal, dan kamu jangan putus asa karena buahnya amal itu hanya sebagian alamat/tanda diterimanya amal, sedang kan tanda itu tidaklah pasti terjadi.
 Dan jangan kamu meninggalkan amal sebab belum bisa hadirnya hati kepada Alloh, atau belum bisa merasakan buahnya, tapi kewajiban bagimu yaitu dawam/selalu mengerjakan amal itu sampai bisa mendapatkan buahnya amal, barang siapa yang mau selalu mengtuk pintu, pastilah dia akan masuk kepintu tersebut.
Adalah seorang ‘Abid yang selama empat puluh tahun berada di Makkah, dan selalu berdo’a : Labbaika Allohumma Labbaik, lalu ada hatif yang mengatakan : tidak, kamu tidak hadir dan tidak beruntung, dan hajimu ditolak(tidak diterima), dan ‘Abid tersebut selalu mengerjakan amalan tersebut, dan tidak meninggalkannya,  suatu hari ada seorang laki-laki datang kepadanya dan memanggilnya : ya ‘abid labbaik(kesini), lalu ada jawaban hatif,: La Labbaik,lalu lelaki tersebut berdiri  dan terbesit dalam hatinya : orang ini ditolak. Lalu Abid memnggil tuannya, hai tuanku , engkau mengatakan Labbaik, dan ada jawaban La labbaik, si ‘Abid menerangkan : ini yang terjadi padaku selama empat puluh tahun, aku selalu mendengar perkataan tersebut, tetapi aku selalu bertahan didepan pintu-Nya, walaupun aku ditolak seribu kali aku tidak akan meninggalkan pintu tersebut, Sampai Allohmenerimaku, maka ketika ‘Abid mengatakan Labbaik,  lalu ada jawaban dari Alloh :  Labbaika – wa-sa’daika. WAllohu a’lam.
٭ لاتُزَكِّيَن َّ واَرِداً لاَتَعلَمُ ثَمرَتهُ فلَيسَ المرَادُمن السَّحابةِ وجودُ الاَمطاَرِ انـَّما المُرَادُ وجَُودالاَثـْمَارِ ٭
232. “ Jangan membanggakan (menganggap baik) terhadap Warid, yang belum engkau ketahui buahnya,sebab bukan yang diharapkan dari awan itu sekedar hujan, tapi tujuan(harapan) yang utama yaitu adanya buah dari pepohonan(tanaman).”
   Apabila warid datang dari Alloh kedalam hatimu, akan tetapi tidak menjadikan kamu cinta kepada Tuhanmu, semangat melaksanakan taat kepada-Nya dengan memenuhi hak-hak-Nya , jangan kamu merasa bangga/ senang dengan warid seperti ini, karena buah dari pada warid dalam hati itu bisa merubah sifat-sifat hati yang jelek menjadi terpuji, sperti keterangan hikmah yang terdahulu.  Sebagaiman isyaroh dari Muallif tentang datangnya awan tujuan utamanya bukan sekedar hujan, tapi hasilnya bumi setelah datangnya hujan yakni berupa buah dari tanaman. Begitu juga dengan datangnya Warid/ahwal bukan sekedar amal yang hudhur, tapi yang lebih utama yaitu hasilnya Ridho, syukur, dan masuk kedalam An-Nur, dan kemuliaan berjumpaAlloh Al-Ghofur (yang maha pengampun).
Ingatlah !! terkadang warid/ahwal itu bisa menjadi hijab, bagi orang yang berhenti dan bangga pada warid tersebut. Sebagian ulama mengatakan : Takutlah kamu dengan rasa manis/enaknya taat, karena itu bagaikan racun yang membunuh, bagi orang yang berhenti pada rasa tersebut, janganlah kamu menjadi hambanya hal/warid, tapi jadilah hambanya yang memberi hal/wari (yakni Alloh).

٭ لاَتـَطْلـُبَنَّ بَقَاءَ الوَرِدَاتِ بعدَ انْبَسَطَتْ اَنـْوَارَهاَ واَوْدَعَتْ اسْرَارهَا فلكَ فى اللهِ غِنىً عَنْ كُلِّ شَىءٍ وليسَ يُغْنيْكَ عنهُ شىءٌ ٭
233. “ Jangan meminta tetapnya warid, setelah kau merasakan/mendapatkan nur-nurnya, dan tertangkap semua rahasia-rahasianya, maka cukuplah bagimu mengabdi kepada Alloh sehingga tidak membutuhkan sesuatu yang lain-Nya,sebab tidak ada sesuatu yang bisa mencukupi kamu tapa pertolonganAlloh.”
Maksud dari mendapatka Anwar/nurnya warid yaitu :  yaitu rusak dan hancurnya kebiasaan hawa nafsumu, sehingga hati menjadi bersih dari syahwat jasmaniyyah dan kebiasaan nafsum sehingga lahir dan batinnya hanya menghamba kepada Alloh. Maksud dari : setelah tertangkap rahasia-rahasia warid, yaitu adanya Yaqin, Tuma’ninah dan makrifat dalam hatimu, dan adanya Zuhud, Ridho, dan Taslim, dan munculnya rasa Khusyuk, tawadhu’ dan hinanya diri, dalam hati. Itu semua sebagai tanda Al-Warid Al-Ilahiyyah.
Dan ketahuilah bahwa semua warid, adanya anwar(cahaya-cahaya), tingkat-tingkat maqom kewalian dll, itu semua semata-mata anugerah dari Alloh kepada hambanya,  karena itu hamba tidak boleh bergantung kepada semua itu, tapi cukuplah bergantung pada Alloh, dan mengabdi kepada-Nya.
   Syeih Abu Sulaiman Ad-daroni ditanya apakah paling utamanya perkara yang bisa mendekatkan diri (taqorrub) kepada Alloh? beliau menjawab :  Supaya Alloh mengetahui bahwa dalam hatimu tidak mengharapkan sesuatu kecuali hanya Alloh, baik itu didunia maupun diakhirat.

٭ تـَطـَلُّعُكَ اِلٰى بقاءِغَيرِهِ دَلِيلٌ علٰى عدمِ وِجْدَانِكَ لهُ واسْتِحياَشُكَ لفِقدَانِ ماَسوَاهُ دليلٌ علٰى عدمِ وُصْلتكَ بهِ ٭
234. “ keinginanmu untuk tetapnya sesuatu selain Alloh itu sebagai bukti bahwa kau belum bertemu Alloh, dan kerisauan mu karena kehilangan sesuatu selain Alloh itu bukti belum wushulnya kamu kepada Alloh.”
  Mengharap tetapnya sesuatu itu berarti cinta pada sesuatu tersebut, dan barang siapa mencintai sesuatu pasti dia menjadi hamba sesuatu yang dicintai, begitu juga mengharap tetapnya warid, maqom,dan lain-lain itu menujukkan kalau dia belum menemukan Alloh, dan barang siapa masih berhajat kepada selain Alloh itu berarti ia belum makrifat kepada Alloh,  dan barang siapa masih risau/susah sebab kehilangan ahwal atau warid atau lainnya, itu berarti ia belum sampai/Wushul kepada Alloh. Karena orang yang sudah sampai itu tidak akan merasa risau/susah sebab kehilangan sesuatu selain Alloh. Dan itulah bukti ia telah mencapai derajat yang tinggi, akan tetapi selama masih menginginkan tetapnya sesuatu atau susah dengan hilang/tidak adanya sesuatu, maka itu suatu bukti bahwa ia belum mencapai derajat hakikat.

235-237
  “NIKMAT DAN ADZAB RUH”

٭ النـَّعِيمُ وَاِنْ تنَوَّعَتْ مظَاهِرُهُ انماَ هُوَ بِشُهُودِهِ واقتِرَابهِ . والعذاَبُ واِنْ تنَوَّعَتْ مظَاهِرُهُ انماَ هُوبَِجُودِحجابهِ فَسَببُ العذابِ وُجودُ الحجابِ واتمامُ النـَّعِيْمِ بِاالنـَّظَرِ الىٰ وَجْهِهِ الكَريمِ ٭
234.  “ Nikmat itu meskipun bermacam-macam bentuk dan tempat lahirnya, itu semua hanya disebabkan karena melihat dan dekat dengan Alloh, demikian pula siksa walaupun beraneka macam bentuk dan tempat lahirnya itu hanya karena terhijabnya dari Alloh, maka sebabnya siksa itu karena adanya hijab, dan sempurnanya nikmat yaitu melihat kepada Dzat Alloh yang maha mulia.”
  Sesungguhnya nikmat yang hakiki itu ketika seorang hamba melihat dzat Alloh, dan adzab yang hakiki yaitu bila seseorang terhijab dariAllohAlloh berfirman : “Beberapa wajah manusia kelak berseri-seri, dapat melihat wajah Tuhannya.
 Seorang Hamba bisa melihat Alloh didunia ini dengan mata hati(bashiroh), dan besok di akhirat dengan mata kepala. Nikmat melihat Alloh itu sebesar-besarnya nikmat yang tiada bandingnya, sehingga ketika manusia disurga ditanya oleh Tuhan : Apakah yang kamu rasa masih kurang, dan yang akan kamu minta?  Jawab mereka : kami sudah puas, dan tidak ada keinginan untk meminta apa-apa lagi, tiba-tiba Alloh membuka hijab untuk bisa melihat wajah/Dzat Alloh, maka saat itulah mereka merasa tidak ada nikmat yang lebih besar daripada melihat Dzat Alloh.

٭ ماتجدُالقـُلُوبُ منَ الهُمُومِ والاَحزاَنِ فَلا َجْلِ ما مُنِعْتَ منوجودِالعيانِ ٭
236.  “ Semua yang dirasakan oleh hati dari berbagai macam kerisauan dan kesusahan, itu semata-mata karena masih tertahan belum dapat melihat (musyahadah) kepada Alloh.”
  Seumpama hati manusia bisa melihat/musyahadah kepada Allohtentulah tidak ada rasa susah dan risau.
 Sebagaiman kisah sayyidina Abu Bakar ketika berada digua tsur bersama Rosululloh, saat dikejar oleh kafir quraisy, Abu Bakar merasa risau dan sedih hati, Rosululloh mengingatkan :
 يا ابا بكر ماظَنّـُك باثنينِ اللهُ ثالثهما  “ Hai  Abu Bakar,Apakah kau mengira kita ini berdua, Alloh yang ketiga.” Alloh berfirman :  لاتحزَنْ انَّ اللهَ معَناَ
“Jangan susah/risau, sesungguhnya Alloh besert kita.” Pada saat itu Abu Bakar berada di maqom Yaqin, tapi belum Syauhud, maka Rosullulloh menunjukkan bahwa Maqom Syuhud itu diatas maqom Yaqin.
 Syeih As-Syblyi ra. Berkata : siapa yang benar-benar mengenal (makrifat) kepada Alloh, tidak akan ada risau dan kesusahan selama-lamanya.
Alloh berfirman : الاَ  اِنَّ اولياءَاللهِ لا خوفٌ عليهِمْ ولاهُمْ يَحْزَنـُونَ
“ Ingatla, sesungguhnya para waliyulloh itu tidak ada rasa takut dan tidak merasa berduka cita/susah.”
٭ مِن تـَماَم النِّعْمةِ عليكَ ان يَرْزُقَكَ ما يكفيكَ ويَمْنعُكَ ما يُطغِيكَ ٭
237. “Sebagian dari sempurnanya nikmat bagimu, jika Alloh memberi rizki yang cukup  kepadamu,  dan menahan daripadamu apa yang dapat menyesatkan kamu.”
   Sempurnanya nikmat dari Alloh kepada hambanya yitu apabila Allohmemberi kecukupan rizqi sehingga tidak bergantung pada selain Alloh, yakni merasa cukup dengan semua pemberian Alloh (al-Ghina billah).baik urusan kemanusiaan yang berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal. Dan urusan keruhanian yang berupa ilmu, amal dan makrifat billah.  Dan menahan /menjaga dari perkara yang menjadikan tersesat sehingga melupakan Alloh. Itulah nikmat yang sempurna.
 Rosululloh bersabda : “sedikitnya rizki yang cukup itu lebih baik dari pada rizki yang banyak yang melalikan/menyebabkan lupa kepadaAlloh.  Rosululloh juga bersabda : Bukannya kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sesungguhnya ialah kaya hati/tenagnya jiwa. Sabda Rosululloh : Sebaik-baiknya Dzikir itu yang tersembunyi (dalam hati), dan sebaik-baiknya rizki itu yang mencukupi”

238-239.
“TETAPNYA KESENANGAN”

٭ لِيَقِلَّ ماتـَفـْرَحُ بهِ يَقِلَّ ما تَحزَنُ عليهِ ٭
238. Sedikitkan/ kurangi kesenanganmu pada sesuatu(dunia), maka sedikit pula kesusahanmu sebab sesuatu tersebut.”
 Kalau kamu menginginkan langgengnya kesenanganmu, maka jangan kamu memiliki sesuatu yang menjadikan susah apabila hilang/rusak, karena susah mu itu menunjukkan cinta/senangmu pada sesuatu.
Ada seseorang ditanya : mengapa engkau tidak pernah susah ? jawabnya : karena saya tidak pernah menyimpan barang yang akan menyusahkan saya bila hilang, sebab yang menyenangkan itu pula yang menyusahkan, jika sedikit maka sidikit pula, jika banyak yang di senangi, maka banyak pula yang akan menyusahkan.
Sebuah cerita : seorang Raja yang mendapatkan hadiah berupa gelas dari pirus yang bertaburkan permata yang sangat berharga, raja merasa sangatlah senang dengan hadiah tersebut, ia menunjukkan hadiah itu pada seorang ahli hikmah : bagaimana pendapatmu tentang hadiah ini ? jawab hukama’ : itu suatu musibah dan kefakiran.  Tanya raja: kok bisa begitu ? jawabnya : jika gelas itu pecah itu menjadi bala’ sebab tidak bisa di tambal, jika tercuri kau akan menjadi fakir sebab kau membutuhkannya, dan tidak ada gantinya. Tidak lama kemudian gelas itu pecah, maka benar, raja menjadi susah dan merasa mendapat bala’ dan sangat menyesal, lalu berkata : Benar, kata ahli hikmah itu.

٭ انْ اَرَدتَ ان لا تُعْزَل َفلاَ تُعْزَلَ فلا تَتَوَلَّ وِلاية ًلاتَدُومُ لكَ ٭
239. “ Jika kamu tidak ingin dipecat (dari wilayah kekuasaanmu), maka janganlah memangku jabatan (kekuasaan) yang tidak akan tetap bagimu untuk selamanya.”
Wilayah/kekuasaan yang tidak langgeng yaitu kekuasaan makhluk, seperti harta benda, jabatan, keterkenalan dan lain-lain. Sedangkan kekuasaan yang abadi(langgeng) yaitu kekuasaan Alloh ‘azza wajalla.
 Seorang yang berakal sehat yaitu orang yang tidak terpengaruh oleh sesuatu jika ada/tiba menyebabkan repot/sibuk, dan bila hilang menyebabkan susah dan menyesal.  Syeih Junaid al-Baghdady berkata : Seorang yang berakal sehat itu yang menyelidiki segala sesuatu, mencari yang lebih utama untuk dikerjakan dan didahulukan daripada yang lainnya, dan mengikuti petunjuk Alloh dan RosulNya, dalam membedakan apa yang berguna dan berbahaya baginya dunia dan akhiratnya.