Minggu, 30 Oktober 2016

HIKMAH 25-35

25. “TANDA-TANDA KEBODOHAN”

٭ ماتركَ من الجهلِ شيْـءـاًمن ارادَ ان يُحدِثَ فى الوَقتِ غيرَمااظهرهُ اللهُ فيهِ ٭

25."Tiada meninggalkan sedikitpun dari kebodohan, barangsiapa yang berusaha akan mengadakan sesuatu dalam suatu masa, selain dari apa yang dijadikan oleh Alloh di dalam masa itu."

Sungguh amat bodoh seorang yang mengadakan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Alloh. Pada Hikmah lain ada keterangan: Tiada suatu saat pun yang berjalan melainkan di situ pasti ada takdir Alloh yang dilaksanakan.
 Alloh berfirman: "Tiap hari Dia [Alloh] menentukan urusan." Menciptakan, menghidupkan, mematikan, memuliakan, menghinakan dan lain-lain. Maka sebaiknya seorang hamba menyerah dengan ikhlas kepada hukum ketentuan Alloh pada tiap saat, sebab ia harus percaya kepada rahmat dan kebijaksanaan kekuasaan Alloh

26. “JANGAN MENUNDA AMAL”

٭ اِحالتكَ الاَعمالِ علىٰ وجودِ الفراغِ من رعوناتِ النـَّفـْسِ ٭


26."Menunda amal perbuatan [kebaikan] karena menanti kesempatan lebih baik, suatu tanda kebodohan yang mempengaruhi jiwa.

  Seorang murid apabila terlalu disibukkan dengan urusan dunianya, yang bisa menghalangi amal yang menyebabkan dekat dengan Alloh, sehingga dia menangguhkan amal menunggu kesempatan yang tidak sibuk itu dinamakan kumprung/kebodohan.
 Kebodohan itu disebabkan oleh: 1. Karena ia mengutamakan duniawi. Padahal Alloh subhanahu wata’ala berfirman: ‘’Tetapi kamu mengutamakan kehidupan dunia, padahal akhirat itu lebih baik dan kekal selamanya.’’
 2. Penundaan amal itu kepada masa yang ia sendiri tidak mengetahui apakah ia akan mendapatkan kesempatan itu atau kemungkinan ia akan dijemput oleh maut yang setiap saat selalu menantinya.
 3. Kemungkinan azam, niat dan hasrat itu menjadi lemah dan berubah. Seorang penyair berkata: ‘’Janganlah menunda sampai besok, apa yang dapat engkau kerjakan hari ini. Waktu sangat berharga, maka jangan engkau habiskan kecuali untuk sesuatu yang berharga.

27. “JANGAN MINTA DIPINDAH DARI SATU MAQOM KE MAQOM LAIN”
         
٭ لاتَطلُبْ منهُ ان يُخرِجكَ من حالةٍ ليَسْتعملكَ فيماَ سِواها فلوارَادكَ لاسْتَعْملك من غير اِخرَاجٍ ٭


27."Jangan engkau meminta kepada Alloh supaya dipindahkan dari suatu masalah kepada masalah yang lain, sebab sekiranya Alloh menghendakinya tentu telah memindahkanmu, tanpa merubah keadaan yang terdahulu."

Dalam suatu hikayat: Ada seorang yang salik, dia bekerja mencari nafkah dan beribadat dengan tekun, lalu ia berkata dalam hatinya: Andaikata aku bisa mendapatkan untuk tiap hari, dua potong roti, niscaya aku tidak susah bekerja dan melulu beribadat. Tiba-tiba ia tanpa ada masalah tiba-tiba ia ditangkap dan dipenjara, dan tiap hari ia menerima dua potong roti, kemudian setelah beberapa lama ia merasa menderita dalam penjara, ia berpikir: Bagaimana sampai terjadi demikian ini? Tiba-tiba ia mendengar suara yang berkata: Engkau minta dua potong roti, dan tidak minta keselamatan, maka Kami [Alloh] menerima dan memberi apa yang engkau minta. Setelah itu ia memohon ampun dan membaca istighfar, maka seketika itu pula pintu penjara terbuka dan ia dibebaskan dari penjara. Sebab Alloh menjadikan manusia dengan segala kebutuhannya, sehingga tidak perlu manusia merasa khawatir, ragu dan jemu terhadap sesuatu pemberian Alloh, walaupun berbentuk penderitaan pada lahirnya, sebab hakikatnya nikmat besar bagi siapa yang mengetahui hakikatnya, sebab tidak ada sesuatu yang tidak muncul dari rahmat, karunia dan hikmah Alloh subhanahu wata'ala.

28. “SALIK, JANGAN BERHENTI KARENA GODAAN”

٭ مااَرادتْ هِمّـَة ُ سالكٍ ان تقِفَ عِندَما كُشِفَ لهاَ الاَّونادَتـْهُ هَوَاتِفُ الحقيقَةِ الَّذى تطْلُبُهُ امامكَ وَلاَ تبَرَّجَتْ ظَواهِرُالمكوّناتِ الاَّ ونادتكَ حقاَءـقهاَ انَّما نحنُ فِتنةٌ فلا تـكفـُرْ ٭


28."Tiada kehendak dan semangat orang salik [yang mengembara menuju kepada Alloh] untuk berhenti ketika terbuka baginya sebagian yang ghoib, melainkan segera diperingatkan oleh suara hakikat. Bukan itu tujuan, dan teruslah mengembara berjalan menuju ke depan. Demikian pula tiada tampak baginya keindahan alam, melainkan diperingatkan oleh hakikatnya: Bahwa kami semata-mata sebagai ujian, maka janganlah tertipu hingga menjadi kafir."


Arti SALIK yaitu: menempuh jalan. Yang di maksud Salik disini usaha caranya bisa Wushul kepada Alloh.
Yang di maksud WUSHUL disini yaitu : sampai pada tingkatan merasa selalu berada disisi Alloh, di dekat Alloh, dalam segala kesempatan dan waktu.
Abu Hasan at-Tustary berkata: "Di dalam pengembaraan menuju kepada Allah jangan menoleh kepada yang lain, dan selalu ber-dzikir kepada Allah, sebagai benteng pertahananmu. Sebab segala sesuatu selain Allah, akan menghambat pengembaraanmu."
 Syeih Abu Hasan [Ali] asy-Syadzily rodhiallohu anhu berkata: "Jika engkau ingin mendapat apa yang telah dicapai oleh waliyulloh, maka hendaknya engkau mengabaikan semua manusia, kecuali orang-orang yang menunjukkan kepadamu jalan menuju Alloh, dengan isyarat [teori] yang tepat atau perbuatan yang tidak bertentangan dengan Kitabulloh dan Sunnaturrosul, dan abaikan dunia tetapi jangan mengabaikan sebagian untuk mendapat bagian yang lain, sebaliknya hendaknya engkau menjadi hamba Alloh yang diperintah mengabaikan musuh-Nya. Apabila engkau telah dapat melakukan dua sifat itu, yakni: Mengabaikan manusia dan dunia, maka tetaplah tunduk kepada hukum ajaran Alloh dengan Istiqomah dan selalu tunduk serta Istighfar." Pengertian keterangan ini: Agar engkau benar-benar merasakan sebagai hamba Alloh dalam semua yang engkau kerjakan atau engkau tinggalkan, dan menjaga hati dan perasaan, jangan sampai merasa seolah-olah di dalam alam ini ada kekuasaan selain Alloh, yakni bersungguh-sungguh dalam menanggapi dan memahami: "Tiada daya dan kekuatan sama sekali, kecuali dengan bantuan dan pertolongan Alloh." Maka apabila masih merasa ada kekuatan diri sendiri berarti belum sempurna mengaku diri hamba Alloh. Sebaliknya bila telah benar-benar mantap perasaan La haula wala Quwwata illa billah itu, dan tetap demikian beberapa lama, niscaya Alloh membukakan untuknya pintu rahasia-rahasia yang tidak pernah di dengar dari manusia seisi alam. 

29. “JANGAN MENUDUH ALLOH”

٭ طلبُكَ منهُ اِتـِّهامٌ لهُ وطلَبُكَ لهُ غيْبَة ٌمنكَ عنـْهُ  وطلبكَ لغيرِهِ لقِلَّةِ حياءـكَ منهُ وطلَبُكَ من غيرهِ لِوُجُودِ بُعْدِكَ عَنْهُ ٭

29."Permintaanmu dari Alloh mengandung  pengertian menuduh Alloh, khawatir tidak memberimu. Dan engkau memohon kepada Alloh supaya mendekatkan dirimu kepada-Nya, berarti engkau masih merasa jauh dari pada-Nya”.

  Dan engkau memohon kepada Alloh untuk mencapai kedudukan dunia dan akhirat, membuktikan tiada malunya engkau kepada-Nya, dan permohonanmu kepada sesuatu selain dari Alloh menunjukkan engkau jauh dari pada-Nya. Permohonan seorang hamba kepada Alloh terbagi dalam empat macam, dan kemudian kesemuanya itu tidak tepat bila diteliti dengan seksama dan mendalam. Permintaan kepada Alloh mempunyai pengertian menuduh, sebab sekiranya ia percaya bahwa Alloh akan memberi tanpa minta, ia tidak akan minta, disebabkan karena khawatir tidak diberi apa yang dibutuhkannya menurut pendapatnya, atau menyangka Alloh melupakannya, dan lebih jahat lagi bila ia merasa berhak, tetapi oleh Alloh belum juga diberi. Dan permintaanmu untuk taqarrub, menunjukkan bahwa engkau merasa ghaib dari pada-Nya. Sedang permintaanmu sesuatu dari kepentingan-kepentingan duniawi membuktikan tiada malunya engkau dari pada-Nya, sebab sekiranya engkau malu dari Alloh tentu tidak merasa ada kepentingan bagimu selain mendekat kepada-Nya. Sedang bila engkau minta dari sesuatu selain Alloh, membuktikan jauhmu dari pada-Nya, sebab sekiranya engkau mengetahui bahwa Alloh dekat kepadamu, tentu engkau tidak akan meminta selain kepada-Nya. Kecuali permintaan yang semata-mata untuk menurut perintah Alloh, karena hanya inilah yang benar.

30. “SEMUA ATAS TAQDIR ALLOH”

٭ مامنْ نفسٍ تـُبْدِيه الاَ ولهُ قدرٌ فيكَ يُمضيهِ  ٭

30."Tiada suatu nafas terlepas dari padamu, melainkan di situ pula ada takdir Alloh yang berlaku atas dirimu."

Sebab tiap nafas hidup manusia pasti terjadi suatu taat atau maksiat, nikmat atau musibah [ujian]. Berarti nafas yang keluar sebagai wadah bagi sesuatu kejadian, karena itu jangan sampai nafas itu terpakai untuk maksiat dan perbuatan terkutuk oleh Alloh subhanahu wata'ala.

31. “JANGAN MENUNGGU KESEMPATAN”

٭ لاتترَقـَّبْ فُرُوغ َالاغيارِ فَاِنَّ ذٰلكَ يَقطَعكَ عن وجودِ المراقبةِ لهُ فيماَ هُوَ مقِيمُكَ فيهِ ٭


31."Jangan menantikan habisnya penghalang-penghalang untuk lebih mendekat kepada Alloh, sebab yang demikian itu akan memutuskan engkau dari kewajiban menunaikan hak terhadap apa yang Alloh telah mendudukkan engkau di dalamnya. [Sebab yang demikian itu memutuskan kewaspadaanmu terhadap kewajibanmu]." 

  Yang dituntut bagi salik, yaitu selalu melakukan amal ibadah, dan selalu mengawasi taqdirnya Alloh pada amal yang kau kerjakan, jangan terpengaruh dengan apa-apa yang menjadikan kau ragu dan penghalang-penghalangnya ibadah.
Abdulloh bin Umar rodhiyallohu 'anhu berkata: "Jika engkau berada di waktu senja, maka jangan menunggu tibanya pagi, demikian pula jika engkau berada di waktu pagi, jangan menunggu sore hari. Pergunakanlah kesempatan di waktu muda, sehat, kuat dan kaya untuk menghadapi masa tua, sakit, lemah dan miskin."
Sahl bin Abdullah at-Tustary berkata: "Jika tiba waktu malam maka jangan mengharap tibanya siang hari, sehingga engkau menunaikan hak Alloh, waktu malam itu. Dan menjaga benar-benar hawa nafsumu, demikian pula bila engkau berada pada pagi hari." Allah berfirman: "Kami [Alloh] akan menguji kamu dengan kejahatan dan kebaikan, sebagai ujian dan kepada Kami kamu akan dikembalikan." [QS. al-Anbiyaa 35]. Kadangkala ujian itu berupa, sehat, sakit, kesulitan, kelapangan, kekayaan dan kemiskinan. Ujian keyakinan terhadap Alloh subhanahu wata'ala, sampai di mana ia mensyukuri nikmat dan bagaimana ia bersabar menghadapi musibah. 

32. “SIFATNYA DUNIA”

٭ لاَتسْتغـْرِبْ
وقـُوعَ الاَكداَرِ مادُمتَ فى هٰذِهِ الدَّار فإنـَّهَا ماأبْرزَتْ الاَّماهُوَ مُسْتَحِقّ ُوصْفِها وواجِبُ نَعْتِهَا ٭

32."Jangan heran atas terjadinya kesulitan-kesulitan selama engkau masih di dunia ini, sebab ia tidak melahirkan kecuali yang layak dan murni sifatnya."

  Abdulloh bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu berkata: "Dunia ini adalah penderitaan dan duka cita, maka apabila terdapat kesenangan di dalamnya, berarti itu hanyalah sebuah keberuntungan."
 Syeikh  Jafar As-shoddiq rodhiyallohu 'anhu berkata:
 من طلب مالم يُخلق اتعبَ نفسه ولم يُرزق. قيل له : وما ذاك؟ قال: الراحة فى الدنياَ

 "Barangsiapa meminta sesuatu yang tidak dijadikan oleh Alloh, berarti ia melelahkan dirinya dan tidak akan diberi. Ketika ditanya: Apakah itu? Jawabnya: Kesenangan di dunia."
 Syeikh  Junaid al-Baghdadi rodhiyallohu anhu berkata: "Aku tidak merasa terhina apa yang menimpa diriku, sebab aku telah berpendirian, bahwa dunia ini tempat penderitaan dan ujian dan alam ini dikelilingi oleh bencana, maka sudah selayaknya ia menyambutku dengan segala kesulitan dan penderitaan, maka apabila ia menyambut aku dengan kesenangan, maka itu adalah suatu karunia dan kelebihan.
 " Rosululloh shollallohu 'alaihi wassalam berkata kepada Abdulloh bin Abbas: Jika engkau dapat beramal karena Alloh dengan ikhlas dan keyakinan, maka laksanakanlah dan jika tidak dapat, maka sabarlah. Maka sesungguhnya sabar menghadapi kesulitan itu suatu keuntungan yang besar."
  Umar bin Khottob radhiyallohu 'anhu berkata kepada orang yang dinasehatinya: "Jika engkau sabar, maka hukum [ketentuan - takdir] Alloh tetap berjalan dan engkau mendapat pahala, dan apabila engkau tidak sabar tetap berlaku ketentuan Alloh sedang engkau berdosa." Maka apapun yang menimpa dirimu tetaplah berserah diri kepada Alloh dengan penuh kesabaran, sebab ketentuan Alloh pasti akan terjadi padamu. 

33. “BERSANDARLAH KEPADA ALLOH”

٭ ماتوَقـَّفَ مطلبٌ انتَ طَالبُهُ بِرَبِّكَ ولاتَيَسَّرَ مطلَبٌ انتَ طالبهُ بِنفسِكَ ٭

33."Tidak akan terhenti suatu permintaan yang semata-mata engkau sandarkan kepada karunia [kekuasaan] Tuhanmu, dan tidak mudah tercapai permintaan yang engkau sandarkan kepada kekuatan dan daya upaya serta kepandaian dirimu sendiri."


 Siapa yang menyampaikan semua hajat-hajatnya kepada Alloh, pasrah dan bergantung hanya pada Alloh, maka Alloh akan mendekatkan yang jauh, memudahkan yang sulit dan memberi keberhasilan pada hajatnya.
Dan barang siapa mengandalkan kepandean, kekuatannya sendiri, maka Alloh akan menyerahkan hajatnya itu pada mereka sendiri.dan Alloh akan menghinakan mereka dan semua hajatnya tidak akan berhasil.

34-35. “PERMULAAN MENENTUKAN AHIRNYA”

٭ مِن علاماتِ النـَّجْحِ فى النهاَياتِ الرُجُوعُ الى اللهِ فى البِدَايات ٭

34."Suatu tanda akan lulusnya seseorang pada akhir perjuangannya, jika selalu tawakkal, menyerahkan kepada Alloh sejak awal perjuangannya."

  Siapa saja yang memperbaiki suluknya pada permulaan dengan kembali kepada Alloh, pasrah, dan minta pertolaongan hanya kepada Alloh supaya diberi bisa wushul kepada-Nya, dan tidak mengandalkan amalnyanya yang berpenyakit, maka pada ahirnya akan mendapat kelulusan bisa wushul kepada Alloh, dan diberi keselamatan  tidak putus di tengah jalan.

Seorang arif berkata: Barangsiapa menyangka bahwa ia akan dapat sampai kepada Allah dengan perantaraan sesuatu selain dari pada Allah, pasti akan putus karenanya. Dan barangsiapa dalam ibadahnya bersandar pada kekuatan dirinya, tidak diserahkan kepada Allah, hanya sampai di situ saja, dan tidak mencapai bagian-bagian yang hanya dapat dicapai dengan tawakkal dan menyandarkan diri kepada Alloh.

٭ مَنْ اَشـْرَقت بدايَتـُهُ اشرَقَتْ نِهاَيَتـُهُ ٭

35."Barangsiapa yang bersinar terang dengan taat dimasa permulaannya [salik], pasti akan bersinar terang pula di masa akhirnya dengan cahaya [nur] ma'rifat."

Barangsiapa yang kuat tawakkalnya dimasa permulaan [bidayah], maka akan bersinar terang terus hingga masa sampainya ke hadirat Tuhannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Komentar