Minggu, 30 Oktober 2016

HIKMAH 36-45

36. “ANGGOTA LAHIR SEBAGAI CERMIN ANGGOTA BATIN”

٭ماَاسْـتـُودِعَ فىِ غيْبِ السَّراءـرِ ظهرَ فِى شَهادَةِ الظوَاهِرِ ٭

36. “Apa yang tersembunyi dalam rahasia ghoib, yaitu berupa Nur ma’rifat dan nur ilahi, pasti akan ada pengaruhnya di anggota lahir”.

Apabila dalam hati hamba sudah ada Nur ma’rifat dari Alloh,pengaruhnya Nur tersebut akan jelas tampak pada anggota lahir, karena keadaan lahir itu bisa menjadi cermin keadaan batin.
Abu Hafs berkata: Bagusnya adab kesopanan lahir, membuktikan adanya adab yang didalam batin.
  Rosululloh saw. Ketika melihat seorang yang memain-mainkan tangannya ketika sholat, maka Rosululloh saw. Bersabda : Lau-khosya’a qolbuhu lakhosya-‘at jawarikhuhu. (andaikan khusyu’ hati orang itu, niscaya khusyu' semua anggota badannya.”

Abu Tholib al-makky barkata: Alloh telah menunjukkan tanda bukti orang kafir, yaitu bila disebut nama Alloh mereka mengejek dan enggan tidak mau menerimanya.
 Alloh berfirman :” Apabila disebut nama Alloh saja (sendiri), cemas dan muak hati orang-orang yang tidak percaya kepada akhirat, sebaliknya bila disebut nama-nama selain Alloh mereka gembira, dan menerima dan puas”.Az-zumar.45.
Alloh menerangkan dalam ayat ini tentang sikap orang-orang kafir, berbeda dengan sikap orang mukmin, jiwanya merasa puas jika dikatakan, ini semua dari Alloh. Dan ini semua perbedaan antara iman tauhid dengan syirik.


37. “Perbedaan pandang orang sudah wushul dengan salik”

٭ شتان بين من يستد لُّ به او يستد لُّ عليهِ . المستدلُّ بهِ عرف الحق َّ لاَهله فاَثبت الاَمرَ من وجود اَهله . والاِ ستدلالُ عليهِ من عدمِ الوُصولِ اِليهِ. وَالاَّ فَمتىَ غابَ حتي يُستدلَّ عليهِ ومتىَ بعدَ حتى تكونَ الاَثارَُ هِيَ الَّتيِ توصِلُ اِليهِ.٭

37."Jauh berbeda orang yang berpendapat (membuat dalil); adanya Alloh menunjukkan adanya alam, dengan orang yang berpendapat (membuat dalil); bahwa adanya alam inilah yang menunjukkan adanya Alloh. Orang yang berpendapat adanya Alloh menunjukkan adanya alam, yaitu orang yang mengenal hak dan meletakkan pada tempatnya, sehingga menetapkan adanya sesuatu dari asal mulanya. Sedang orang yang berpendapat adanya alam menunjukkan adanya Alloh, karena ia tidak sampai kepada Alloh. Maka kapnkah Alloh itu ghaib sehingga memerlukan dalil untuk mengetahuinya. Dan kapankah Alloh itu jauh sehingga adanya alam ini dapat menyampaikan kepadanya."
 

Orang yang wushul ila-lloh itu ada dua cara :
1.    Muriiduun / Salikuun yaitu: orang yang mengharapkan bisa wushul kepada Alloh.
2.    Murooduun / Majdzubuun yaitu: orang dikehendaki oleh Alloh atau ditarik oleh Alloh sehingga bisa wushul kepada Alloh.
Golongan pertama (Muriiduun / Salikuun) dalam suluknya masih terhalang dari Alloh, karena mata hatinya masih masih melihat selain Alloh, Alloh masih ghoib dalam mata hatinya, sehingga dia menggunakan makhluk (selain Alloh) untuk dalil adanya (wujudnya) Alloh. Lisannya berdzikir, diya yaqin kalau yangmenggerakkan lisannya berdzikir itu alloh, tapi dia masih memperhatikan lisan dan dzikirnya, belum memperhatikan Alloh yang menggerakkan lisannya.
Golongan kedua (Murooduun / Majdzubuun) dia langsung ditarik oleh Alloh dan dihadapi Alloh, sehingga hilanglah semua makhlk selain Alloh dalam mata hatinya, semua tidak ada wujudnya, yang wujud hanya Alloh. Tapi ketika dia turun kebawah lagi(sadar dengan kehidupan dunia) dia tahu semua makhluk itu wujud karena wujudnya Alloh.

٭ ليُنفق ذوسَعَةٍ من سعَتهِ الوَاصِلوْنَ اِليهِ ومن قدِرَ عليهِ رِزْقهُ السَّا ءِرُونَ اِليْهِ ٭

38."Hendaknya membelanjakan tiap orang kaya menurut kekayaannya, ialah mereka yang telah sampai kepada Alloh. Dan orang yang terbatas rezekinya, yaitu orang sedang berjalan menuju kepada Alloh."

Orang yang telah sampai kepada Alloh, karena mereka telah terlepas dari kurungan melihat kepada sesuatu selain Allah, ke alam tauhid, maka luaslah pandangan mereka, maka mereka berbuat di alam mereka lebih lapang, sebaliknya orang yang masih merangkak-rangkak di dalam ilmu dan faham yang terbatas, mereka inipun mengeluarkan sekedarnya.

39. NURUT-TAWAJJUH (IBADAH)

٭ اِهْتـَدى الرَّاحِلُوْنَ بِأَنْوَارِ التـَّوَجُّهِ والواصِلوْنَ لهُمْ اَنوارُ الموَجَّهةِ ، فاَلاَوَّلُونَ لِلاََنْوَارِ وَهٰــءـولاَءِ الاَنوَارُ لهُمْ لاَنَّهُمْ للهِ لاَ لِشيءٍ دونَهُ  قُلِ اللهُ ثـُمَّ ذ َرْهُمْ فى حَوْضِهِمْ يَلْعَبُوْنَ. ٭

39."Orang-orang salik [yang mengembara menuju kepada Alloh] telah mendapat hidayat dengan nur [cahaya] ibadah yang merupakan amalan untuk taqarrub [mendekat] kepada Alloh, sedang orang-orang yang telah sampai, mereka tertarik oleh nur yang langsung dari Tuhan bukan sebagai hasil ibadah, tetapi semata-mata karunia dan rahmat Alloh. Maka orang-orang salik menuju ke alam nur, sedangkan yang telah sampai berkecimpung di dalam nur, sebab orang yang telah sampai itu telah bersih dari segala sesuatu selain Alloh. Alloh berfirman: "Katakanlah: Alloh, kemudian biarkan yang lain-lain di dalam kesibukan mereka bermain-main."

  Hakikat tauhid itu bila telah tidak melihat pengaruh-pengaruh sesuatu selain Alloh, dan inilah yang bernama haqqul-yaqin, dan melihat, merasa adanya pengaruh dari suatu selain Alloh itu hanya permainan bekaka, dan itu bersifat penipuan atau munafik. Katakanlah: Alloh, yakni jangan menganggap ada sesuatu selain Alloh yang dapat engkau harap, engkau takuti dan berkuasa, sebab semua harapan kepada sesuatu selain Alloh adalah syirik, baik yang nampak ataupun yang samar-samar, besar ataupun kecil dalam pengertian syirik hampir tiada berbeda.

HIKMAH ke 40
٭ تَشَوُّفكَ اِلىَ ما بطَنَ فيْكَ مِنَ العُيُوبِ خَيرٌ منْ تَشَوُّفِكَ الى ماحُجِبَ عَنْكَ منَ الغُيُوبِ ٭


40."Usahamu untuk mengetahui cela diri yang masih ada di dalam dirimu, itu lebih baik dari usahamu untuk terbukanya bagimu tirai ghaib”.

Seorang salik haruslah berusaha selalu melihat cela dan aib yang ada pada diri sendiri, jangan sampai mempunyai tujuan supaya mengetahui perkara yang ghoib yang menjadi kemauan hawa nafsu, seperti ingin mengetahui rahasia di hati orang lain, rahasia taqdir dan lain-lain. Karena itu bisa mencela kehambaanmu kepada Alloh.
 Orang arif berkata: “Jadilah hamba Alloh yang selalu ingin mencapai Istiqamah, dan jangan menjadi hamba yang menuntut karomah. Istiqomah adalah menunaikan kewajiban, sedang karomah adalah menuntut kedudukan. Karomah dan kedudukan yang diberikan Allah kepada seorang wali itu, sebagai hasil dari Istiqamah.”
 Istiqomah berarti tetap dalam Ubudiyah, tidak berubah keyakinan dan kepercayaannya kepada Alloh, ketuhanan Alloh, kekuasaan Alloh dan kebijaksanaan Alloh, baik dalam keadaan sehat ataupun sakit, senang ataupun susah, suka ataupun duka, kaya ataupun miskin.

Hikmah Ke 41

AL-HAQ ITU TIDAK BISA DIHIJAB

٭ الحقُّ ليسَ بِمحجُوبٍ وَاِنـَّماَ المحجُوبُ انتَ عنِ النظَرِ اليهِ اذ ْ لَوْ حجَبَهُ شَيءٌ لسَتَرَهُ ولوكاَنَ لهُ ساتِرٌ لكانَ لِوُجُدِهِ حاصِرٌ وكلُّ حاصِرٍ لشىءٍ فَهُوَ لهُ قاَهِرٌ وَهُوَالقاَهِرُ فوَقَ عبادِهِ ٭

41."Al-Haq, ialah Alloh subhanahu wata'ala, tiada terhijab [terbatas tirai] oleh sesuatu apapun, sebab tidak mungkin adanya sesuatu yang dapat menghijab Alloh. Sebaliknya manusialah yang terhijab sehingga tidak dapat melihat adanya Alloh. Sebab sekiranya ada sesuatu yang menghijab Alloh, berarti sesuatu itu dapat menutupi Alloh, dan andaikata ada tutup bagi Alloh, berarti wujud Alloh dapat terkurung/dibatasi, dan sesuatu yang mengurung/membatasi itu, dapat menguasai yang dikurung/dibatasi, padahal “Alloh yang berkuasa atas segala makhluk-Nya."

Pada hakikatnya Alloh itu tidak bisa dihijab, yakni hijab itu menjadi sifatnya Alloh itu tidak. akan tetapi yang menghijab sehingga kamu tidak bisa melihat Alloh itu adalah sifat-sifat nafsumu sendiri. karena sekiranya ada sesuatu yang bisa menghijab Alloh, pastilah perkara tersebut lebih besar dan lebih berkuasa bisa mengalahkan Alloh. karena sesuatu yang bisa menghijab/menghalangi itu bisa menutupi dari melihat sesuatu yang dibelakangnya. dan itu tidak sah buat Alloh. karena Alloh berfirman, “Alloh itu dzat yang bisa memaksakan apa yang dikehendaki mengalahkan semua hamba-Nya”.

Hikmah ke 42

KELUARLAH DARI SIFAT BASYARIYYAH

٭ اُخْرُجْ من اَوْصافِ بَشاَرِيَّتِكَ عنكلِ وَصْفٍ مُنَا قِضٍ لِعُبُودِيَّتِكَ لِتَكُونَ لِنِدَاءِ الحَقِّ مُجِيبًا ومنْ حَضـْرَتِهِ قـَريْباً ٭

42."Keluarlah dari sifat-sifat kemanusianmu [sifat buruk dan rendah], semua sifat yang menyalahi kehambaan-mu, supaya mudah bagimu untuk menyambut panggilan Alloh dan mendekat kepada-Nya."


  Sifat-sifat manusia terbagi jadi dua yaitu :  Lahir dan Bathin.
Sifat lahir ialah yang berhubungan dan dilakukan dengan anggota jasmani, dan sifat bathin ialah berlaku dalam hati [rohani]. Sedang yang berhubungan dengan anggota lahiriyah juga terbagi dua: Yang sesuai dengan perintah syari'ah dan yang menyalahi perintah syari'ah yang berupa maksiat. Demikian pula yang berhubungan dengan hati juga terbagi dua: Yang sesuai dengan hakikat [kebenaran] bernama iman dan ilmu, dan yang berlawanan dengan hakikat [kebenaran] berupa nifaq dan kebodohan.
 Sifat-sifat yang buruk [rendah] ialah: Hasad, iri hati, dengki, sombong, mengadu domba, merampok [korupsi], gila jabatan, ingin dikenal, cinta dunia, tamak, rakus, riya dan lain-lain.
 Dan dari sifat-sifat buruk ini akan menimbulkan sifat permusuhan, kebencian, merendahkan diri terhadap orang kaya, menghina orang miskin, pandai menjilat, sempit dada, hilang kepercayaan terhadap jaminan Allah, kejam, tidak malu dan lain-lain.
 Apabila seseorang telah dapat menguasai dan membersihkan diri dari sifat-sifat yang rendah, yang bertentangan dengan kehambaan itu, maka pasti ia akan sanggup menerima dan menyambut tuntunan Tuhan, baik yang langsung dalam ayat-ayat al-Qur'an dan yang berupa tuntunan dan contoh yang diberikan oleh Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam. Dan dengan demikian berarti ia telah mendekat kehadirat Alloh subhanahu wata'ala.
 Sifat Ubudiyah [kehambaan] ialah mentaati semua perintah dan menjauhi semua larangan, mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan tanpa membantah dan merasa keberatan.
Ingatlah sesungguhnya Hakikatnya suluk yaitu,berusaha untuk membersihkan hati dari akhlaq yang tercela, lalu dihiasi dengan akhlaq yang baik dan terpuji, dan ini semua tidak akan berhasil kecuali mendapat pertolongan dari Alloh.
Sehingga bisa mengetahui sifat-sifat jelek yang ada pada dirinya, dan selaluu menaruh curiga pada nafsunya. Berprasangka buruk pada nafsunya,sehingga Syeih Ibnu ‘Ato’illah dawuh pada hikmah selanjutnya.

Hikmah 43-44
Ridho dengan Nafsu adalah pangkal kemaksiatan


٭ أَصْلُ كلُّ مَعصِيَّةٍوَغَفلةٍ وَشَهْوَةٍ الرِّضاَ عَنِ النفْسِ، واصْلُ كُلِّ طَاعةٍ وَيَقَظَةٍ وَعفَةٍ عَدَمُ الرِّضاَ مِنْكَ عَنْهاَ ٭


43."Pokok /sumber dari semua maksiat, kelalaian dan syahwat itu, karena ingin memuaskan (ridho dengan)hawa nafsu. Sedangkan pokok/sumber segala ketaatan, kesadaran dan moral [budi pekerti], ialah karena adanya pengendalian terhadap hawa nafsu."

Sebagaimana firman Alloh subhanahu wata'ala:
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.  QS. Yusuf 53.
Ridho dengan nafsu itu menjadi sumber semua kemaksiatan dan lupa kepada Alloh dikarenakan menjadi sebabnya tertutupnya cela dan cacatnya nafsu, sehingga celanya nafsu akan dianggap baik. dan orang yang ridho dengan nafsunya akan menganggap baik kelakuannya, orang yang menganggap baik kelakuannya tentu akan lupa kepada Alloh, dan sebab lupa itu manusia tidak mau meneliti kelakuannya dan meneliti aib dan cela dirinya, sehingga macam-macamnya kesenangan nafsu menguasai hatinya, dan ahirnya dia terjerumus pada kemaksiatan.
Abu Hafash berkata: "Barangsiapa yang tidak menuduh hawa nafsunya sepanjang waktu dan tidak menentangnya dalam segala hal, dan tidak menarik ke jalan kebaikan, maka sungguh ia telah tertipu. Dan barangsiapa melihat padanya dengan sebuah kebaikan, berarti ia telah dibinasakannya."
 Al-Junaid al-Baghdadi berkata: "Jangan mempercayai hawa nafsumu, walaupun telah lama taat kepadamu, untuk beribadah kepada Tuhan-mu."
 Al-Bushiry dalam Burdahnya berkata: "Lawan selalu hawa nafsumu dan syaitan serta jangan menuruti keduanya, walaupun keduanya itu memberi nasehat kepadamu untuk berbuat kebaikan, tetap engkau harus curiga dan waspada."
  Sedangkan curiga terhadap nafsu(tidak ridho dengan nafsu)itu menjadi sumber ketaatan dan ingat kepada Alloh, itu dikarenakan orang yang tidak ridho dengan nafsunya ia tidak menganggap baik kelakuannya, sehingga ia selalu waspada dan selalu meneliti semua kelakuannya, sehingga nafsunya tidak bisa bebas menguasai orang tersebut. dan orang yang waspada terhadap gerak gerik nafsu akan selalu menjauhi apa yang dilarang oleh Alloh. dan itulah yang dinamakan taat kepada Alloh.


٭ولاَنْ تصْحبَ جاهِلاً لاَيَرْضىَ عَن نَفسِهِ خيرٌ لكَ مِن اَن تصْحَبَ عَالِماً يَرْضىَ عَنْ نَفسِهِ  فَاَيُّ عِلمٍ لعاَلِمٍ يَرْضىَ عن نفسهِ  وَايُّ جَهْلٍ لِجاَهِلٍ لا يَرضىَ عن نفسهِ ٭


44. "Dan sekiranya engkau bersahabat dengan orang bodoh yang tidak menurutkan hawa nafsunya, itu lebih baik dari pada bersahabat dengan orang berilmu [orang alim] yang selalu menurutkan hawa nafsunya. Maka ilmu apakah yang dapat diberikan bagi seorang alim yang selalu menurutkan hawa nafsunya itu, sebaliknya kebodohan apakah yang dapat disebutkan bagi seorang yang sudah dapat menahan hawa nafsunya."

  Orang yang tidak ridho dengan nafsunya akan selalu menganggap dirinya belum baik dan akhlaknya masih jelek.orang seperti ini baik untuk dijadikan sahabat, karena sangat banyak manfaatnya bagimu, kebodohannya tidak akan membahayakan dirimu.
Bagaimana akan dinamakan bodoh, seorang yang telah dapat menahan dan mengekang hawa nafsunya, sehingga membuktikan bahwa semua amal perbuatannya hanya semata-mata untuk keridhoan Alloh dan bersih dari dorongan hawa nafsu. Sebaliknya apakah arti suatu ilmu yang tidak dapat menahan atau mengendalikan hawa nafsu dari sifat kebinatangan dan kejahatannya.
Dalam sebuah hadits ada keterangan: "Seorang akan mengikuti pendirian sahabat karibnya, karena itu hendaknya seseorang itu memperhatikan, siapakah yang harus diambil sebagai sahabat."
Seorang penyair berkata: "Barang siapa bergaul dengan orang-orang yang baik, akan hidup mulia. Dan yang bergaul dengan orang-orang yang rendah akhlaqnya pasti tidak mulia.

Hikmah 45

BASHIROH (Mata Hati)

٭ شُعَاعُ الْبَصِيرَةِ يُشـْهِدُكَ قـُرْبَهُ مِنْكَ وَعَيْنُ الْبَصِيرَةِ يُشـْهِدُكَ عَدَمكَ لِوُجُودهِ وَحَق ُّ الْبَصِيرَةِ يُشـْهِدُكَ وُجُودَهُ لاَ عدَمكَ وَلاَ وُجُودَكَ ٭


45. "Sinar mata hati itu dapat memperlihatkan dekatnya Allah kepadamu. Dan matahati itu sendiri dapat memperlihatkan kepadamu ketiadaanmu karena wujud [adanya] Allah dan hakikat matahati itulah yang menunjukkan kepadamu, hanya adanya Allah, bukan ketiadaanmu ['adam] dan bukan pula wujudmu."

  Salik dalam perjalanannya menuju Alloh akan ada Nur dari Alloh tiga macam :
  1.Syu'aa 'ul-bashirah yaitu cahaya akal.
  2.Ainul-bashirah yaitu cahaya ilmu. Dan
  3. haqqul-bashirah yaitu cahaya Ilahi.
dan semua nur tersebut akan menimbulkan macam-macam buah dan faidah yang penting.
Maka orang-orang yang menggunakan akal mereka, masih merasa adanya dirinya dan dekatnya kepada Tuhan [yakni, Alloh selalu meliputi dan mengurung mereka]. Sedang orang-orang yang menggunakan nurul ilmi merasa dirinya tidak ada jika dibanding dengan adanya Alloh. Sedang ahli hakikat hanya melihat kepada Alloh dan tidak melihat apapun di samping-Nya. Bukannya mereka tidak melihat adanya alam sekitarnya, tetapi karena alam sekitarnya itu tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhajat kepada Alloh, maka adanya alam ini tidak menarik perhatian mereka, karena itu mereka menganggap bagaikan tidak ada.
Sebagian ulama ahli Thoriqoh berkata, “seorang hamba tidak akan mencapai hakikatnya tawadhu’ kecuali sudah bersinarnya hati dengan nur musyahadah. dan ketika hati sudah bersinar maka nafsunya akan lebur dan bisa menetapi kebenaran dan akhlak yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Komentar