Minggu, 30 Oktober 2016

HIKMAH 146-169

146.
“SAHABAT SEJATI”

٭ ماصحبك الامن صاحبك وهوبعيبك عليم وليس ذٰلك الامولك الكريم خيرمن تصحب من يطلبك لالشيءيعودمنك اليه ٭


146.”Yang namanya sahabat sejati yaitu orang tetap mau bersahabat(membantu) kamu setelah dia mengetahui benar-benar kejelekan dan aibmu. dan tidak ada yang seperti itu kecuali hanya Tuhanmu yang Maha Mulia.
Dan sebaik-baik sahabatmu ialah yang selalu memperhatikan/membantu kepentinganmu, bukan karena sesuatu kepentingan yang diharap dari pada mu untuk dirinya”.

Sudah menjadi watak manusia akan menjauhi/membenci orang lain ketika jelas-jelas mengetahui kebusukan dan kejelekan orang tersebut, dan tidak mau bersahabat dengannya, kecuali hanya Tuhanmu Alloh swt. Dan juga orang-orang yang bersandar pada sifat-sifat ke-Tuhanan Alloh, yaitu orang-orang yang sudah ma’ritulloh,yang masih mau menolong dan membantu. Sedangkan orang tua itu masih juga ada kepentingan dan pengharapan atas dirimu, sedang didunia ini tidak ada orang yang kasih sayangnya sebagaimana ayah ibumu.

147.
“NURUL-YAQIN (Cahaya Keyaqinan)”

٭ لواشرق لك نوراليقين لرايت الاخرةاقرب اليك من ان ترحل اليها ولرايت محاسن الدنيا قدظهرت كسفةالفناء عليها ٭

147. “Andaikan cahaya keyaqinan itu telah menerangi hatimu, niscaya engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat kepadamu, sebelum engkau melangkahkan kaki kepadanya, dan niscaya engkau akan melihat segala keindahan dunia, telah diliputi kesuraman dan kerusakan yang akan menghinggapinya”.

  Sebab dengan nurul-yaqin, semua hakikat perkara itu kelihatan yang semestinya  dan apa adanya. Apabila hamba sudah bercahaya hatinya dengan Nurul-yaqin dia bisa mengetahui yang benar dan yang salah sedangkan akhirat itu perkara yang hak/benar, tetap wujudnya, sedangkan dunia itu akan rusak.
Rosululloh saw. Bersabda: Sesungguhnya nur/cahaya jika masuk dalam hati, maka terbuka dan lapanglah dada (hati)nya, sahabat bertanya: Ya Rosululloh, apakah yang demikian itu ada tandanya?..
Jawab nabi: Ya ada, yaitu merenggangkan (memisahkan) diri dari dunia tipuan, dan condong kepada akhirat yang kekal, dan bersiap-siap untuk menghadapi mati sebelum datangnya maut.

   Anas ra. berkata: ketika Rosululloh saw. Sedang berjalan dan berjumpa dengan seorang pemuda dari sahabat Anshor, Rosululloh bertanya: Bagaimanakah keadaanmu hai Haritsah pada pagi ini?
 Jawabnya: Saya kini menjadi seorang mukmin yang sungguh-sungguh.
Rosululloh berkata: Hai Haritsah, perhatikan perkataanmu,sebab tiap kata itu harus ada bukti hakikinya.
 Maka Haritsah berkata: Ya Rosululloh jiwaku jemu dari dunia, sehingga saya bangun malam dan puasa siang hari, kini seolah-olah aku berhadapan dengan ‘Arsy. dan seolah-olah aku melihat neraka yang penghuninya sedang menjerit-jerit di dalamnya.
Nabi bersabda: Engkau telah melihat, maka tetapkanlah (jangan barubah),. Seorang hamba, yang telah diberi Nur iman dalam hatinya.
Haritsah berkata: Ya Rosululloh, do’akan aku mati syahid, maka Nabi saw. Berdo’a untuknya. Dan ketika pada suatu hari ada panggilan untuk berjihad, maka dialah orang pertama menyambutnya,dan ahirnya dia yang pertama mati syahid.
  Dan ketika ibunya mendengar berita bahwa anaknya telah mati syahid, ia datang bertanya kepada Nabi saw. : Ya Rosululloh beritahukan kepadaku tentang Haritsah putraku, jika ia disurga aku tidak akan menangis atau menyesal, tapi jika lain dari itu, maka aku akan menangis selama hidupdi dunia!
Jawab Nabi saw. : Haritsah, bukan hanya satu surga tetapi surga didalam surga-surga. Dan Haritsah telah mencapai Firdaus yang tertinggi.
Maka kembalilah ibu Haritsah sambil tertawa dan berkata : untung-untung bagimu hai Haritsah.

  Anas ra. juga berkata: pada suatu hari Mu’adz bin Jabbal masuk ketempat Nabi sambil menangis, maka ditanya oleh Nabi saw. : bagaimanakah keadaanmu pagi ini hai Mu’adz? Jawab Mu’adz : aku pagi ini mukmin benar-benar kepada Alloh.
Nabi bersabda: Tiap kata-kata yang benar harus ada buktihakikatnya. Maka apakah bukti pernyataanmu itu? Jawab Mu’adz: Ya Nabiyalloh, kini jika aku berada diwaktu pagi merasa mungkin tidak sampai sore, dan jika sore ,aku merasa tidak akan sampai pagi.dan tiap melangkahkan kaki merasa mungkin tidak dapat melangkah yang lain, dan terlihat kepadaku seolah-olah manusia semua telah dipanggil untuk menerima suratan amal bersama dengan Nabi-nabi dan berhala-berhalanya yang disembah selain Alloh,dan juga seolah-olah saya melihat siksa ahli neraka dan pahala ahli surga.
Maka Nabi bersabda : Engkau telah mengtahui, maka tetapkanlah.
Rosululloh saw. Ketika member tahu kepada para sahabat hal gugurnya Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abi Tholib, dan Abdulloh bin Rowahah ra. berkata: Demi Allohmereka tidak akan senang, andaikan mereka masih berada diantara kami, Rosululloh memberitakan demikian dengan air mata yang berlinang-linang.

148-149.
“ALLOH TIDAK TERHIJAB OLEH SEGALA SESUATU”

٭ ماحجبك عن الله وجود موجود معه ولٰـكن حجبك عنه توهّم موجود معه ٭

148. “Tiada sutu benda (makhluk) yang dapat menghijab engkau dari Alloh, tetapi yang menghijab engkau adalah prasangkamu adanya sesuatu yang wujud disamping Alloh”.

   Segala sesuatu yang selain Alloh itu pada hakikatnya tidak maujud/tidak ada,sebab yang wajib wujud/ada itu hanya Alloh, sedang yang lainnya terserah belas kasih Alloh, untuk di adakan atau ditiadakan.

Jadi apabila kamu tidak bisa melihat/mengenal Alloh, itu bukan karena ada perkara/ sesuatu yang di adakan Alloh yang menghalangi/menghijab kamu, akan tetapi yang menghalangi kamu dari Alloh yaitu adanya prasangkamu bahwa ada sesuatu yang wujud selain Alloh.

 Seoang aarif berkata: Adanya semua makhluk ini bagaikan adanya bayangan pohon dalam air, maka ia tidak akan menghalangi jalannya kapal, maka hakikat yang sebenarnya tiada suatu benda apapun yang ada/maujud disamping Alloh yang menghijab engkau dari Alloh. Hanya engkau sendiri yang mengira bayangan itu sebagai sesuatu yang maujud.
Contoh lain,: seseorang yang bermalam disuatu tempat, tiba-tiba pada malam hari dia akan buang air, terdengarlah suara angin yang menderu masuk ke lobang, sehingga persis sama dengan suara harimau, maka ia tidak berani keluar, pada pagi hari ia tidak melihat bekas-bekas harimau maka ia tahu bahwa itu hanya tekanan angin yang masuk kelobang,jadi yang menghalangi dia buang air itu bukan harimau, tapi hanya prasangka adanya harimau.

لولاظهوره في المكونات ماوقع عليها وجود ابصار، لوظهرت صفاته اضمحلّـت مكوّناته ٭


149. “Andaiakn Alloh tidak dhohir pada benda-benda (makhluk) alam ini, tidak mungkin ada penglihatan padaNya,  Andaikan Alloh mendhohirkan sifatNya pada semua makhluk, maka lenyaplah semua makhlukNya”.

 Ya’ni dhohirnya Alloh kepada kita itu dari belakang tabir berupa semua makhluk, ini yang menjadikan dhohirnya semua makhluk, dan menjadi sebab kita bisa melihat wujudnya makhluk, seperti juga dhohirnya sinar mata hari yang ada dikaca cermin.
Seumpama Alloh tidak dhohir dibelakang tabir makhluk artinya Alloh dhohir dengan sifat DzatNya secara langsung, maka semua makhluk akan hancur.
Alloh berfirman: “Falammaa- tajallaa rob-buhuu lil-jabali ja-’alahu dakkau- wa-khorro muusaa sho-‘iqoo” (maka ketika alloh bertajalli (mamperlihatkan DzatNya) kepada bukit/gunung, hancurlah (lenyaplah) bukit itu, sedang Nabi Musa jatuh pingsan”.)
Rosulullh saw. Bersabda: Hijab Alloh itu berupa cahaya, andaikan dibuka pasti akan terbakar segala sesuatu yang menghadapinya.

HIKMAH 150


150.
“KENAPA MAKHLUK BISA TERLIHAT?”


٭ اظهركلّ شيءلانه الباطن وطوى وجودكلّ شيءلانه الظاهر ٭

150. “Alloh yang mendhohirkan segala sesuatu (makhluk)sehingga bisa dilihat, karena Dia bersifat Batin, dan Alloh melipat/menyembunylkan wujudnya segala suatu, karena Alloh itu Dzat yang bersifat Dhohir.”


 Ya’ni sebab Alloh mempunyai sifat Batin maka Alloh mendhohirkan semua makhluk, sebab makhluk itu tidak bisa terlihat kecuali dengan Nur Alloh,
Dan Alloh melipat/ menyembunyikan makhluk sebab Alloh bersifat dhohir,
tidak ada makhluk yang menyekutukan Alloh dalam sifat,dzat dan af’alnya Alloh. Artinya Alloh tidak menjadikan sifat wujud dengan dzatnya/hakiki pada selain Alloh. Semua makhluk itu ‘adam yang hakiki, dan semua makhluk itu tidak wujud kecuali dengan wujudnya Alloh.

151-152.
 “LIHAT DAN PELAJARI ALAM INI”

٭ اباح لك ان تنظر في الممكوّنات وما اذن لك ان تقف مع ذوات المكوّنات قل انظروا ماذافى السماوات؟  فتح لك باب الافهام ولم يقل: انظرواالسماوات لـءلا يدلك على وجودالاجرام ٭


151. “Alloh memperbolehkan kamu melihat alam sekitarmu (makhluk),  tetapi Alloh tidak mengizinkan engkau berhenti pada benda-benda dialam ini (makhluk). Sebagaimana firman Alloh : katakanlah: perhatikanlah apa-apa yang dilangit. Semoga Alloh membuka kefahaman padamu, Alloh tidak brkata : perhatikan langi-langt itu. Supaya tidak menunjukkan padamu adanya benda-benda itu”.

Pada hikmah sebelumnya mushonnif menerangkan tentang wujud/adanya alam (bisa terlihat)itu karena Nur dari Alloh. ALLOOHU-NUURUS-SAMAAWATI WAL-ARDHI (Alloh itulah yang menerangi langit dan bumi).dan pada hikmah ini kita dituntun untuk bisa melihat dan mempelajari alam ini.
 Alloh mengizinkan kita untuk melihat cipatannya supaya kita bisa bisa melihat bahwa semua itu ciptaan Alloh, jangan sampai kita terjebak/berhenti hanya melihat/memperhatikan bendanya, sehingga kita tidak melihat alloh dibalik benda-benda itu.
Dalam ayat ini menggunakan FII dengan makna dhorof, yang berarti: yang harus diperhatikan yaitu apa yang ditempatkan, bukan tempatnya.
Dalam katab Latoo-iful minan, Mushonnif mengatakan: Alloh menciptakan macam-macamnya makhluk bukan supaya kamu melihat makhluk itu, tapi supaya kamu bisa melihat Tuhan yang menciptakan makhluk itu yaitu Alloh.

٭ الاكوان ثابتة بإثباته وممحوّة باحد يّة ذاته ٭


152.”Alam/makhluk ini ada(wujud) sebab di tetapkan oleh Alloh, tetapi alam ini musnah/lenyap sebab sifat Esa dzatnya Alloh”.

Siapa saja yang memandang sifat Esa dzatnya Alloh, pasti tidak akan menemukan sifat tetap dan nyata pada semua makhluk,. Semua makhluk itu bisa mempunyai sifat tetap kalau memandang sifat WAHIDnya Alloh.
sifat AHADIYYAH menurut para Arifin Dzat yang bersih dari sifat tetap/nyata pada semua mahluk. Sedangkan sifat WAHIDIYYAH itu dzatnya Alloh yang nyata ada pada semua makhluk, dan semua makhluk mempunyai sifat tetap (ada) sebab memandang adanya Alloh pada semua makhluk, sehingga para Arifiin mengatakan “AL-AHADIYYATU BAHRUN-BILA MAUJIN WAL WAA-HIDIYYATU BAHRUN MA’A MAUJIN. (Ahadiyyah itu umpama laut tanpa ombak, sedangkan Wahidiyyah itu umpama laut beserta ombaknya). Yakni:  menurut pandangan para Arifin, Alloh itu di ibaratkan laut, maka makhluk diibaratkan  ombak yang di gerakkan oleh laut. Jadi jelasnya semua makhluk itu bukan Alloh.
Ke-Esaan dzat Alloh yang tidak bersekutu itu melenyapkan apa saja (makhluk),yakni tetap Alloh yang tunggal dan segala sesuatu yang selainNya itu hanya bayangan belaka yang di ciptakan / di wujudkan oleh Alloh.

153-157.
“SIKAP KITA KETIKA DIPUJI ORANG”

٭ الناس يمدحونك لمايظنونه فيك فكن انت ذامّالنفسك لماتعلمه منها ٭


153.”Orang-orang yang memuji padamu disebabkan oleh apa yang mereka sangka yang ada padamu, karena itu engkau harus mencela dirimu, karena apa-apa (aib) yang engkau ketahui pada dirimu”.


 Kamu jangan sampai terpengruh/tertipu dengan pujian orang-orang yang tidak mengetahui hakikatnya dirimu, tetapi kamu harus kembali melihat dirimu dengan mencela dirimu sebab perbuatanmu yang terbalik/tidak sama dengan prasangka orang lain pada dirimu.
Maka dari itu Sayyidina Ali berdo’a : “Allohummaj-alnaa khoirom-mimmaa yadhun-nuna,- walaa-tu-aakhidz-naa bimaa yaquuluuna ,- wagh-fir lanaa- maa-laa ya’lmuuna”. (Ya Alloh, jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka, dan jangan Engkau siksa mereka sebab ucapan mereka terhadap diriku, dan ampunilah semua dosaku yang tidak diketahui mereka.)
   Dan siapa yang merasa senang dengan pujian orang lain terhadap dirinya, berarti dia telah memberi kesempatan pada setan untuk masuk dan merusak imannya.


٭ الموءمن اذامدح استحيٰى من الله ان يثنى عليه بوصف لايشهده من نفسه ٭


154. “Orang mukmin yang sejati itu ketika dipuji orang, dia malu pada Alloh, karena ia dipuji bukan karena sifat yang ada pada dirinya, tapi dari Alloh”.

Jadi apabila orang lain memuji dirinya dan meyebut kebaikannya, dia merasa malu kepada Alloh, karena dia merasa tidak mempunyai sifat-sifat yang layak dipuji, sebab ia merasa hanya mendapat karunia Alloh jika ia bisa berbuat sesuatu yang baik, dan bukan dari usaha dan kemampuannya sendiri.
  Seorang salik itu harus tidak percaya dengan pujian orang lain, tetapi dia juga tidak diperintah untuk merobah/menolak supaya orang lain tidak memuji atau berprasangka baik padanya, dia hanya di perintah untuk tidak terpengaruh,dan supaya mendahulukan apa yang diketaui terhadap dirinya sendiri,mengalahkan prasangka orang lain. Yang penting tidak keterlaluan pujiannya, kalau keterlaluan maka harus di tolak.
Rosululloh bersabda : “ Uhtsut-turoba fii-waj-hi mad-daachiin” lempari debu dimuka orang-orang yang memuji-mujimu.
Rosul berkata pada orang yang memuji seseorang dihadapan rosululloh, :Qoto’-ta ‘unuqo shoohibika” kamu telah memotong leher saudaramu.

٭ اجهل الناس من ترك يقين ما عنده لظن ماعند الناس ٭


155. “sebodoh-bodoh manusia yaitu orang yang meninggalkan(mengbaikan) keyakinan yang sungguh-sungguh ada padanya, karena mengikuti prasangka yang ada pada orang-orang”.

  Orang yang dipuji orang lain dan terpengaruh dengan pujiannya, dan menganggap baik pada dirinya sendiri, orang seperti ini adalah orang paling bodoh, karena yang yakin ia ketahui yaitu kekurangan-kekurangan dan dosa-dosa yang telah dilakukannya atau rendahnya akhlaqnya dan kelemahan imannya sendiri.
  Al-Harits Al-Muhasiby mengumpamakan pada orang yang senang di puji orang lain, itu bagaikan orang yang senang dengan ejekan orang padanya,; Seumpama ada orang berkata : kotoranmu itu berbau harum,lalu engkau gembira dengan pujian yang demikian, padahal engkau sendiri jijik dan tau berbau busuk. Ketahuilah bahwa kotoran dosa dan jiwa itu lebih busuk dari pada kotoran (tinja) orang.
Seorang Hakim dipuji oleh orang awam/biasa, maka ia menangis, lalu ditanya: kenapa engkau menangis? Padahal orang itu memujimu,.. jawabnya: ia tidak memujiku, melainkan setelah dia mengetahui bahwa yang ada padaku sifat-sifat yang sama dengan sifat-sifatnya.

٭ اذااطلق الثناء عليك ولست باهل فاَثن عليه بما هو اهلهُ ٭


156. “Jika Alloh membuka mulut orang-orang untuk memujimu, padahal nyata-nyata engkau tidak layak/berhak untuk pujian seperti itu, maka engkau harus memuji kepada Alloh yang berhak /layak mendapatkan pujian itu”.

  Kenyataannya apayang disanjungkan orang-orang padamu itu tidak ada pada dirimu, atau kau mempunyai cacat/aib, sehingga kau tidak berhak menerima pujian itu, maka kau harus memuji kepada Alloh, yang telah menutupi  aib-aibmu, kekuranganmu.

٭ الزهّاد اذامدحواانقبضوالشهودهم الثناءمن الخلق ، والعارفون اذامدحوا انبسطوا لشهودهم ذالك من الملك الحقّ ٭


157. “Orang-orang yang zuhud (ahli ibadah) jika dipuji oleh orang lain, mereka merasa ketakutan, karena kuatir terpengaruh,karena pujian itu datangnya dari sesame makhluk, sebaliknya orang aarif jika dipuji mereka merasa senang dan gembira karena mengerti benar-benar pujian itu datang dari Alloh raja yang haq”.


 Orang aarif itu selau hadir kehdhrotulloh, tidak pernah memandang selain Alloh, mereka menganggap pujian-pujian itu datang dari Alloh, sehingga mereka gembira, dan pujian itu bisa menambah kekuatan hatinya dan kedudukannya dihadapan Alloh, karena mereka tidak memandang pada dirinya tidak membanggakan amalnya, dan tidak terpengruh dangan pujian ataupun cela-an orang lain.  Kata Hikmah ini sesuai dengan Hadits nabi saw.:Idza mudihal-mu’minu fii-waj-hihi robal-iimanu fii qolbihi”.(ketika seorang mukmin di puji didepannya maka iman dalam hatinya bertambah kuat).
  Rosululloh sendiri pernah dipuji dengan qosidah oleh Hassan dan Ka’ab bin Zuhair,Rsululloh saw. Menunjukkan kegembiraan bahkan memberikan mantel kepada Ka’ab bin Zuhair.

Mushonnif (ibnu ato’illah) sendiri juga pernah memuji-muji kepada gurunya, Syeih Abul-Abbas Al-Mursyi, beliau diam saja dan memperlihatkan wajah senang.
Hal seperti ini juga terjadi pada para aarif lainnya.
Orang yang mempunyai makom ini antara dihina dan di puji orang tidak akan ada bekasnya dalam hati, karena mereka tidak memandang itu semua dari makhluk, tapi mereka melihat itu semua dari Alloh swt.

158
 “SIFAT KE-KANAK-KANAKAN”

٭ متى كنت اذا اُعطيتَ بسطك العطاءُوإذامنعت قبضك المنع فاستدلّ بذالك على ثبوت طفوليّتك وعدم صدقك في عبوديتك٭


158. “Apabila kamu ketika diberi(rizki) oleh Alloh, merasa gembira karena pemberian itu, dan jika di tolak (tidak diberi) hatinya merasa sedih karena penolakan itu, maka ketahuilah, yang demikan itu sebagai tanda adanya sifat kekanak-kanakan padamu, dan belum bersungguh-sungguh dalam sifat ke-hambaanmu kepada Alloh”.

Ketika suasana hatimu masih selalu berubah-ubah ketika menerima nikmat atau mendapat balak/ujian. Maka nyata bahwa masih dipengaruhi oleh hawa nafsu, dan belum sungguh-sungguh dalam kedudukan kehambaan kepada Alloh, dan pengertian terhadap hikmah rahmat Alloh terhadap semua makhluknya.

159.
“JANGAN PUTUS ASA”

٭ إذا وقع منك ذنب فلا يكن سببالياءْسك من حصول الاستـقامة مع ربّك فقد يكون ذٰلك اٰخرذنب قدّر عليكَ. ٭

159. “Jika engkau terlanjur melakukan dosa, maka jangan sampai menyebabkan engkau putus asa untuk mendapatkan istiqomah menghadap Tuhanmu, sebab kemungkinan dosa itu  yang kau lakukan itu sebagai dosa terahir yang telah ditakdirkan Tuhan bagimu”.

  Engkau jangan putus asa dengan merasa tidak mungkin bisa istiqomah dalam menghamba pada Alloh,(sehingga mendorong kamu melakukan dosa-dosa yang lainnya) karena engkau terlanjur melakukan dosa,
Perbuatan dosa itu tidak menyalahi istiqomah dalam kehambaan, kalau semata-mata terlanjur, dengan tidak ada sifat gembira dalam melakukan dosa itu, sebab manusia tidak mungkin mengelak dari takdir yang telah ditulis baginya. Kewajiban kamu ketika terlanjur berbuat dosa yaitu harus segera bertaubat.

160.
“ROJA’ DAN KHOUF”

٭ اذااَرادْتَ ان يفْتحَ لك باب الرجاءِ فاشهد مامنه اليكَ، واذا اردت ان يفتح لك باب الخوف فاشهد مامنك إليهِ. ٭
160. “Apabila engkau ingin dibukakan Alloh pintu roja’/harapan, maka perhatikan kebesaran nikmat pemberian Alloh padamu yang berlimpah. Dan apabila engkau ingin dibukakan pintu khauf/ takut,maka perhatikan hati dan amal ibadahmu kepada Alloh”.

  Hikmah ini menjelaskan dua cara untuk bertaqarrub kepada Alloh yaitu : 1. Roja’ (berharap hanya kepada Alloh), caranya: selalu memperhatikan apa yang ada pada dirimu dari nikmat pemberian Alloh, macam-macamnya manfaat yang diberikan kepadamu, dan dihindarkan dari macam-macamnya bala’ bencana mulai dari kamu dalm kandungan ibumu sampai saat ini. Sehingga hati kamu bisa berharap secara optimis dan husnud-dhon kepada Alloh dan tidak akan putus asa. 2. Khouf (Takut hanya kepada Alloh), caranya: selalu memperhatikan apa-apa dari dirimu tentang kekurangan dan kecurangan mu dalam menghamba kepada Alloh, adab yang kurang baik terhadap Alloh. Sehingga timbul dalam hatimu rasa takut kepada Alloh. Kedua sifat ini harus dimiliki oleh setiap mukmin.

161.
“MANFAAT AL-QOBDH dan AL-BASTHU”

٭ ربّما افادك في ليل القبض مالم تستفده في إشراق نهارالبسط لاتدْرُون ايّهُمْ اَقرَبُ لكم نفعًا.٭

161. “Terkadang Alloh memberikan padamu faidah ilmu ma’rifat pada saat kesedihan (qobdh) yang digambarkan seperti gelapnya malam. Yang tidak kau dapatkan dalam keadaan lapang /kesenangan(basth) yang di gambarkan terangnya siang. Kamu semua tidak mengetahui manakah yang lebih bermanfaat bagimu”.

  Dalam hikmah ke 90-92 telah  diterangkan tentang al-qobdhu dan al-basthu, bahwa orang yang diberi kesenangan/kelapangan (basth)yang nafsunya ikut mendapatkan bagiannya, yang terkadang menjadikan sebab terhijab dengan Alloh. Berbeda ketika orang yang dalam kondisi susah, sedih hatinya nafsunya akan lemah dan merasa sangat berhajat kepada Alloh, yang menjadikan sebabnya Alloh memberikan suatu kenikmatan yang hakiki,yaitu ilmu dan ma’rifat.Sebagaimana diterangkan lagi pada hikmah 161 ini. Sehingga orang-orang Arif sama memilih keadaan qobdh daripada basth. Tapi pada umumnya manusia memilih kesenangan dari pada qobdh,. Alloh berfirman : kamu semua tidak mengetahui mana yang lebih bermanfaat bagimu.
Karena  kita tidak mengetahui maka sebaiknya menyerahkan kepada Alloh, dan rela terhadap pemberian dan kehendak Alloh.


162-166.
 “HATI MENJADI SUMBERNYA NUR”

٭ مطالعُ الانوارالقلوب والاسرارُ. ٭

162. “Sumbernya berbagai Nur cahaya Ilahi(nur ilmu bagaikan bintang, nur ma’rifat bagaikan bulan dan nur tauhid bagaikan matahari) itu dalam hati manusia dan rahasia-rahasianya(asror)”.

  Hati dan sirnya para ‘Arifiin itu ibaratnya seperti langit yang menjadi tempat berjuta-juta bintang, bulan dan matahari. Seperti yang sudah diterangkan pada hikmah yang terdahulu bahwa nur yang keluar dari hati ‘Arifiin itu lebih terang dibandingkan sinarnya bintang, bulan dan matahari.
Sebagian Arifiin berkata: Andaikan Alloh membuka Nur hatinya para waliyulloh, niscaya cahaya matahari ,bulan akan suram (kalah). Sebab cahaya mathari dan bulan bisa tenggelam dan gerhana, sedangkan Nur hati para wali itu tidak bisa tenggelam dan gerhana.

Dalam hadits qudsi, Rosululloh bersabda, Firman Alloh : Tidak cukup untukKu bumi dan langitKu, tetapi yang cukup bagiku hanya Hati hambaKu yang beriman.
 Syeih Abul Hasan As-syadzily ra. berkata: Andaikan Alloh membuka Nurnya seorang mukmin yang berbuat dosa, niscaya memenuhi langit dan bumi. Maka bagaimanakah dengan nurnya mukmin yang taat kepada Alloh.
 Syeih Abul-Abbas al- Mursy berkata: Andaikan Alloh membuka hakikat kewaliannya seorang wali, niscaya wali itu akan disembah orang, sebab dia bersifat dengan sifat-sifat Alloh.
Jadi kalau kta tidak mengetahui nurnya ‘Arifin itu bagian dari belas kasihnya Alloh.

٭ نَورمستودعٌ فى القلوبِ مددهُ من النورالواردِمن خزاءن الغيوبِ. ٭
163. “Nur (cahaya keyakinan) yang tesimpan dalam hati hamba, itu  itu selalu bertambah karena datang langsung dari gudang(perbendaharaan )alam ghaib”.

  Sebagaimana diterangkan dalm hikmah terdahulu, bahwa Alloh menerangi alam semesta ini dengan cahaya benda (matahari,bulan) buatanNya. Sedangkan Alloh menerangi hati dengan nur sifat-sifatnya. Selanjutnya dalam hikmah ini mejelaskan bahwa Nur cahaya keyakinan dalam hati para Arifiin itu salurannya langsung dari Nur yang berasal dari perbendaharaan alam Ghaib.sehingga Nur yang ada dalam hati Arifiin semakin bertambah terang memancar.
 Dalam kitab Latho-iful-minan diterangkan: ketahilah!  Apabila Alloh menolong seorang walinya, maka hatinya akan di jaga dari segala suatu selain Alloh, dan Alloh akan menjaga hati walinya dengan selalu menambah Nur keyakinan.
   Selanjutnya Syeih ibnu ‘Atho’illah memberi isyarah kalau Nur itu ada dua macam, dengan dawuh:

٭ نوريكشفُ لك بهِ عن اٰثاره، ونوريكشف لك به عن اوصافه٭
164. “Nur yang di capai dengan panca indera itu bisa membuka /menerangkan keadaan makhluk (atsar),  dan nur keyakinan dalam hati dapat menunjukkan kamu hakikat sifat-sifat Alloh”.

 Hikmah ini juga bisa di artikan: 1.Nur yang ada dihati Arifiin itu bisa membuka/ mengetahui keadaan makhluk , mengetahui apa yang ada diatas dan dibawah langit, apa yang ada dibawah bumi dll. Yang seperti ini dinamakan Kasyaf Shuwary. Menurut ulama’ ahli hakikat Kasyaf Shuwary itu tidak dipentingkan. 2. Dan Nur itu juga bisa membuka sifat-sifat keagungan,dan keindahan Alloh, nur yang seperti ini tidak akan bisa berhasil kecuali Alloh memperlihatkan sifat-sifat keagunganNya pada hamba.hal seperti ini disebut Kasyaf Ma’nawy. Dan inilah yang terpenting menurut para Arifiin.

٭ ربّما وقفتِ القلوبُ مع الانوار كماحجبت النفوس بكثاءِف الاغيارِ. ٭

165. “Terkadang hati hamba itu terhenti pada sinar cahaya itu(sehingga hati terhijab dari Alloh), sebagaimana terhijabnya nafsu dengan syahwat macam-macamnya benda selain Alloh”.

Ada dua perkara yang bisa menghijab/menghalangi manusia berjalan menuju Alloh yaitu:
1.      Hijab/penghalang yang berupa Nur, yaitu macam-macamnya cahaya ilmu dan ma’rifat. Apabila hati hamba selalu silau melihat dan condong kepada Nur ilmu dan ma’rifatnya, dan menjadikan ilmu dan ma’rifatnya sebagai tujuan ibadahnya, bukan karena Alloh yang memberi ilmu dan ma’rifat.
2.    Hijab berupa kegelapan, yaitu kesenangan nafsu syahwat dan adat kebiasaan nafsu.

٭ ستر انوار السراءـربكثاءـف الظواهر،إجلالالها ان تبتذل بوجودالاظهار وان ينادٰى عليها بلسان الاِشتهارِ. ٭

166. “Alloh sengaja menutupi nur/cahayanya hati dengan pekerjaan-pekerjaan yang lahir, itu karena mengagungkan nur tersebut, dan jangan sampai diremehkan dengan terbuka begitu saja, dan supaya tidak diberitakan menjadi orang yang mashur/terkenal.”

 Nur cahaya kewalian itu sangatlah agung dan mulia, maka Alloh mengagungkannya dari kehinaan sebab diperlihatkan, dan dijaga oleh Alloh dari keterkenalan dikalangan makhluk.
  hikmah ini juga sudah diterangakan pada hikmah 118 terdahulu, dan juga Alloh menutupi nur kewalian karena rahmat /kasih sayang dari Alloh terhadap orang-orang mukmin,  sebab sekiranya nur kewalian terbuka pada seseorang, orang tersebut berkewajiban mencukupi hak-haknya wali, yang mungkin tidak dapat melaksanakannya. Dan dengan demikian berarti telah berbuat dosa durhaka.

167-169.
“ALLOH TIDAK MEMBUAT TANDA KEWALIAN”

٭ سبحان من لم يجعل الدليلَ علىٰ اولياءه الامن حيث الدليلُ عليه
٭ ولم يوصل اليهم الا من اراد ان يوصله اليه
167. “Maha suci Alloh yang sengaja tidak membuat tanda untuk para walinya, kecuali sekedar perkara yang menunjukan kepada Alloh, dan Alloh tidak akan mempertemukan  dengan mereka kecuali pada orang yang dikehendaki akan wushul (sampai) kepada Alloh”.

  Sebagaimana telah diterangkan pada hikmah sebelumnya, yaitu Alloh menutupi Nur cahaya kewalian, begitu juga Alloh menutupi para wali-walinya, dengan amal-amal lahir, seperti bekerja, makan, minum, sakit dan lain-lain. Jadi sangatlah sulit untuk mengenali waliyulloh itu, karena mereka juga seperti kita keadaan lahirnya.
 Syeih Abul-Abbas al-Mursy berkata: untuk mengenal Waliyyulloh itu lebih sulit dari pada mengenal Alloh, sebab Alloh mudah dikenal dengan adanya bukti-bukti kebesaran,kekuasaan dan keindahan buatanNya. Tetapi untuk mengetahui seorang yang sama dengan kamu, makan, minum menderita segala penderitaanmu sungguh sangat sukar. Tetapi jika Alloh memperkenalkan kamu dengan seorang wali, maka Alloh menutupi sifat-sifat manusia biasanya dan memperlihatkan kepadamu keistimewaan-keistimewaan yang diberikan Alloh kepada wali itu.

Dalam hadits qudsi Alloh berfirman: Para waliku dibawah naunganku, tiada yang mengenal mereka dan mendekat pada seorang wali, kecuali jika Alloh memberikan taufiq hidayahNya. Supaya ia juga langsung mengenal kepada Alloh dan kebesaranNya yang diberikan Alloh kepada seorang hamba yang dikehendakiNya.
  Syeih abu Ali Al-Jurjay berkata: Seorang wali itu orang yang fana’ lupa pada dirinya dan tetap Baqo’ dalam musyahadah dan melihat Tuhan. Alloh mengtur segala-galanya, maka karena itu terus-menerus datang kepadanya Nur Ilahi.
   Maka jika Alloh menghendaki memperkenalkan kamu dengan walinya, itu suatu anugerah yang sangat besar yang wajib kamu syukuri, karena dengan itu berarti Alloh menghendaki kamu bisa wushul kepada Alloh. Karena wali itu kekasih Alloh, Alloh tidak menghendaki selain kekasihnya berkumpul dengan kekasihnya. (Laa ya’riful waliy illal-waliy).

٭ رُبّمَا اطلعك على غيب ملكَوته وحجب عنك الإستشراف على اسرارالعباد.٭
168. “Terkadang Alloh memperlihatkan kepadamu sebagian dari keghoiban alam malakut(keadaan diatas langit), tetapi Alloh menutupi dari kamu mengetahui rahasia-rahasia hambaNya.”

  Adakalanya Alloh mmperlihatkan kepada Walinya alam malakut, sehingga ia bisa mengetahui segala sesuatu yang ghoib dalam alam malakut, tetapi karena rahmat Alloh kepadanya tidak dibukakan padanya jalan untuk mengetahui rahasia-rahasia hati sesama manusia, itu supaya tidak ikut campur dalam urusan dan kebijaksanaan Alloh yang berlaku pada hambanya, selanjutnya mu’allif dawuh:
٭ منِ اطلع على اسرار العباد ولم يتخلق بالرحمة الإلٰهيّة كان اطلاعهُ فتـنة عليه وسببا لجرّ الوبال اليه.٭
169. “Barang siapa yang dapat melihat rahasia hati manusia sedang ia tidak meniru sifat belas kasih (Rahmat) Tuhan, maka pengetahuan itu menjadi fitnah baginya,dan menjadi sebab datangnya (bala’) bahaya bagi dirinya sendiri.”

  Orang yang tidak dibukakan kasyaf untuk bisa melihat rahasia dalam hati sesama manusia itu termasuk karunia belas kasih dari Alloh, sebab apabila dia dibukakan kasyaf sehingga bisa mengetahui rahasia hati orang lain, tapi dia tidak meniru sifat rahmat dan ampunan Alloh, seperti tidak mau menutupi aib orang lain, tidak mau memaafkan kesalahan orang lain, tidak kasihan pada orang yang berbuat dosa/kesalahan, maka kasyaf yang demikian akan menjadi fitnah bagi yang diberi, dan menjadi ujian yang berat baginya, bahkan akan menjadi sebab datangnya bencana bagi dirinya.
  Rosululloh bersabda: “Tidak akan dicabut sifat rahmat belas kasih kecuali dari hati orang yang celaka”.
 Dan sabdanya lagi:
الراحمونَ يَرْحمهمُ الرَحْمن، اِرحَمُوامَنْ فى الارضِ يَرْحمكُم من فى السمَاءِ.
 “orang yang belas kasih, dikasihi oleh Alloh (ar-rohman), karena itu kasihanilah orang yang dibumi niscaya kamu dikasihi orang yang dilangit”.
  Diriwayatkan bahwa nabi Ibrahim as. Pernah merasa dalam hatinya, seolah –olah ia sangat belas kasih terhadap makhluk, maka Alloh membuka kasyaf sehingga bisa melihat alam Malakut, dan bisa melihat semua penduduk bumi dan segala perbuatannya,  dan ketika nabi Ibrohim melihat orang yang berbuat dosa/durhaka, ia berdo’a: Ya Alloh, binasakanlah mereka. Dan seketika orang itu mati, dan itu berulangkali dilakukan nabi Ibrohim,. Lalu Alloh memberi wahyu pada nabi Ibrohim : hai Ibrohim, engkau itu seorang yang mustajab do’amaka jangan engkau gunakan untuk membinasakan hambaku, karena hambaku itu salah satu dari tiga golongan, 1. Ada kalanya Dia mau bertaubat, dan Aku ampuni dosa-dosanya. 2. Ada kalanya dia akan menurunkan keturunan yang taat dan bertasbih padaku. Dan 3. Ada kalanya ia kembali menghadap padaKu, maka terserah bagi Aku untuk mengampunkan dosanya atau menyiksanya.
  Ada keterangan ulama’ lain meriwayatkan: apa yang di alami Nabi ibrohim itu yang menyebabkan Alloh memerintahkan menyembelih puteranya (Nabi Isma’il)  dan ketika Nabi Ibrohim memegang pisau untuk menyembelih puteranya ia berkata: Ya Alloh, ini putraku, buah hatiku orang yang sangat aku cinta. Tiba-tiba ada jawaban: ingatlah ketika engkau meminta padaku untuk membinasakan hambaku, apakah engkau tidak tahu bahwa Aku amat kasih pada hambaKu, sebagaimana kasihmu terhadap anakmu, maka jika engkau memita padaKu untuk membunuh hambaKu, maka Aku minta padamu untuk membunuh anak kandungmu, jadi satu-satu, ingatlah, yang memulai itu yang lebih kejam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Komentar