Sekilas Sejarah Kandang Wesi
Penulis bermaksud mengungkap sejarah Syekh sembah Dalem Sireupeun yang makamnya pernah di ziarahi, literatur sejarahnya masih terbatas, sedikit saya paparkan sejarahnya dari hasil wawancara dengan juru kunci makam yang merupakan keturunannya Syekh Sembah Dalem Sireupeun. Juru kunci (Aki Mastur) menuturkan:"Syekh Sembah Dalem Sireupeun adalah salah seorang Tokoh dari keturunan Cirebon yang diutus untuk menyebarkan Islam di wilayah Kandang Wesi, Syekh Sembah Dalem Sireupeun adalah putra, Syekh Abdurrahman putra Syekh Sunan Gunung Jati Cirebon". Konon Katanya,, Syekh Sembah Dalem Sireupeun pernah bareng berangkat ke tanah Suci Makkah dengan Syekh Abdul Jalil yang berada di Kampung Dukuh, peninggalannya adalah ada mata air disekitar makam, disebut cai kahuripan,,dulunya disitu disimpan air zamzam yang dibawa dari Makkah,,Wallahu a'lam.
Selanjutnya penulis sajikan tulisan dari copasan tentang Kandang Wesi,,,, Silahkan dibaca,,
(Foto MAKAM SEMBAH DALEM SIREUPEUN dan Juru Kunci (Aki Mastur): Desa Bojong Kec. Bungbulang, Garut)
Penulis bermaksud mengungkap sejarah Syekh sembah Dalem Sireupeun yang makamnya pernah di ziarahi, literatur sejarahnya masih terbatas, sedikit saya paparkan sejarahnya dari hasil wawancara dengan juru kunci makam yang merupakan keturunannya Syekh Sembah Dalem Sireupeun. Juru kunci (Aki Mastur) menuturkan:"Syekh Sembah Dalem Sireupeun adalah salah seorang Tokoh dari keturunan Cirebon yang diutus untuk menyebarkan Islam di wilayah Kandang Wesi, Syekh Sembah Dalem Sireupeun adalah putra, Syekh Abdurrahman putra Syekh Sunan Gunung Jati Cirebon". Konon Katanya,, Syekh Sembah Dalem Sireupeun pernah bareng berangkat ke tanah Suci Makkah dengan Syekh Abdul Jalil yang berada di Kampung Dukuh, peninggalannya adalah ada mata air disekitar makam, disebut cai kahuripan,,dulunya disitu disimpan air zamzam yang dibawa dari Makkah,,Wallahu a'lam.
Selanjutnya penulis sajikan tulisan dari copasan tentang Kandang Wesi,,,, Silahkan dibaca,,
(Foto MAKAM SEMBAH DALEM SIREUPEUN dan Juru Kunci (Aki Mastur): Desa Bojong Kec. Bungbulang, Garut)
Pada masa dahulu sebutan wilayah Kandang Wesi sudah lama ada
bahkan disebut sebagai daerah tertua dengan sebutan puseur bumi yang memiliki
beberapa keunikan sebuah rahasia (nyireupeun). dalam babad atau sejarah lisan
menyebutkan bahwa kandang wesi telah memiliki para ahli ilmu dibidang najum dan
kanuragan serta beberapa empu pembuat perkakas.yang dikenal hingga kebeberapa
daerah dan sempat menjadi tujuan para raja terlebih dalam mendapatkan pusaka
perang sehingga dimasa itu karya para empu berhasil menyebar ke beberapa
kerajaan. maka sempat terbentuknya para santana-santana (juru obor) yang
berpungsi sebagai penunjuk jalan dalam mengirim persenjataan (cacandrang) dan
pasokan perkakas rumah tangga serta alat-alat pertanian. dari perjalanannya
tidak sedikit para empu yang sengaja berpindah hingga menetap dibeberapa daerah
sebagai tukang Panday (pembuat besi).
Di ceritakan Pada awal “Nyamune Asekan” terbukanya daerah
kandang wesi yang disilokakan sebagai “Buni Nagara Selop Pandan” diartikan sebuah Negara tersembunyi tanpa
kekuasaan atau pada patakonan carita buhun kandang wesi terlahirnya dari
”sakureun” (sepasang) yang bernama Aki Banteng Alas dan Nini Banteng Alas. pada
ramalanpun dikenal sebagai “pangeling jaman” menyebutkan jaman yang dibagi
menjadi lima bagian diantaranya:
Jaman Tirta (ditandai tingginya pepohonan mencapai 100
deupa). Digambarkan awal berdirinya dunja sehingga hamparan bumi banyak
digenangi air.
Jaman Kerta (ditandai tingginya pepohonan mencapai 80
deupa). Terbentuknya daratan dan terlahirnya manusia pertama yang dikenal
sebagai Nabi Adam dan Siti Hawa.
Jaman Dupara (ditandai tingginya pepohonan mencapai 50
deupa)
Jaman Kadi (ditandai tingginya pepohonan mencapai 30 deupa)
Jaman Sanggara (ditandai tingginya pepohonan mencapai 10
deupa) dilakonkan sebagai awal terjadinya kerusakan bumi yang menyudahi
kehidupan dalam bumi.
Dimasa Kerajaan Pajajaran
Menjelang berdirinya kerajaan pajajaran, kandang wesi adalah salah satu
wilayah yang menjadi bagian kekuasaan pajajaran terutama andil besar dalam
penyediaan perkakas perang serta banyaknya para pemuda yang menjadi prajurit
pajajaran. diperkirakan pada tahun 1413 kandang wesi pun merupakan wilayah
pertama yang mengirimkan sejumlah upeti ke padjajaran dalam bentuk hasil
pertanian.
Pada akhir tenggelamnya kekuasaan pajajaran dimana pada
naskah babad diceritakan terhadap sejumlah “Ratu Rujuh” diantaranya Cirebon
Hilir, Cirebon Girang, Cirebon Tengah, Mataram, Solo, Mekah, Kandangwesi yang
dimotori Prabu Borosngora atau diKandangwesi dikenal dengan nama Iwung Bitung
dan Haur Cengkup melakukan pertemuan yang digelar di Batu Tujuh sebuah tempat
hutan belantara yang menjorok kearah laut sebelah selatan. Dalam isi babad
Kandangwesi maupun makna silokanya
pertemuan itu bertujuan membahas tentang misi kesundaan dan sikap yang
akan diambil termasuk dalam merahasiahkan beberapa kebendaan. dan isi ketetapan
itu adalah :
Mengembalikan status wilayah Kandangwesi sebagai Bumi Nagara
Selop Pandan Negara tersebunyi tanpa kekuasaan serta sebuah wilayah yang
menjadi tempat berkumpulnya para penguasa kesundaan termasuk dalam penyelamatan
rahasia maupun tujuan akhir pengabdian.
Penyamaran dengan cara mengganti nama mereka serta gelar
sebagai tokoh yang pernah berkuasa.
Menetapakan Panca Kalima sebagai teuteukon hukum Kandangwesi
Menentukan sepuluh syarat Kesatria Pawestri atau pada
ramalan kandangwesi sebagai generasi penerus ; cikal bakal kemunculan Ratu
kedelapan (rat nusa jawa kabeh)
Peralihan Kejaman Mataram
Tragedy penyusutan kerjaan Padjajaran mengawali beralihnya kemasa
kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Panembahan Sinopati anak angkat kesultanan
Pajang (sultan hadiwijaya) yang diwaktu itu sebagai kerajaan pengganti paska
terjadinya gejolak yang melumpuhkan kerajaan Demak. Besar dan berkembangnya
kekuasaan Mataram dengan pesat disokong oleh kekuatan islam yang telah menyebar
kebeberapa wilayah Terlebih pengaruh kasunanan Cirebon dapat dirasakan di Jawa
Barat.
Maka dalam perluasan wilayahnya sekitar Tahun 1602 sejumlah prajurit dari kesultanan Cirebon masuk ke wilayah KadangWesi sehingga berhasil mendirikan Padaleman Kandangwesi dibawah kepemimpin Prabu Sembah Dalem Drava Yuda yang mengangkat dua kepatihan yaitu Santana Jiwa dan Parana Jiwa. Selama kepemimpinannya Drava Yuda banyak dibantu oleh syeh yang lebih dulu menetap sebagai pandita pertapa yang memiliki julukan Sembah Dalem Sireupeun. kepemimpinan Drava Yuda memerintah selama 50 Tahun (1603-1650) yang kemudian kadipaten Kandangwesi dilanjutkan oleh Hyang Jatuna
bermulanya dari komplik perlawanan Mataram ke batavia maka
terjadinya perpindahan pengiriman upeti yang semula ke Cirebon menjadi ke
Sukapura dengan maksud untuk memudahkan jalur pengiriman dan dari kesetiaannya
maka tertoreh dua kali kandangwesi mendapatkan piagam berupa “Goong” yang
dikenal sebagai Goong Bojoeng. Ditengah situasi tersebut ditambah mulai
masuknya para saudagar belanda yang melirik pembangunan perkebunan
dikandangwesi melumpuhkan pengaruh mataram kebeberapa sector hingga terputusnya
jalur pengiriman upeti ke Sukapura.
Berdasarkan sumber lain dikatakan pada 24 September 1665
atau bisa juga dimaksudkan sebagai tindaklanjut dari misi terdahulu Prabu
Borosngora maka terulangnya sebuah pertemuan besar yang kali ini
diselenggarakan oleh sejumlah bupati di sekitar Cianjur, Sukabumi dan Garut, mereka
mengadakan musyawarah di Gunung Rompang (bagian dari pegunungan Beng-breng),
Desa Loji, perbatasan antara Ciemas dan Palabuhanratu. Sejumlah dalem
menyempatkan hadir dalam pertemuan tersebut, seperti Sang Hyang Panai-tan
(Adipati Sukawayana), Adipati Lumaju Gede Nyilih dari Cimapag, Dalem Nalama-ta
dari Cipaminglds, Dipati Jayaloka dari Cidamar, Hyang Jatuna dari Kandangwesi
Garut, Dipati Krutuwuna dari Parakanulu, dan Hyang Manda Agung dari Kerajaan
Sancang. Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan, yaitu mengangkat Dalem
Cikundul/ Aria Wiratanu I sebagai pemimpin dengan gelar Raja Gagang (Raja
Pegunungan). Catatan mengenai Raja Gagang ini tercantum dalam buku De Priangan
jilid dua dari Degregister Belanda tertanggal 14 September 1666 Masehi. “Dalam
buku itu diterangkan bahwa Raja Gagang menyerahkan surat kepada Sersan Scipio,
serdadu Belanda yang tengah melakukan pengukuran terhadap daerah bekas Kerajaan
Pajajaran. Isi suratnya menyatakan bahwa kerajaan pegunungan (Raja Gagang)
tidak tunduk kepada siapa pun, Sisi lain sikap antinya itu yang ditunjukan
melalui gerakan persekutuan secara grilyawan telah menarik simpati sejumlah
penguasa yang beberapa diantara kekuasaannya sudah melemah. setelah peristiwa
itu, kiprah Raja Gagang tidak terdengar lagi. Akan tetapi, baginya, hal itu
merupakan bukti sikap anti dan perlawanan terhadap penjajah.
Akhirnya berdasarkan perjanjian VOC dengan Mataram tanggal 5
Oktober 1705, maka seluruh wilayah Jawa Barat kecuali Banten jatuh ke tangan
Kompeni. Untuk mengawasi dan memimpin bupati-bupati Priangan ini, maka pada
tahun 1706 Gubernur Jenderal VOC Joan van Hoorn (1704-1709) mengangkat Pangeran
Arya Cirebon (1706-1723) sebagai opzigter atau Pemangku Wilayah Priangan.
Gubernur Jendral VOC menjadikan para Bupati sebagai
pelaksana atau agen verplichte leverantie atau agen penyerahan wajib tanaman
komoditas perdagangan seperti beras cengkeh, pala, lada, kopi, indigo dan tebu.
Kemudian menetapakan wilayah distrik kandang wesi dengan
batas “Pasir Garu” atau 5 Bukit besar sebagai perbatasan distrik.
https://taopiksiregar.wordpress.com/2013/05/30/kandangwesi/
Silsilah keturunan Syekh Sembah Dalem Sireupeun (Syekh Nur Syarif Sireupeun)
Perjalanan menuju Makam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar