107-108.
“NIKMAT IiJAD(diciptakan) dan
NIKMAT IMDAD(kelanjutan)”
٭ نِعْمَتاَنِ ماَ خَرَجَ موْجُودٌ عَنْهاَ ولاَ بُدَّ لِكُلِّ مُكـَوِّنٍ مِنْهُما نِعْمةُ الاِيْجادِ وَنِعْمة ُالاِمْداَدِ ٭
107.”Ada dua nikmat yang tidak ada satu mahlukpun yang terlepas dari keduanya, yaitu nikmat ciptaan(diwujudkan) dan nikmat kelanjutan.
Karena tiap makhluk asalnya tidak ada, maka nikmat yang diterima pertama kali adalah nikmat iijad/diciptakanAlloh yang menjadikannya ada.kemudian dilanjutkan dengan nikmat Imdad/kelanjutan hidup, yakni melengkapi kebutuhan hidup, sebab bila tidak dilengkapi kebutuhan hidup maka tidak akan dapat bertahan hidup.
٭ اَنْعَمَ عليكَ اوَّلاً بِالاِيجَادِ واثاَنياً بِتَوالى الاِمدادِ ٭
108. “Pada mulanya Alloh memberi nikmat kepadamu berupa iijad/diwujudkan, kemudian nikmat yang kedua: melengkapi kebutuhan-kebutuhan wujudmu yang terus-menerus(bantuan/pertolongan Alloh)”.
Alloh berfirman: wa-asbagho ‘alaikum ni’mahuu-dhohirotan-wa-baathinah.(Alloh menuangkan kepadamu nikmat lahir batinyang terang dan samar, dan yang tidak terasa.)
Dan firman Alloh: “Tetapi Alloh yang mencintakan kamu kepada iman,dan Alloh menghias iman itu dalam hatimu, dan Alloh yang membencikan kamu kepada kufur(kekafiran)dan pelanggaran dan maksiat dosa. Merekalah orang yang dapat petunjuk, itu semua karunia dari Alloh dan nikmat, dan Alloh maha mengetahui lagi bijaksana. Al-hujurat 8”.
Dzun-Nun Al-Mishri berkata: Siapa yang dalam tauhid itu merasa seolah-olah sebagai hasil kecerdasannya sendiri, maka tauhid itu, tidak dapat menyemenyelamatkannya dari api neraka, sehingga merasa bahwa tauhidnya itupun karunia dari Alloh ta’ala.
Seseorang apabila telah merasa asal kejadiaannya dari Alloh dan kelanjutannya pun dari Alloh, merasa bahwa sifat fakirnya itu memang asli pada kejadiannya, dan ia tidak dapat melepaskan diri dari Tuhan yang di hajatkannya pada tiap detik dalam wujudnya.
109-110.
“SIFAT ASLI MANUSIA dan
WAKTU TERBAIK UNTUK HAMBA”
٭ فاَقَتُكَ لكَ ذاتِيَةٌ وَوُروُدُ الاَسباَبِ مُذَكِراَتٌ لكَ بماَ خَفىَ عليكَ منهَا وَالفاقَةُ الذ ّاَتِيَةٌ لاَتَرْفَعُهاَ العَوَارِضُ ٭
109. “ Kefakiran/kebutuhanmu itu adalah sifat asli dalam dzat kejadianmu, sedang sebab-sebab/kejadian yang menghinggapi dirimu itu untuk mengingatkan kamu apa yang tersembunyi bagimu dari sifat aslimu, sedangkan kebutuhan/sifat asli itu tidk bisa dihilangkan dengan sesuatu yang sementara”.
Hikmah ini menjadi kelanjutan dari hikmah sebelumnya, yang menerangkan nikmat pemberian dari Alloh.
Jadi jelas sudah, bahwa wujud/kejadianmu itu pemberian/ciptaan Tuhan, demikian pula hajat kebutuhan tiap detik untuk kelanjutan hidup, itupun pemberian Tuhan,maka jelas bahwa kebutuhan/kefakiran itu asli dalam kejadianmu.
Jadi apabila kamu lupa dengan kefakiran kamu, seolah-olah kamu tidak berhajat karena sudah hidup, dalam kondisi sehat, punya harta maka itu suatu hal yang hinggap sementara ketika engkau lupa asal kejadianmu, maka Alloh memberi padamu peringatan berupa penyakit, kekurangan harta dll, untuk mengingatkan kamu asal kejadianmu (fakir). Sehingga kamu mau kembali lagi menjadi seorang hamba.
Sebagian ulama’ mengatakan : mengapa firaun mengatakan “ANA ROBBUKUMUL-A’LAA”( akulah tuhan yang maha tinggi.), itu dikarenakan firaun itu kaya dan selalu sehat tidak pernah sakit. Firaun dalam waktu 400 tahun itu tidak pernah sakit sekalipun, seumpama dia pernah sekali saja sakit kepala atau panas badannya, tentu dia tiadak akan mengku menjadi Tuhan.
110. “WAKTU TERBAIK UNTUK HAMBA”
٭ خَيْرُ اَوقاَتِكَ وَقْتٌ تَشْهَدُ فيهِ وُجُودُ فاَقَتِكَ وَتُرَدُّ فيِهِ اِلٰى وُجُودِ ذِلَّتِكَ ٭
110.” Sebaik-baik waktu dalam hidupmu, ialah saat-saat dimana engkau merasa dan mengkui kefakiran / kebutuhanmu, dan kembali pada adanya kerendahan dirimu”.
Sebaik-baik waktu dalam masa hidupmu, ialah saat ingat kepada Alloh dan putus hubungan dengan segala suatu selainNya. Yaitu disaat merasakan benar-benar kebutuhanmu kepada Alloh, sedang segala sesuatu yang lainnya tidak dapat menolong meringankan kebutuhanmu. Dan tidak ada pengharapan selain padaAlloh. Maka pada saat itu murnilah pengertian tauhidmu kepada Alloh.
Diceritakan: Syeih ‘Ato’ as-sulamy itu selama tuju hari tidak merasakan makanan sama sekali dan dia tidak bisa berbuat apa-apa, tapi dalam kondisi seperti itu hati beliau tambah senang, dan berkata(berdo’a): Ya Tuhanku, jika Engkau tidak memberi makanan kepadaku tiga hari lagi tentu aku akan sholat seribu rokaat.
Syeih Fathul-Mushily pada satu malam pulang kerumahnya, dan dirumahnya tidak ada makanan, tidak ada lampu, tidak ada kayu bakar. Lalu dia memuji kepada Alloh dengan munajatnya: Ya Tuhanku, sebab apa aku Engkau tempatkan pada tempatnya para kekasihMu? .
111. “AL-UNSU
(ketenangan jiwa)”
٭ مَتٰى اَوحَشكَ من خَلقِهِ فاَعْلم اَنَّهُ يُرِيدُ ان يَفتحَ لك باَبَ الاُنْسِ بِهِ ٭
111.” Apabila Alloh telah menjemukan kamu dari mahluk,maka ketahuilah bahwa alloh akan membukakan untukmu pintu ketenangan dan senang kepada Alloh”.
Pada hikmah-hikmah sebelumnya menjelaskan tentang karunia pemberian Alloh kepada kita, sehingga kita tahu tentang kefakiran dan kehinaan kita.
Pada hikmah ini Syeikh Ibnu ‘Ato’illah mejelaskan tanda orang-orang yang sudah bergantung kepada Alloh akan diberi UNSU(ketenangan hati). Yaitu Ketika Alloh telah membuka pintu ketenangan menghadap Alloh,maka kamu benar-benar menjadi hamba Alloh, dan kamu akan merasa jemu dengan selainNya(mahluk), karena merasa mahluk tidak bermanfaat, bahkan adakalanya mudhorrot baguimu. Diceritakan: Syeih Abu Yazid al-busthomy, ketika ia diperlihatkan oleh Alloh alam Malakut dan mahluk-mahluk yang ada di langit, kemudian di Tanya: adakah sesuatu yang menyenangkan engkau? Jawabnya: Tidak. Maka dikatakan kepadanya: Engkau hamba Alloh yang sesungguhnya.
112-113.
“RAHASIA BERDO’A”
٭ مَتٰى اَطـْلَقَ لِساَنَكَ بِاالطَلَبِ فَاعلمْ اَنَّهُ يُرِيدُ ان يُعْطِيكَ ٭
112.” Apabila Alloh telah melepaskan lidahmu untuk meminta, maka ketahuilah bahwa alloh akan memberi kepadamu”.
Yakni ketika alloh melepaskan lidahmu dari diam(tidak meminta) yang timbul karena kamu merasa kaya dan tidak butuh dan tidak melihat kefakiranmu, sehingga kamu mau meminta/berdo’a dengan lisanmu kepada Alloh, itu disebabkan kamu sadar dengan kefakiranmu, pasti Alloh akan memberi kepadamu. Karena Alloh telah berjanji akan mengijabah do’a orang-orang yang sangat berhajat.
Abdulloh binUmar berkata: Rosululloh saw.bersabda : Siapa yang telah mendapatkan izin berdo’a, berarti telah dibukakan baginya pintu rahmat, dan tiada dimintai sesuatu yang lebih disukai oleh Alloh dari pada dimintai ampunan dan selamat dunia akhirat.
Dalam Hadits lain: Rosululloh saw. bersabda: Siapa yang telah diberi kesempatan berdo’a, maka tidak akan diharamkan dari ijabah(diterimanya do’a)
Anas bin Malik berkata: Rosululloh saw. Bersabda: Apabila Alloh kasih sayang kepada seorang hamba, maka diturunkan kepadanya bala’, maka bila ia berdo’a, Malaikat berkata: suara yang sudah terkenal, Jibril berkata; Tuhanku, hambaMu fulan, sampaikan hajatnya. Alloh menjawab: Biarkan saja hambaku, Aku suka mendengar suaranya, maka apabila hamba berkata: Ya Robbi, Alloh menjawab: Labbaika hambaKu, tiada engkau berdo’a kecuali Aku sambut, dan tiada engkau meminta melainkan pasti Aku berikan,ada kalanya aku segerakan pemberianku untukmu, atau aku simpan untukmu yang lebih baik bagimu. Atau Aku tolak dari padamu bala’ yang lebih besar dari itu.
٭ العاَرِفُ لاَ يَزوُلُ اِضْطرَارُهُ ولاَ يَكُوْنُ معَ غَيْرِالله قرَارةٌ ٭
113.” Seorang aarif tidak akan hilang rasa hajat kebutuhannya kepada Alloh, dan tidak pernah merasa tenang, atau bersandar kepada sesuatu selain Alloh”.
Seorang Arif mempunyai hati yang sangat halus dan adab sopan santun yang sangat tinggi terhadap AllOh. Dia mengenali karunia dan kekuasaan Alloh, pada nikmat penciptaan(ijaad) dan nikmat kelanjutan kewujudan (imdaad)yang diciptakan Alloh. Dia meyakini bahawa tiada satu detik pun makhluk bisa terlepas dari ketergantungan kepada Alloh.
Seorang ‘Aarif selalu merasa berhajat kepada Alloh, sebab memang tidak ada Sesutu yang bisa memuaskan kepadanya selain Alloh,. Juga karena sadar benar-benar terhadap kekuasaan Alloh disamping kelemahan dan kebutuhan diri sendiri kepada Alloh.
114.
“HATI DITERANGI DENGAN NUR SIFAT-NYA”
٭ اَناَرَالظواَهِر بِاَنواَرِ اَثاَرِهِ وَاَناَرَالسَّرَاءرَ اَوْصافِهِ لاَجْلِ ذٰلكَ اَفَلَتْ اَنْوَارُالظَّواهِرِ وَلمْ تأفـُلْ اَنْوَارُالقلوبِ واَالسرَاءرِ ،ولذَٰلكَ قِيلَ : انَّ شَّمسَ النَّهاَرِ تـَغْرُبُ بِليلٍ وَشَمْسَ القلوبِ ليسَتْ تغيْبُ ٭
114.”Alloh telah menerangi alam (lahir) ini dengan cahaya makhluk(atsar)Nya, dan menerangi Hati (sir) dengan Nur sifatNya. Maka karena itu cahaya alam itu bisa terbenam, dan tidak dapat terbenam/hilang cahayanya hati dan sir. kata syair: “Sesungguhnya mataharinya siang itu terbenam waktu malam,” “tetapi mataharinya hati tidak pernah terbenam”.
Alloh menerangi alam dengan Nur/cahaya bulan,bintang dan matahari yang semua itu makhluk yang rusak dan berubah, tetapi Alloh menerangi Hati (sir) dengan Nur, ilmu dan ma’rifat yang langsung dari sifat-sifat Alloh, maka karenanya tidak dapat suram dan terbenam.
Syair ini mengingatkan pada kita tentang pentingnya memperhatikan sesuatu yang abadi dari pada yang bisa rusakdan sirna.
Sahl bin Abdulloh ketika ditanya tentang makanan (qut) jawabnya:Huwa-alhayyul-ladzii laa-yamuut.(Ia yang hidup dan tiada mati). Penanya berkata: Saya tidak bertanya tentang makanan itu , tapi makanan yang menguatkan, jawabnya: Ilmu, ketika ditanya: Makanan sehari-hari yang lazim? Jawabnya: Dzikir, ditanya: makanan jasmani? Jawabnya : apa urusanmu dengan jasmani, biarkan /serahkan pada yang membuat pada mulanya dia akan mengurusi selanjutnya, jika ada kerusakan kembalikan pada yang membuat, tidakkah itu sudah lazim, buatan sesuatu jika rusak kembalikan pada yang membuat untuk di perbaiki.
115-116.
“SIKAP MENGHADAPI BALA’ & UJIAN”
٭ لِيُخَفِّفْ اَلَمَ البَلاَءِ عليكَ عِلمُكَ بِاَنَّهُ سُبْحانهُ هُوَ المُبْلى لكَ. فالذِىواجْهَتكَ منهُ الاقدارُ هُوَالذيْ عَوَّدَكَ حُسنُالاِخِتِياَرِ ٭
115. “ Seharusnya bala’ yang menimpa padamu terasa ringan, karena engkau mengetahui bahwa Alloh yang menguji(memberi bala’) padamu.maka Tuhan yang menimpakan kepadamu takdirNya itu, Dia pula yang telah biasa memberi sebaik-baik apa yang dipilihkanNya untukmu.(Dialah yang membiasakan kau merasakan sebaik-baik pilihanNya/pemberianNya)”.
Ketahuilah, bahwa Dzat yang memeberi nikmat kepadamu punya kebiasaan senang memberi sesuatu yang terbaik untukmu, maka dilain waktu bila memberi sesuatu yang dirasakan tidak baik, tentu kamu bisa yakin bahwa itu juga terbaik untukmu.
Abu ali ad-daqqoq berkata: Suatu tanda seorang itu mendapat Taufiq karunia Alloh, ialah terpeliharanya iman (Tauhid) diwaktu menghadapi bala’,ujian bencana. Wa-‘asaa -an-takrohuu syai-an-wahuwa khoirul-lakum (Mungkin kamu tidak suka pada sesuatu, pdahal itu baik untukmu).
Abu tholib al-Makki berkata: Manusia itu tidak suka miskin, hina dan penyakit, padahal itu semua baik baginya untuk bekal di akhirat, sebaliknya ia suka kaya, sehat dan terkenal padahal itu semua bahaya disisi Alloh, dan jelek akibatnya.
Al-junaidy berkata: Ketika saya tidur ditempat As-Sary as-saqothy, tiba-tiba saya di bangunkan, lalu dia berkata: Ya junaid, saya telah bermimpi seolah-olah berhadapan dengan Alloh, lalu alloh berkata kepadaku: Hai Sarri, ketika Aku membuat makhluk maka semua mengaku cinta kepadaku, kemudian aku membuat dunia, maka lari dari padaku Sembilan puluh persen(90%) dan tinggal sepuluh persen(10%), kemudian aku membuat surga, maka lari dari padaku sembilan puluh persen dari sisanya itu, kemudian Aku membuat neraka, maka lari dari padaku Sembilan puluh persen dari sisanya itu, kemudian aku membuat bala’, maka lari dari padaku sembilan puluh persen dari sisa-sisanya itu.
Maka aku berkata pada sisa yang tinggal itu: Dunia kamu tidak mau, surga kamu tidak suka, neraka kamu tidak takut, bala’ musibah juga kamu tidak lari, maka apakah keinginanmu? Jawabnya: Engkau telah mengetahui keinginan kami. Aku berkata; Aku akan menurunkan kepadamu bala’ yang tidak akan sanggup menanggungnya walaupun bukit yang besar. Sabarkah kamu? Jawab mereka: Apabila Engkau yang menguji, maka terserahlah kepadamu (berbuatlah sekehendakmu), maka mereka itulah hambaku yang sebenarnya.
٭ مَنْ ظَنَّ اِنفِكَاَكُ لُطْفِهِ عن قَدَرِهِ فَذاَكَ لِقُصُورِنَظْرِهِ ٭
116.” Barang siapa yang mengira terlepas kasih sayang Alloh sebab turunnya bala’ ujian yang ditakdirkan Alloh, maka yang demikian itu disebabkan karena piciknya(dangkalnya)pandangan imannya”.
Rosululloh saw. Bersabda: “Jangan menuduh tidak baik terhadap segala apa yang telah ditakdirkan Alloh untukmu”.
Rosululloh saw. Bersabda: jika Alloh belas kasih pada seorang hamba, maka diuji dengan bala’, jika sabar maka dipilihNya, jika telah ridho maka diistimewakan”.
Abu Hurairoh ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda: ”Siapa yang dikehendaki Alloh untuknya kebaikan, maka diujinya dengan musibah bala”.
Abu Hurairoh dan Abu Said ra. keduanya berkata: Bersabda Rosululloh saw.: “Tiada sesuatu yang mengenai seorang mukmin berupa penderitaan, kelelahanatau risau hati/fikiran melainkan kesemua itu akan menjadi penebus dosanya”. HR. Bukhori-Muslim.
Ibnu Mas’ud ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda:” Tiada seorang muslim yang terkena musibah bala’ gangguan atau penyakit, danyang lebih ringan dari itu melainkan Alloh menggugurkan dosanya, bagaikan gugurnya daun pohon”.
Kita jangan menjadi orang yang dangkal/piciknya pandangan,sehingga tidak dapat melihat adanya nikmat rahmat karunia dari Alloh dalam takdir musibah bala’ itu hanya karena lemahnya iman keyakinan, dan tidak adanya Husnudh-dhon terhadap Alloh ta’ala yang maha bijaksana dan rahmat.
Sebab kalau kita mau berhusnudhon kepada Alloh banyak sekali karunia Alloh yang diberikan bersamaan dengan bala’/ujian itu diantaranya:
Sebab bala’ kita oleh Alloh ditempatkan dipintu rohmatNya.
Sebab bala’ nafsuu kita jadi lemah, hilang kekuatannya, hilang sifst-sifstnys nafsu yang menjatuhkan kita kepintu maksiat dan mencintai dunia.
Sebab bala’ hati mudah untuk taat spt sabar, ridho, tawakkal, zuhud dan ingin bertemu dengan Alloh.
Sebab bala’ dosa-dosa hamba akan diampuni oleh Alloh.dll..
Imron bin Husain ra. menderita penyakit buang air selama tiga puluh tahun tidak dapat bergerak dari tempat tidurnya, sehingga dibuatkan lubang dibawah tempat tidur untuk kencing dan buang airnya, suatu hari datang saudaranya Al alaa’ atau Muthorrif bin Assyikhir, lalu menangis melihat penderitaan Imron bin Husain, maka ditanya oleh imron : mengapakah engkau menangis? Jawabnya: karena aku melihat keadaanmu, imron berkata: jangan menangis, karena aku suka pada apa yang di sukai alloh untukku. Kemudian imron berkata; saya akan berkata kepadamu semoga bermanfaat bagimu, tetapi jangan kau buka kepda orang lain sehingga ak mati. Sesungguhnya para malaikat berziarah padaku dan member salam padaku, sehingga aku merasa senang dengan adanya mereka.
Urwah bin Az-Zubair ra. ketika sakit yang oleh dokter diputuskan harus di potong betisnya, maka ketika akan dilaksanakan, oleh dokterakan diberi obat tidur supaya tidak terasa sakitnya dipotong betisnya itu. Urwah berkata: jangan diberi obat tidur, tetapi teruskan potong beris tanpa obat tidur. Dan ketika digergaji betisnya tidak terdengar keluhan kecuali ucapan Hasby (cukup bagiku yakni rohmat Alloh).
Dan setelah selesai operasinya, ia menyuruh pembantunya supaya mencuci dan membungkus potongan betisnya itu dan menguburnya dikuburan kaum muslimin, lalu ia berkata: Alloh telah mengetahui bahwa kaki itu tidak pernah saya gunakan berjalan kepada maksiat, lalu ia berkata: Ya Alloh, jika Engkau ambil, masih banyak sisanya, jika engkau memberi bala’,masih banyak selamatnya..
117.
“KHAWATIR DENGAN HAWA NAFSU”
٭ لاَ يُخاَفُ عليكَ اَنْ تَلْتَبِسَ الطُرُقُ عليكَ وَاِنَّماَ يُخَافُ عليكَ مِنْ غَلبَةِ الهَوَى عليكَ ٭
117. “Tidak dikuatirkan padamu salah jalan, tetapi yang dikuatirkan atasmu yaitu menangnya hawa nafsu mengalahkan akal dan imanmu”.
Apabila kamu dalam perjalanan suluk mengalami berbagai hal spt: berbuat taat,atau maksiat,mendapat nikmat atau bala’, itu semua jalan menuju Alloh yang sudah jelas, sudah cukup tuntunan dalam Alqur’an dan Hadits nabi. Jika berbuat taat hendaknya merasa itu sebagai karunia dari Alloh, jika berbuat dosa lekas bertaubat, jika menerima nikmat harus bersyukur, jika mendapat ujian bala’ harus bersabar. Tetapi yang di khawatirkan padamu yaitu merajalelanya hawa nafsu, sehingga mengalahkan akal dan iman.
118.
“ALLOH MENUTUPI RAHASIA KEWALIAN”
٭ سُبْحاَنَ من سَتَرَ سِرَّالخُصُوصيَّةِ بِظُهُورِ البَشَرِيَّةِ وَظَهرَ بِعَظَمةِ الرُّبُوْبِيَّةِ فِى اِظهاَرِالعُبُودِيَّةِ ٭
118. “Maha suci Alloh yang telah menutupi rahasia-rahasia keistimewaan seorang wali dengan tampaknya sifat-sifat yang umum bagi menusia, dan telah jelas terlihat keagungan ke-Tuhanan Alloh dengan menunjukkan kepada manusia sifat-sifat kehambaan dan kerendahan mahluknya”.
Rahasia-rahasia kebesaran ilmu ma’rifat yang diberikan oleh Alloh pada para walinya ditutupi oleh Alloh dengan tampaknya sifat dan kebiasaan yang umum bagi semua manusia,seperti bekerja, bertani,berdagang dll, tetapi dalam hatinya penuh dengan ilmu dan makrifat. sebaliknya Alloh memperlihatkan dengan sangat jelas kebesaran ke-TuhananNya dengan menunjukkan sifat-sifat ‘Ubudiyyah,kelemahan dan kefakiran hamba kepadaNya.
Syeih Abil-Hasan as-Syadzily ra. berkata: AL-‘UBUDIYYATU JAUHAROTUN ADH-HAROTHAR-RUBUBIYYAH.(Ubudiyyah/penghambaan itu berlian yang diperlihatkan ke-Tuhanan Alloh.)
119.
JANGAN MENUNTUT TUHANMU
٭ لاَ تُطَالب رَبَّكَ بِتأَخرِ مطلَبكَ وَلٰكِن طِالب نَفْسَكَ بِتأَخِيرِ اَدَبِكَ ٭
119. “Jangan menuntut Tuhan karena ditundanya permintan yang telah engkau minta kepada Alloh. Tetapi hendaknya engkau koreksi dirimu,tuntut dirimu yang belumbisa bertatakrama(supaya tidak terlambat melaksanakan kewajiban-kewajibanmu terhadap Alloh)”.
Jika belum tercapai hajat permintaanmu, jangan engkau su’udh-dhon kepada Alloh, dan menuntut kepada Alloh untuk segera mengabulkan permintaanmu, sebab Alloh tidak dapat dituntut terhadap apa saja yang dikehendaki.
Akan tetapi hendaknya permintaanmu itu semata-mata untuk menunjukan sifat kehambaanmu kepada Alloh, dan hajat kebutuhanmu kepada Alloh. sebab terhadap kebutuhanmu Alloh tidak usah diingatkan, bahkan Alloh telah melengkapi segala kebutuhanmu sebelum kau mengerti apa hajat kebutuhanmu yang sebenarnya. Maka sebaiknya kau menyerah bulat-bulat kepada Alloh tanpa memaksa, tanpa usul apa-apa kepada Alloh.
Dan lagi apabila kamu meyakini Alloh tidak akan mengabulkan do’amu itu berarti kamu tidak punya adab, karena Alloh telah berjanji akan mengabulkan semua do’a hambaNya. Tetapi cara mengabulkannya tidak harus mewujudkan seperti keinginanmu, semua terserah Alloh, yang semua itu terbaik bagimu.
120-121.
“NIKMAT KARUNIA TERBESAR DARI
ALLOH”.
٭ مَتىَ جَعَلكَ فِى الظَّاهِرِ مُمتـَثِلاً لاَمْرِهِ وَرَزقكَ فِى البَاطِنِ الاِسْتِسْلاَمِ لِقَهْرِهِ فَقَد اَعْظَمَ المِنَّةَ عَلَيْكَ ٭
120. “Apabila Alloh telah menjadikan engkau pada lahirnya taat menurut perintahNya dan dalam hatimu menyerah/tawakkal kepadaNya, maka berarti Alloh memberi kepadamu nikmat karunia yang sebesar-besarnya.”
Jika Alloh telah memberi taufiq hidayah kepada hamba untuk melakukan segala perintahNya, dan didalam hati/batinnya diberi kekuatan bisa menyerah/tawakkal pada sifat qohrinya Alloh(selalu ridho atas apa yang terjadi atas dirinya), itu berarti Alloh telah memberi karunia nikmat yang sangat besar.karena Alloh telah mengumpulkan ‘Ubudiyyah (penghambaan)lahir dan ‘Ubudiyyah batin.
Sebab tugas manusia hanya untuk beribadah kepada Alloh lahir batin, dengan ikhlas, tentang semua kebutuhan dan hajatnya telah dicukupi oleh Alloh, maka jangan menuruti hawa nafsu yang tidak ada puasnya.
٭ لَيْسَ كُلُّ مَنْ ثَبَتَ تَخْصِيْصُهُ كـَمُلَ تَخـْـلِيْصُهُ ٭
121.” Tidak semua orang yang telah tampak jelas ke-kramatannya itu berarti telah sempurna pembersihannya(dari penyakit-penyakit hati dan hawa nafsu).”
Kramat(perkara yang luar biasa/tidak masuk akal)yang diberikan Alloh kepada para hambaNya, yang tujuannya untuk menambah keyakinan dan keimanan hamba,dan untuk memperkenalkan bukti kekuasaan Alloh itu tidak tergantung pada sebab dan kebiasaan,bahkan kebiasaan itu bisa menjadi sebab terhijabnya menusia dari Qudratnya Alloh. dan juga bisa menjadi fitnah, bagaikan awan yang menutupi sinar matahari keesaan Alloh.Maka dari itu menurut ajaran thoriqoh, siapa yang terterikat/silau pada keramat maka dia terhina.
Seorang sahabat Sahl bin Abdulloh berkata: adakalanya jika saya wudhu’ tiba-tiba air yang mengalir ditanganku menjadi lantakan emas dan perak. Jawab Sahl: Apakah engkau tidak mengerti bahwa anak kecil jika menangis dihibur dengan boneka/mainan supaya diam.
Abu Nasher As-saroj berkata: saya bertanya kepada Al-hasan bin Salim: apakah arti ke-keramatan, sedang mereka telah dimuliakan oleh Alloh sehingga sanggup mengabaikan dunia dan meninggalkannya dengan suka rela, tetapi bagaimana lalu kemuliaan(keramat) batu berubah menjadi emas, apakah artinya itu? Jawabnya: bukannya Alloh memberikan karena kotornya, tetapi diberi untuk menjadikan hujjah megalahkan bisikan hawa nafsu, yang selalu goncang kuatir tidak dapat rizki, sehingga oleh Alloh diperlihatkan yang demikian, sehingga dapat berkata: Bahwa Alloh yang dapat merubah batu menjadi emas, dapat mendatangkan rizki dan memberi dari jalan yang tidak disangka.
Ishaq bin Ahmad berkata pada Sahl: Nafsuku ini selalu merasa kuatir tidak dapat makan. Maka sahl berkata: Engkau ambil batu itu dan minta kepada Alloh supaya dijadikan makanan untuk kau makan.
Ishaq bertanya: jika berbuat demikian, maka siapa tauladan dalam berbuat demikian? Jawab sahl: Bertauladanlah pada Nabi Ibrohim as.ketika berkata : Hai Tuhan tunjukkan perlihatkan kepadaku bagaimana caranya Engkau menghidupkan sesuatu yang telah mati, supaya tentram hatiku, sebenarnya aku telah percaya tetapi nafsuku ini tidak puas, kecuali jika telah melihat dengan mata kepala.
Seoran wali Ibrahim al-khowwas pada sutu hari berrkenalan dengan orang yahudi didalam kapal, keduanya membicarakan tentang agama, lalu yahudi tadi berkata: kalau agamamu ini benar, berjalanlah diatas laut bersamaku.
Lalu siyahudi turun dari kapal dan berjalan diatas laut bersama dengan Ibrahim, sesampainya didaratan yahudi berkata : aku ingin berteman danbersamamu, tapi dengan syarat kita tidak boleh masuk masjid dan gereja, mari kita masuk kehutan dan padang, tidak boleh bawa bekal. Dan disanggupi oleh Ibrahim, lalu keduanya berjalan ke padang yang tidak ada tumbuhan dan tidak ada air sama sekali. Sampai tiga hari keduanya tidak makan dan minum, ketika keduanya duduk-duduk tiba-tiba ada anjing datang dengan menggigit roti tiga biji,dan ditaruh didepan yahudi lalu anjingnya pergi, siyahudi lalu makan roti tadi tanpa mengajak Ibrahim ikut makan, tidak berapa lama ada pemuda yang tampan dan berbau harum datang dengan membawa nampan yang dipenuhi dengan makanan dan minuman yang sangat enak dan lezat, dan ditaruh didepan Ibrahim lalu dia pergi. Lalu Ibrahim mengajak yahudi untuk ikut makan, tapi yahudi tidak mau karena malu, akhirnya Alloh member hidayah kepada siYahudi sehingga masuk Islam dan menjadi murid Ibrahim al-khowwas..
Syeih Abu yazid Al-busthomi berkata: kamu jangan sampai tertipu dengan dengan keadaan yang luar biasa/tidakmasuk akal, yang di alami sseorang, tapi lihatlah bagaimana dia taatnya pada perintah Alloh dan menjauhi laranganNya..
122-123.
“JANGAN MEREMEHKAN WIRID”
٭ لاَيَسْتَحْقِرُ الوِرْدُ الاَّ جَهُولٌ. الوَارِدُ يُوجَدُ في الدَّارِ الاَخِراَةِ. الوِرْدُ يَنْطَوِي بِانْطواَءِ هٰذِهِ الدّاَرِ وَاَولٰى ماَ يُعْتَنىَ بِهِ ماَلاَ يَخْلُفُ وُجُودُهُ، ثُمَّ الوِرْدُ هُوَ طَالِبُهُ مِنْكَ واَالوَارِدُ اَنْتَ تَطْلُبُهُ
122.”Tidak akan meremehkan wirid, kecuali orang yang sangat bodoh, warid (karunia Alloh buah dari wirid) itu akan wujud di akhirat. Wirid itu akan habis/hilang bersama habisnya dunia,. Dan sebik-baik yang harus di perhatikan oleh seseorang yaitu perkara yang apabila hilang tidak ada gantinya(wirid). Wirid itu sebagai perintah Alloh padamu(haknya Alloh yang harus kau penuhi), sedangkan warid itu hajat keperluanmu yang kau minta kepada Alloh, maka apa imbang antara perintah Alloh kepadamu(hak Alloh) dengan pengharapanmu dari Alloh..”.
Wirid adalah segala macam bentuk ibadah lahir batin baik yang wajib maupun yang sunnah, sedangkan Warid: pemberian Tuhan dalam hati hamba yang berupa pemahaman,nur/cahaya,kesenagan/manisnya dalam beribadah,taufiq dan hidayahNya.
Maka sebaiknya seorang hamba menjalankan kewajibannya, karena wirid itu hanya berlaku ketika masih hidup didunia ini saja, sedang waridakan lanjut sampai di akhirat.
Rosullulloh saw. Bersabda: Amal yang paling dusukai Alloh ialah yang istiqomah(terus-menerus) meskipun sedikit.
Hasan al-Basry berkata: siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin ,maka dia rugi dan siapa hari ini lebih buruk dari kemarinnya, maka dia mahrum(tidak dapat rahmat),dan siapa yang tidak bertambah berarti berkurang, dan siapa yang makin berkurang amalnya, maka mati lebih baik baginya.
Ketika Al-Junaid ditegur orang karena memegang tasbih ditangannya: Tuan dalam kedudukan yang demikian itu masih menggunakan tasbih. Jawab Al-Junaid: alat yang telah menyampaikan kami, maka tidak saya tinggalkan.
Al-Junaid berkata: Orang ’aarif menerima semua amal(wirid) itu sebagai tugas dari Alloh, karena itu mereka kembali menghadap pada Alloh dengan kebiasaan wirid(ibadah) yang ditugaskan Alloh itu. Dan andikata seribu tahun tidak akan mengurangi sedikitpun amal wiridku, kecuali jika terhalang untuk melakukannya.
٭ وُروُدُ الاِمدادِ بِحَسْبِ الاِستِعْداَدِ وَشُرُوقُ الاَنواَرِ عَلَى حَسَبِ صَفاءِ الاَسْرَارِ ٭
123.” Datangnya bantuan/pertolongan dari Alloh itu menurut kadar persiapannya, dan terbitnya /cahaya ilahi itu menurut/tergantung pada bersih/jernihnya hati”.
Bersihkan hatimu dari segala sesuatu selain Alloh, niscaya Alloh akan mengisi/memenuhi hatinya dengan pengertian-pengertian ma’rifat dan rahasia-rahasia keyakinan. Karena itu tiap-tiap waarid(pemberian karunia dari Alloh) itu tergantung pada wirid, apabila wiridnya banyak maka waaridnya juga banyak, apabila wirid itu timbul dari hati yang bersih, maka datangnya waarid demikian terang jernihnya, demikian pula jika wiridnya tetap terus, maka waaridnya pun demikian tidak berhenti begitu seterusnya.
124
.
“SIKAP ORANG YANG LUPA PADA ALLOH”
٭ الغَافِلُ اِذاَ اَصْبَحَ نَظَرَ فيماَ يَفْعَلُ، والعاَقِلُ يَنْظُرُ ماَذاَ يَفْعَلُ اللهُ بِهِ ٭
124.”orang yang lupa/lalai dalam tauhidnya(bahwa segala sesuatu itu berjalan menurut ketentuan takdir Alloh), jika pagi hari dia selalu berangan-angan apakah yang harus aku kerjakan hari ini (yakni mengatur dirinya sendiri), sedangkan orang yang sempurna akal tauhidnya memikirkan apakah yang akan ditakdirkan Alloh bagi dirinya hari itu”.
Jadi pandangan orang yang lalai pada Alloh, itu selalu mengatur dan memandang dirinya dan kemampuan atau rencananya,maka dari itu Alloh menyerahkan urusannya itu pada dirinya sendiri.sehingga tidak akan berhasil apa yang direncanakan.
Sedangkan orang yang berakal, itu selalu memandang Alloh selalu mengingat kekuasaan dan kebijaksanaan Alloh, maka Alloh mencukupi apa yng menjadi kebutuhannya, jadi permulaan pemikiran yang bergerak dalam hati itu menjadi timbangan dan ukuran tauhid dan imannya kepada Alloh.
Umar bin Abdul Aziz berkata: kini aku tidak merasa senang kecuali dalam ketentuan- ketentuan takdir Alloh.
Abu Mad-yan berkata: Usahakan dengan sungguh- sungguh bila dapat,supaya hatimu tiap pagi dan sore menyerah bulay-bulat kepada Alloh, semoga Alloh melihat padamu dengan pandangan RohmatNya.niscaya kamu termasuk orang bahagia dunia akhirat.
Siapa yang melihat kepada Alloh, maka tidak akan terlihat dirinya sendiri, dan siapa yang melihat dirinya sendiri maka tidak terlihat Alloh. Karena itu jika engkau menghadapi sesuatu hal, perhatikan hatimu, kemana condongnya, jika langsung pada kekuatanmu sendiri, maka terputus dengan Alloh,. Dan jika langsung pada kekuasaan Alloh, berarti engkaulah yang telah sampai kepada Alloh, sedang alam ini semua dalam genggaman Alloh.
Dan tiap pagi sebaiknya berdo’a: Allohumma-inni-ash-bahtu laa-amliku linafsii dhorrou-walaa-naf-‘aa, walaa mautau-walaa nusyuroo, walaa-as-tathii-‘u an-aakhudza illaa-maa-a’thoitanii, walaa-at-taqii illa maa-waqoitanii. Allohumma innaka-dzul-fadhlil-‘adhiim.
“Ya Alloh kini aku berada diwaktu pagi, tiada menguasai diriku untuk kebaikan atau menolak bahaya, atau mati atau hidup atau bangkit sesudah mati, dan aku tidak data mengambil kecuali yang engkau beri, dan tidak dapat menghindari sesuatu kecuali yang engkau hindarkan. Ya Alloh pimpinlah aku kepada jalan yang engkau ridhoi baik dalam perkataan atu amal perbuatan di dalam taat kepadaMu, sungguh engkau dzat yang maha besar karuniaNya.”
Do’a Syeikh Abul-Hasan asy-syadzily ra. “Allohumma innal-amro ‘indaka wahuwa mahjuubun ‘annii walaa a’lamu amron akhtaa-ruhu linafsii fakun antal-mukhtaarolii, wah-milnii fii-ajmalil umuuri ‘indaka wa-ahmadihaa ‘aa-qibatan fid-diini wad-dun-ya wal aakhiroh, innaka ‘alaa kulli syai’in qodiir”.
“ Ya Alloh sungguh segala sesuatu ada ditanganMu, dan tertutup dari padaku, dan aku tidak mengetahui apa yang harus aku pilih untuk diriku, maka pilihkanlah apa yang baik bagiku, dan bawalah aku dalam hal yang amat baik serta terpuji akibatnya dalam agama,duni dan akhirat, sesungguhnnya engkau berkuasa atas segala Sesuatu.”
125.
“JANGAN TERPENGARUH DENGAN
MAKHLUK”
٭ اِنَّماَ يَسْتوحِشُ العِباَدُ وَالزُّهاَدُ مِنْ كُلِّ شيءٍ لِغَيْبَتِهِمْ عَنِ اللهِ فِى كُلِّ شىءٍ فَلَو شَهِدوُهُ فِى كُلِّ شىءٍ لَمْ يَسْتوحِشُوا مِنْ شَىءٍ ٭
125.” Sesungguhnya yang menyebabkan kerisauan/kesusahan hati para ‘Ubbad (orang-orang ahli ibadah) dan Zuhhad (orang-orang ahli zuhud) dari segala sesuatu itu karena mereka masih terhijab/ tidak melihat Alloh dalam apa yang mereka lihat itu, tatapi andaikan mereka melihat Alloh dalam segala sesuatu (mahluk), pasti dia tidak akan risau dari/terhadap segala sesuatu”.
Yang dinamakan ‘Ubbad/ahli ibadah ialah: orang-orang yang bertaqorrub/mendekatkan diri kepada Alloh dengan berbagai macam amal ibadah. Sedangkan Zuhhad/ahli zuhud ialah orang yang bertaqorrub/mendekatkan diri kepada Alloh dengan jalan tawakkal/menyerahkan diri hanya kepada Alloh. Kedua golongan ini selalau ingin menjauh dari masyarakat/sesama makhluk, itu dikarenakan mereka merasa bahwa masarakat/mahluk menjadi perintang mereka dalam mendekatkan diri kepada Alloh, tapi sekiranya mereka lebih mendalam dalam ma’rifat kepada Alloh, tentu mereka tidak dapat terhalang oleh suatu apapun, sebab Alloh berada dalam segala sesuatu, maka tidak ada sesuatu yang melupakan dari Alloh, bahkan sebaliknya masarakat/mahluk itu bisa mangingatkan kepada Alloh ta’ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar