Minggu, 30 Oktober 2016

HIKMAH 73-85

Hikmah 73-74
Nikmat dan musibah adalah jalan menuju Alloh

٭ مَنْ لَمْ يُقبِلْ على اللهِ بِمُلاَ طفاَتِ الاِحْساَنِ قـُيِّدَ اليْهِ بِسلاَسِلِ الاِمتِحاَنِ ٭

73. "Barangsiapa yang tidak suka menghadap kepada Alloh dengan halusnya pemberian karunia Alloh, maka akan diseret supaya ingat kepada Alloh dengan rantai ujian [musibah]."

Ada dua perkara yang menjadikan seorang hamba itu bisa Taat dan menghadap kepada Alloh, yaitu : 1. Datangnya nikmat dari Alloh pada dirinya, sehingga dia mau bersyukur dan menghadap taat kepada Alloh.  2. Datangnya macam-macam musibah  dan bencana pada dirinya atau hartanya, lalu ia bisa sadar dan kembali kepada Alloh. Terkadang musibah itujuga bisa menjadi sebab ia meninggalkan bergantung pada dunia dan hanya bergantung pada Alloh. Karena yang diinginkan Alloh pada hambanya yaitu kembalinya hamba kepada Alloh dengan cara menurut (ridho) atau dipaksa.
Barangsiapa yang tidak suka sadar dan dzikir [ingat] kepada Allah ketika sehat dan murah rezeki, maka akan dipaksa supaya dzikir [ingat] kepada Allah dengan tibanya musibah [bencana]. Maka dalam kedua hal itu Allah berkenan akan menuangkan nikmat karunia yang sebesar-besarnya kepada hamba-Nya.



٭ مَنْ لَمْ يَشكُرِ النِّعَمِ فَقدْ تـَعَرَّضَ لِزَوَالِهاَ ومن شَكرَهاَ فقد قـَيَّدَ بِعِقاَلهاَ ٭

74. "Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan, maka berarti berusaha untuk menghilangkan nikmat itu, dan barang siapa mensyukuri nikmat berarti telah mengikat nikmat itu  dengan ikatan yang kuat."


 Mensyukuri nikmat itu berarti menetapkan  dan menambah nikmat itu,Firman Allah:
"Lain syakartum la-adziydan-nakum" [Kalau kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat bagimu].
Bersyukur itu ada kalanya dengan Hati, yaitu sadar kalau kenikmatan itu semua datang dari Alloh,Firman Allah:
"Wamaa-bikum min-ni'matin faminallohi" [Tiada terjadi suatu nikmat bagimu, maka itu dari Allah].

Ada kalanya dengan lisan, yaitu dengan menceritakan nikmat itu pada orang lain. Firman Allah:
"Wa-ammaa bini'mati Robbika fahad-dits" [Adapun terhadap nikmat pemberian Tuhanmu, maka pergunakanlah/ceritakan dan sebarkan].
Dan ada kalanya dengan anggauta badan, yaitu dengan taat kepada Alloh sehingga jangan sampai anggauta tubuh digunakan untuk melakukan perkara yang tidak diridhoi Alloh.
An-nu'maan bin Basyir radhiyallahu 'anhu berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat yang sedikit, maka tidak akan dapat mensyukuri nikmat yang banyak, dan barangsiapa yang tidak berterima kasih kepada sesama manusia berarti tidak dapat bersyukur [berterima kasih] kepada Allah."

Syukur, Ialah merasa dalam hati, dan menyebut dengan lidah, dan mengerjakan dengan anggota badan.

Junaid al-Baghdadi berkata:
"Ketika aku berusia tujuh tahun dan hadir dalam majelis As-Sariyussaqathi, tiba-tiba aku ditanya:
Apakah arti syukur?
Jawabku: Syukur ialah tidak menggunakan suatu nikmat yang diberiakan Allah untuk berbuat maksiat.

As-sary berkata:
Aku khawatir kalau bagianmu dari karunia Allah hanya dalam lidahmu belaka.
Al-Junaid berkata:
Maka karena kalimat yang dikeluarkan oleh Assary itu aku selalu menangis, khawatir kalau benar apa yang dikatakan oleh Assary itu.


Hikmah75-76.

 KARUNIA APA ISTIDROJ?

٭ خـَفْ مِنْ وُجُودِ اِحْساَنِهِ اِلَيْكَ وَدَوامِ اِساَءَتِكَ مَعَهُ اَنْ يكونَ ذٰلِكَ اِسْتِدْراَجاًلكَ، سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْسُ لاَيَعْلموُنَ ٭

75. "Hendaknya engkau merasa takut jika engkau selalu mendapat karunia Allah, sedangkan engkau masih tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya, jangan sampai karunia itu semata-mata istidraj oleh Allah. Sebagaimana firman Allah: "Sanas-tadri-juhum min-haytsu laa ya'lamuna" [Akan Aku putar(binasakan pelan-pelan) mereka itu dengan jalan yan mereka tidak mengetahui]."

   Hikmah ini menjadi jawaban soal dari hikmah sebelumnya, yakni: kita tahu banyak yang tidak mensyukuri nikmat,tetapi nikmatnya tidak hilang bahkan bertambah; maka Mushonnif menjawab dengan hikmah ini. Yaitu: itu semua istidroj dari Alloh,

Istidraj, ialah mengulur, memberi terus menerus supaya bertambah lupa kemudian dibinasakan, juga berarti memperdaya.
                                          
Firman Allah subhanahu wata'ala:
"Maka ketika mereka telah melupakan apa yang telah diperingatkan kepada mereka. Kami bukakan bagi mereka pintu bagi tiap-tiap sesuatu, hingga apabila mereka senang dengan apa yang diberikan kepada mereka, tiba-tiba Kami datangkan siksa atas mereka, maka mereka berputus asa." [QS. Al-An'am 44].

Demikianlah sebuah ibarat istidraj, Tiap-tiap seseorang berbuat dosa ditambah dengan nikmat, dan dilupakan untuk meminta ampun [istighfar] atas kesalahannya itu.


Sebagian dari istidroj lagi yaitu dawuh Mushonnif berikut:

٭ مِنْ جَهْلِ المُرِيدُ اَنْ يَنسِىء الاََدَبَ، فَتُوءَخِرُ العُقـُوْبَة ُ عَنْهُ فَيَقوُلُ، لَوْكاَنَ هٰذَا سُوْءَ اَدَبٍ لَقطَعَ  الاِمداد وَاَوجب الاِبعادُ، فقد يقطعُ المَدَدُ عنهُ مِنْ حيثُ لاَ يَشْعُرُ ولَولَمْ يَكُنْ الاَ منعَ المَزِيدِ وقدْ يُقاَمُ مقاَمَ البُعْدِ وهُوَ لاَيَدْرِي ولَولَمْ يَكُنْ الاَّ اَنْيُخَلِّيَكَ وَماَتُرِيْدُ ٭

76. “Setengah dari tanda kebodohan murid, jika ia berbuat salah dalam beradab kepada Alloh lalu ditangguhkan hukumannya, lalu ia berkata, ‘Andaikata termasuk dosa tentu sudah diputuskan bantuan [karunia] dan sudah dijauhkan. Ingatlah! Adakalanya telah diputuskan bantuan [karunia] dengan jalan yang Ia tidak rasakan, meskipun hanya berupa tidak ada tambahan baru, dan adakalanya pula Ia telah dijauhkan padahal ia tidak mengetahui, meskipun hanya berupa membiarkan engkau menurutkan hawa nafsumu.”

Putusnya bantuan dari Alloh adalah awal dari hijab. Jadi apabila murid sudah mulai terhijab sehingga ibadahnya tidak bisa khudhur kepada Alloh, itu menjadi sebab gugurnya murid dari perhatian Alloh. dan akan datang hijab dalam hatinya.
Syeikh Abul-Qasim al-Junaid rodhiyallohu ‘anhu berkata: “Ketika aku sedang menunggu jenazah bersama orang-orang banyak yang akan dishalatkan di masjid As-Syuniziyah, tiba-tiba ada seorang pengemis miskin meminta-minta, maka dalam hatiku berkata, ‘Andaikan orang itu bekerja sedikit-sedikit supaya tidak meminta-minta, tentu akan lebih baik baginya’. Dan ketika pada malam harinya, aku akan mengerjakan wirid yang biasa aku kerjakan pada tiap malam, terasa sangat berat dan tidak dapat berbuat apa-apa, sambil duduk akhirnya tertidurlah mataku. Tiba-tiba aku bermimpi, orang-orang datang membawa orang miskin itu di atas talam [baki], dan orang-orang itu berkata kepadaku, ‘Makanlah daging orang ini sebab engkau telah meng-ghibah padanya’. Maka langsung aku terbangun dan sadar, dan aku tidak merasa ghibah padanya, hanya tergerak dalam hati, tetapi aku diperintahkan meminta halal kepada orang itu, maka tiap hari aku berusaha mencari orang itu, akhirnya bertemu di tepian sungai sedang mengambil daun-daunan yang rontok untuk dimakan dan ketika aku memberi salam kepadanya, langsung ia berkata, ‘Apakah kamu akan mengulangi lagi wahai Abul-Qasim?’ Jawabku, ‘Tidak’. Maka ia berkata, ‘Semoga Allah mengampuni kami dan kamu’.”

Tanda-tanda seseorang mendapat taufik itu ada tiga:

 1.Mudah mengerjakan amal kebaikan, padahal ia tidak berniat dan bukan tujuannya.
2.Berusaha untuk berbuat maksiat, tetapi selalu terhindar dari padanya.

3.Selalu terbuka baginya kebutuhan dan hajat kepada Alloh ta’ala.

Sedangkan tanda-tanda seseorang yang dihinakan oleh Alloh juga ada tiga:
1.Sulit melakukan ibadah dan taat, padahal ia sudah berusaha sungguh-sungguh.
2.Mudah terjerumus ke dalam maksiat, padahal ia berusaha menghindarkannya.
3.Tertutupnya pintu kebutuhan atau hajat kepada Alloh, sehingga merasa tidak perlu berdo’a dalam segala hal.

Rosulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tuhan telah mendidik aku sebaik-baik didikan dan menyuruhku melakukan akhlak yang sebaik-baiknya.”
Dalam satu ayat:
Ambillah hati mereka dengan suka memaafkan, dan anjurkan perbuatan-perbuatan yang baik dan mudah, abaikanlah orang-orang yang masih bodoh, [jangan dituntut] mereka yang masih bodoh itu.

Seorang sufi kehilangan anak, hingga tiga hari tidak mendapat beritanya, maka ada orang yang berkata kepadanya, 'Mengapa engkau tidak minta kepada Alloh, supaya mengembalikan anak itu kepadamu?' Jawab sang sufi, 'Tantanganku terhadap putusan Alloh itu akan lebih berat bagiku dari pada hilangnya anak'.

Syeikh Abu Sulaiman ad-Darony rodhiyallohu 'anhu berkata: "Alloh telah mewahyukan kepada Nabi Dawud 'alaihissalam, 'Sesungguhnya Aku menjadikan syahwat hanya untuk orang-orang yang lemah dari para hamba-Ku, karena itu waspadalah jangan sampai hatimu tertawan oleh syahwat itu, sebab seringan-ringan siksa untuknya ialah Aku cabut manisnya rasa cinta kepada-Ku dari dalam hatinya".

Dan dalam bagian lain Alloh berfirman kepada Nabi Dawud 'alaihissalam, "Wahai Dawud! Berpeganglah pada ajaran-Ku, dan tahanlah nafsumu untuk ketenangan dirimu, jangan sampai engkau tertipu dari padanya, niscaya engkau terhijab dari cinta-Ku, putuskan syahwatmu untuk Aku, sebab Aku hanya memberikan syahwat itu untuk hamba-Ku yang lemah, untuk apakah orang-orang yang kuat akan memuaskan syahwat. Padahal ia akan mengurangi kelezatan bermunajat kepada-Ku, sebab Aku tidak merelakan dunia ini untuk kekasih-Ku, bahkan Aku bersihkan ia dari padanya.
Wahai Dawud! Jangan engkau mengadakan antara-Ku dengan engkau suatu alam yang dapat menghijab engkau karena mabuk pada alam itu dari pada cinta kepada-Ku, mereka hanya perampok di tengah jalan terhadap hamba-Ku yang baru berjalan. Usahakan lah untuk meninggalkan syahwat dengan banyak puasa.
Wahai Dawud! Cintailah Aku dengan memusuhi hawa nafsumu, dan tahanlah dari syahwatnya, niscaya engkau melihat kepada-Ku, dan engkau akan dapat melihat yang terbuka antara-Ku dengan engkau'."

Syeikh Ibrohim bin Adham rodhiyallohu 'anhu berkata: ''Seseorang tidak akan mencapai derajat orang-orang sholeh, kalau tidak melalui enam rintangan:

1. Menutup pintu kemuliaan, membuka pintu kehinaan.
2. Menutup pintu nikmat, membuka pintu kesulitan.
3. Menutup pintu istirahat, membuka pintu perjuangan.
4. Menutup pintu tidur, membuka pintu jaga.
5. Menutup pintu kekayaan, membuka pintu kemiskinan.
6. Menutup pintu harapan, membuka pintu siaga menghadapi maut.''

Syeikh Ibrahim al-Khawaash rodhiyallohu 'anhu berkata: ''Ketika aku ditengah perjalanan tiba-tiba merasa lapar, sehingga sampai di kota Array, maka aku berkata dalam hati, 'Di sini aku banyak sahabat, maka jika aku bertemu tentu mereka akan menjamuku, maka ketika aku telah masuk ke dalam kota, tiba-tiba aku melihat perbuatan-perbuatan mungkar [maksiat], dan aku merasa berkewajiban mencegah kemungkaran. Tiba-tiba aku ditangkap dan dipukuli oleh orang-orang'. Sehingga aku bertanya-tanya dalam hati, 'Mengapa aku dipukuli oleh semua orang padahal aku ini lapar'. Tiba-tiba diingatkan dalam hatiku, 'Engkau mendapat hukuman itu karena engkau mengharap dijamu oleh sahabat-sahabatmu'.''

Firman Alloh dalam salah satu wahyu-Nya [kepada Nabi Dawud 'alaihissalam]: ''Sesungguhnya seringan-ringan siksa-Ku terhadap orang alim jika ia mengutamakan syahwatnya dari pada cinta-Ku, maka Aku haramkan dari pada merasakan kelezatan bermunajat kepada-Ku.''

Sangat Penting bagi murid :
Al-Imam Qusyairy berkata: Siapa saja yang menjadi murid salah satu guru sufi/thoriqoh, lalu menentang gurunya dengan hati, berarti dia sudah merusak perjanjiannya menjadi murid, dan murid tersebut harus bertaubat.
Apabila ada seorang salik yang bermaksud wushul, tapi tidak bisa wushul itu disebabkan menentang pada gurunya, karena guru sufi/thriqoh(yang sudah menetapi syarat) itu menjadi penunjuk jalan bagi para murid.

Hikmah 77-79.

 JANGAN MEREMEHKAN WIRID SEBAB BELUM DATANGNYA WARID

٭ اِذاَ رَأيْتَ عَبْداً أقاَمهُ اللهُ تعالى بِوُجُودِ الاَورَدِ وَاَدَمَهُ عليهاَ مَعَ طُولَ الامساَدَ فَلاَ تـَسْتحْقِرَنَّ ماَمنَحَهُ مَولاهُ لاَنَّكَ لم تَرَعليهِ سِيماَ العاَرِفِينَ ولاَ بَهْجَةَ المُحِبِّينَ فَلولاَ واَرِدٌ ماكاَنَ وِرْدٌ ٭
77. "Jika engkau melihat seseorang yang ditetapkan oleh Alloh dalam menjaga wiridnya, dan sampai lama tidak juga menerima karunia [keistimewaan] dari Alloh(warid), maka jangan engkau rendahkan [remehkan] pemberian Tuhan kepadanya, karena belum terlihat padanya tanda orang arif, atau keindahan orang cinta pada Alloh, sebab sekiranya tidak ada warid [karunia Alloh], maka tidak mungkin ada wirid."

Wirid dan warid yang telah diterangkan  pada Hikmah 64 disinggung lagi dalam Hikmah 77 ini.
Wirid ialah macam-macamnya ibadah yang dikerjakan oleh hamba, seperti sholat puasa, dzikir dan lainnya.
Jadi apabila kau merendahkan pemberian Alloh pada sebagian hamba yang berupa wirid itu berarti kau kuran tatakerama pada hamba tersebut.

Hamba Allah yang mendapat keistimewaan dari Alloh ada dua macam:
-Muqorrobin.
- Abroor.
Adapun hamba yang muqorrobin yaitu mereka yang telah dibebaskan dari kepentingan nafsunya, dan ia hanya sibuk menunaikan ibadah dan taat kepada Tuhan, karena merasa sebagai hamba yang mengharapkan keridhoan Alloh semata-mata, dan mereka yang disebut aarifin, muhibbin.
Adapun orang Abroor, yaitu mereka yang masih merasa banyak kepentingan dunia/nafsu keinginannya, dan mereka juga mengerjakan  ibadah kepada Alloh, mereka masih menginginkan masuk kesurga dan selamat dari neraka.dan mereka yang dinamakan orang zahid aabid.
Dan masing-masing mendapat karunia sendiri-sendiri di dalam tingkat derajatnya yang langsung dari Alloh Ta'ala.

Sebenarnya seseorang yang mendapat taufik dan hidayah dari Alloh, sehingga dia istiqamah dalam menjalankan suatu wirid [taat ibadah], berarti telah mendapat karunia dan rahmat yang besar sekali, sebab ia telah diberi kunci oleh Alloh untuk membuka dan menghasilkan karunia yang lain dan kebesaran Alloh.


٭قومٌ اَقاَمهُمُ الحَق ُّ لِخِدمتِهِ وقومٌ اِخـْتصَّهُمْ بِمَحَبَّتِهِ ،كُلا ًّنُمِدُّ هٰـءوُلاَءِ وهٰـءُولاَءِ من عطاَءِ رَبِّكَ وماكانَ عَطاءُ رَبِّكَ كانَ مَحْظُوراً ٭

78. "Sebagian dari kaum ada yang oleh Alloh didudukan dalam bagian ibadah semata-mata dan ada kaum yang diistimewakan oleh Alloh dengan kecintaan-Nya. ‘Untuk masing-masing Kami [Alloh] memberi karunia dan pemberian-pemberian, dan pemberian Tuhan-mu tidak terbatas’."

Allah sendiri yang memilih hamba-Nya, maka ada yang dipilih untuk melaksanakan ibadah yang lahir, ialah mereka para aabid dan zahid, dan ada pula yang dipilih oleh Alloh untuk Kesayangan [Kekasih] Alloh dan mereka ini orang-orang aarif dan muhibbin yang tidak ada tempat dalam hati mereka kecuali dzikrulloh semata-mata. Menganggap dunia ini kosong tidak ada apa-apa kecuali Alloh yang menciptakan dan melaksanakan segala sesuatunya.
Jadi ketika hamba melihat pada pilihan Alloh atas hambanya dan mengkhususkan kedudukan pada hamba tersebut, bisa menjadikan si hamba tidak memandang rendah pada kedudukan yang telah Alloh berikan kepada sebagian hamba. Syeikh Abu Yazid al-Busthomy berkata, “Alloh ta’ala melihat hati para hamba(kekasihnya), lalu sebagian ada yang tidak pantas/kuat memikul beratnya nur makrifat, lalu Alloh menyibukkan hamba tersebut dengan Ibadah”.

٭ قَـلَّما تَكونُ الواَرِداَتُ الاِلٰهِيَّة ُ اِلاَّ بَغْتَة ً لـءَـلاَّ يَدَّعِيَهاَ العِبَادُ بِوجوُدِ الاِسْتِعدادِ ٭

79. "Jarang sekali terjadi karunia besar dari Allah (warid) itu kecuali datang secara mendadak [tiba-tiba], supaya tidak ada orang yang mengaku bahwa ia dapat karena telah mengadakan persiapan untuk menerima karunia itu."

Yang dimaksud Warid disini adalah ilmu-ilmu Wahbyyah dan ilmu yang halus yang berhubungan dengan kemakrifatan, yang oleh Alloh diberikan pada hamba-hambanya.
Dan pemberian itu biasanya dalam kondisi mendadak tanpa persiapan seperti sholat, puasa dll. Supaya hamba tidak mengku-aku bahwa dia ahli Warid/kehebatan.
Singkatnya : Warid itu hadiyah dan anugerah dari Alloh. jadi bukan hasil setelah mengerjakan macam-macamnya ibadah.

Hikmah 80.

 PERTANYAAN TIDAK HARUS SELALU DIJAWAB

٭مَنْ رَاَيْتـَهُ مُجِيْباً عنْ كُلِّ ماَ سُـءِـلَ وَمُعَبَِّراً عَنْ كُلِّ مَا شـَهِدَ وَذاكِراً كُلَّ ماَ علمَ فاَسْتَدِلَّ بذَٰ لكَ عن وجُودُ جَهلِهِ ٭

80. "Barangsiapa yang selalu menjawab segala pertanyaan, dan menceritakan segala sesuatu yang telah dilihat(mata hatinya), dan menyebut segala apa yang ia ingat [ketahui], maka ketahuilah bahwa yang demikian itu adalah tanda kebodohan orang itu.''

  Menjawab segala pertanyaan yang berhubungan ilmu bathin yang dituangkan oleh Alloh ke dalam hati orang arifin, menunjukkan adanya kebodohan, demikian pula jika menceritakan segala yang dilihat, sebab semua itu berupa rahasia Alloh yang diberikan kepada seorang hamba-Nya, maka jika diterangkan kepada bukan ahlinya, hanya akan menjadikan bahan ejekan dan pendustaan belaka. Karena itu yang menerangkan [menceritakan] termasuk orang yang bodoh.
Alloh berfirman : Wamaa-utii-tum minal-‘ilmi illa qolii laa.(dan tidak aku berikan ilmu kepadamu, kecuali hanya sedikit).
Para ulama’ sufi/Thoriqoh mengatakan: Hati orang merdeka itu kuburan dari Sir (rahasia ketuhanan). Dan Sir itu amanat dari Alloh kepada hamba tersebut, barang siapa menerangkan Sir itu berarti dia khiyanat. Jadi semua yang diketahui tidak boleh diterangkan kecuali dengan isyarat.
Rosululloh bersabda : “Sebagian dari ilmu itu ada yang sifatnya seperti barang simpanan, tidak ada yang tahu kecuali ulama’ billah, dan apabila dia menerangkan (menjelaskan ilmu Sir) orang-orang akan ingkar”.
 Sayyid ali bin Husain bin Ali ra. berkata:  Hai saudaraku, banyak ilmu yang seperti mutiara,berlian, yang seumpama aku terangkan, maka aku akan dituduh sebagai seorang musyrik, dan orang islam menganggap halal darahku, mereka (muslimin) menganggap perkara jelek yang di kerjakan itu sebagai kebaikan, sungguh! Mutiaranya ilmu itu tetap aku simpan supaya orang-orang bodoh tidak tahu, dan menjadikan fitnah.
Abu Hurairoh berkata: Aku hafal ilmu dari Rosululloh dua karung, yang satu karung aku sebarkan kemasyarakat(umat), yang sekarung seumpama aku terangkan, kamu semua pasti akan memenggal leherku.
Dan sebab mengucapkan /menerangkan bagian ilmu Sir, Syeih Husain Al-Hallaj, dibunuh pemerintah pada masanya, sebab Al-Hallaj mengatakan : Maafil-jubbati illa-lloh.(dijubah ini tidak ada lain kecuali Alloh). Itu semua karena mereka melihat Alloh pada semua yang wujud, yakni mereka melihat Alloh-lah yang mewujudkan, mengatur dan menguasai semua yang wujud itu. Keterangan seperti ini adalah puncak dari yang bisa diterangkan. Sedang hakikatnya tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, kecuali hanya bisa dirasakan.
Fahamilah!!!


Hikmah 81-82.

 AKHIRAT ADALAH TEMPAT PEMBALASAN


٭اِنّماَ جَعلَ الدَّرالاَخِرَة َ محلا ًّ لِجَزَاءِ عِباَدِهِ المُوءْمنينَ لاَِنَّ هٰذ هِ الدَّرَ لاَ تَسَعُ ماَ يُرِيدُ انْ يُعْطيَهُم وَلاَنَّهُ اَجلَّ اَقداَرَهُمْ عنْ اَنْ يُجاَزيَهُِم في داَرِِ لاَبَقاَءَ لهاَ ٭

81. "Sesungguhnya Alloh menjadikan akhirat untuk tempat pembalasan bagi hamba yang mukmin, sebab dunia ini tidak cukup untuk tempat apa yang akan diberikan kepada mereka, juga karena Alloh sayang akan memberikan balasan pahala mereka di tempat yang tidak kekal."

Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya tempat pecut kuda di dalam surga lebih berharga [baik] dari pada dunia dan semua isinya."

Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda dan Alloh Ta'ala berfirman:"Aku telah menyediakan untuk hamba-Ku yang sholeh, apa-apa yang belum pernah dilihat oleh mata, atau didengar oleh telinga atau tergerak dalam hati manusia."


٭مَنْ وجَدَ ثمَرَة َعملِهِ عاَجِلا ً فَهُو دَليلٌ علٰى وُجودِ القبولِ اٰجِلا ً ٭

82. "Barangsiapa yang dapat merasakan buah dari amal ibadahnya di dunia ini, maka itu dapat dijadikan tanda diterimanya amal itu oleh Alloh diakhirat."

Manis dan lezatnya amal itu sebagai tanda diterimanya amal tersebut oleh Alloh yang diwujudkan didunia. itu sebagai bukti adanya pembalasan diakhirat. Apabila hamba sudah merasakan manisnya amal, maka jangan sampai berhentiatau condong dengan amal tersebut. dan juga jangan sampai beramal demi mendapatkan manis dan lezatnya amal karena itu kepentingan nafsu. dan karena maksud yang seperti itu bisa merusak keikhlasan ibadah. Jadi rasa manis dan enaknya ibadah itu hanya menjadi ukuran untuk membenarkan amal dan membenarkan tingkahnya hati.
Syeikh Atabah al-Ghulam berkata:
''Aku melatih diri sholat malam dua puluh tahun, setelah itu baru aku merasakan nikmat bangun malam.''

Syeikh Tsabit al-Bunany rodhiyallohu 'anhu berkata: ''Aku melatih membaca Al-Qur'an selama dua puluh tahun setelah itu baru aku merasakan nikmat membaca Al-Qur'an.''

Syeikh  Abu Thurob berkata:
''Jika seseorang bersungguh-sungguh dalam niatnya beramal, maka dapat merasakan nikmat amal itu sebelum mengerjakannya, dan apabila ikhlas dalam melakukannya, maka dia akan merasakan manisnya, itulah amal yang diterima dengan karunia Alloh.''

Al-Hasan berkata:
''Carilah manisnya amal itu pada tiga hal:
1. Bila kamu telah mendapatkannya, bergembiralah dan teruskan mencapai tujuanmu.
2. Apabila kamu belum mendapatkannya, ketahuilah bahwa pintu masih tertutup.
3. Ketika membaca Qur'an, berdzikir dan ketika bersujud.''

Ada pula yang mengatakan:
''Dan ketika bersedekah dan ketika bangun malam.''
Sejak kapankah engkau merasakan telah mengenal Alloh? yaitu ketika aku setiap akan berbuat pelanggaran terhadap syariat-Nya dan aku merasa malu kepada-Nya.


Hikmah 83


KEDUDUKAN HAMBA DI SISI Alloh


٭اِذاَ اَردتَ اَنْ تَعْرِفَ قدرَكَ عِندهُ فاَنْظُرْ ماَذاَ يُقِيمكَ فيهِ٭

83. ''Jika engkau ingin mengetahui kedudukanmu di sisi Alloh, maka perhatikan di dalam bagian apa Alloh menempatkan engkau.''

Hikmah ini bisa diartikan dua kedudukan.
1.    Awam(umum) yaitu: apabila engkau termasuk golongan orang yang beruntung dan diterima, Alloh akan menjalankan kamu pada apa-apa yang selalu menjadikan Alloh Ridho spt selalu taat dan ibadah.dan apabila kamu termasuk ahli celaka , maka Alloh akan menjalankan kamu pada perkara yang menjadikan murkanya Alloh.
2.    Khosh yaitu: jika kamu ingin mengetahui kedudukan kamu disisi Alloh, maka lihatlah kedudukan Alloh dihatimu.
Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:
''Barangsiapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Alloh, maka hendaknya memperhatikan bagaimana kedudukan Alloh dalam hatinya. Maka sesungguhnya Alloh mendudukkan hamba-Nya, sebagaimana hamba itu mendudukkan Alloh dalam hatinya.''

Syeikh Fudhail bin Iyadh rodhiyAllohu 'anhu berkata:
''Sesungguhnya seorang hamba dapat melakukan taat ibadah kepada Tuhan itu menurut kedudukannya di sisi Tuhan, atau perasaan imannya terhadap Tuhan, atau kedudukan Tuhan di dalam hatinya.''

Wahb bin Munabbih berkata:
''Aku telah memabaca dalam kitab-kitab Alloh yang dahulu Alloh berfirman:
''Wahai anak Adam, taatilah perintah-Ku dan jangan engkau beritahukan kepada-Ku apa kebutuhan yang baik bagimu. [Yakni engkau jangan mengajari kepada-Ku apa yang baik bagimu].'' Sesungguhnya Aku [Alloh] telah mengetahui kepentingan hamba-Ku, Aku memuliakan siapa yang taat pada perintah-Ku, dan menghina siapa yang meninggalkan perintah-Ku, Aku tidak menghiraukan kepentingan hamba-Ku, sehingga hamba-Ku memperhatikan hak-Ku [yakni kewajibannya terhadap Aku].


Hikmah 84.


 NIKMAT LAHIR DAN BATIN

٭متىٰ رَزَقكَ الطَّاعةَ والغِنىٰ بهِ عَنها فاَعْلم اَنَّهُ قد اَسْبَغ َ عليكَ نِعمَهُ ظاَهِرة ًوباطِنَة ً ٭

84. "Ketika Alloh memberi rezeki kepadamu berupa perasaan puas melakukan taat [ibadah] pada lahirmu, dan merasa cukup dengan Alloh dalam hatimu, sehingga benar-benar tidak ada sandaran bagimu kecuali Alloh. Maka ketahuilah bahwaAlloh telah melimpahkan kepadamu nikmat lahir bathin".

   Dua macam rezeki yang dinyatakan oleh Hikmah 84 ini adalah Islam dan Iman. Hamba Alloh yang memperoleh keduaa rezeki tersebut menjadi insan yang beriman dan beramal sholih. Tidak ada amal sholih tanpa iman dan tidak ada kenyataan iman tanpa amal sholih. Ayat-ayat al-Quran sering menggabungkan iman dan amal sholih menjadi satu, tidak dipisahkan.
 Orang yang mengaku beriman tetapi tidak beramal menurut apa yang diimaninya adalah dianggap sebagai orang yang berbohong, sementara orang yang melakukan amal sholih sedangkan hatinya tidak beriman adalah munafik. Kesempurnaan seorang insan terletak pada gabungan kedua-duanya, yaitu iman dan amal sholih.
  Seorang hamba dituntut dua macam, yaitu menurut perintah Alloh dan meninggalkan larangan pada lahirnya, dan hanya bersandar serta berharap kepada Alloh pada bathinnya. Karena itu siapa yang di beri rezeki oleh Allohdemikian, berarti telah menerima karunia nikmat Alloh yang sempurna lahir dan bathin, dan menyampaikan pada cita-citanya didunia dan di akhirat.

Hikmah 85.


 SEBAIK-BAIK PERMINTAAN

٭خيرُماَ تطلُبُهُ منهُ ماهُوَ طالبُهُ منكَ ٭

85. "Sebaik-baik yang harus engkau minta dariAlloh, ialah bisa mengerjakan apa-apa yang Allohperintahkan kepadamu".

Ingatlah! Pada setiap waktu dan setiap keadaan pasti disitu ada tuntutan/kewajiban dariAlloh,maka sebaik-baik yang harus engkau minta kepada Alloh supaya tetap iman, patuh, taat pada semua perintah dan larangan, istiqomah dalam pengabdian diri kehadirat Alloh. Itulah sebaik-baik yang harus engkau minta, baik untuk dunia maupun untuk akhirat, sebab hanya itulah bahagia yang tiada bandingnya.
Karena itu sebaik-baik doa ialah:
"Ya Alloh aku mohon kepada-Mu, ridho-Mu, dan surga, dan aku berlindung kepada-Mu dari murka-Mu dan api neraka".


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Komentar