Minggu, 30 Oktober 2016

HIKMAH 126-145

126-127.
 LIHATLAH ALAM INI UNTUK MENGENAL ALLOH”

٭ اَمَرَكَ فِى هٰذِهِ الدَّارِ بِالنَّظَرِ فِى مُكَوَّناَتِهِ وَسَيَكـْشِفُ لَكَ فِى تِلْكَ الدَّارِ عَنْ كمَال ذاَتِهِ ٭
126.” Alloh memerintahkan kepadamu semasa hidup di dunia ini memperhatikan alam ciptaanNya(memikirkan mahluk didunia ini sehingga menjadikan ingat pada Alloh). Dan kelak di akhirat Alloh akan mamperlihatkan kepadamu kesempurnaan DzatNya”.

  Alloh telah memerintahkan memperhatikan dan memikirkan mahluknya Alloh, itu disebutkan dalam Alqur’an dalam beberapa ayat, aya yang  jelas seperti firman Alloh: “QULIN-DHRUU-MAA-DZAA-FISSAMAA-WAATI WAL-ARDHI (perhatikanlah apa yang ada dilangit dan bumi)”. 
Ada juga yang secara isyaroh seperti firman Alloh yang artinya: “dan di bumi itu ada bagian-bagian tanah yang berdekatan satu sama lainnya, ada kebun-kebun kurma dan anggur, ada tanaman yang sejenis dan beda jenis, yang kesemuanya itu disirami dengan satu macam air,  sesungguhnya yang demikian itu mengandung tanda-tanda keagungan Alloh, yang manfaat bagi orang-orang yang mau berfikir.” Satu macam air itu (air hujan) tetapi pohon yang disiram beda-beda, daunnya tidak sama,buahnya tidak sama, adakalanya sama tapi rasanya berbeda,itu semua pasti ada yang menetapkan, yaitu Alloh.
Apabila mau memperhatikan alam semesta(makhluk) maka kelak di akhirat Alloh akan membukakan hijab sehingga langsung bisa melihat DzatNya. Firman Alloh: “WUJUUHUY-YAUMA-IDZIN-NAADHIROH, ILAA-ROB-BIHAA NAADHIROH.(beberapa wajah pada hari kiamat itu berseri-seri,(bercahaya), karena ia dapat melihat Tuhannya”.

٭ عَلِمَ مِنكَ اَنَّكَ لاَ تَصْبِرُ عَنْهُ فاَشـْهَدَكَ ماَ بَرَثَ مِنْهُ ٭

127. “Alloh ta’ala telah mengetahui, bahwa engkau tidak sabar jika tidak melihat Alloh, maka Alloh memperlihatkan ap-apa yang asli buatan Alloh”.

Orang yang berfikir tentang makhluk buatan Alloh, dan mengetahui semua atas ketentuan Alloh, tentu tidak sabar ingin mengetahui dzat yang membuat dan menentukan yaitu Alloh. Berhubung itu tidak mungkin maka Alloh memperkenalkan DiriNya lewat makhluk buatan-Nya.
   Kerinduan yang berupa ingin melihat Alloh itu, termasuk karunia yang agung dari Alloh, dan ini termasuk maqom ihsan.
Dawuh mu’allif ini untuk orang-orang yang mencari Alloh, yang dlm pikirannya sudah jauh dari selain Alloh.
Ahli fikir itu ada dua:
1.      Ahli fikir yang punya maksud mencari Alloh/taqorrub kepada Alloh, ini akan menghaasilkan cinta dan rindu bertemu Alloh.
2.    Ahli fikir yang untuk urusan dunia seperti mencari ilmu alam yang tidak ada maksud mencari Alloh, ini tidak akan membuka mata hati.
Maka terhadap orang yang telah sampai kemaqom ihsan ini, Alloh menganjurkan sabar melihat buatan-buatan Alloh terlebih dahulu untuk diperlihatkan Dzat Alloh di akhirat nanti.

128-131.

 “SHOLAT”

٭ لمّا علم الحق منك وجود الملل لَوّن لك الطاعات وعلم مافيك من وجود الشرّه فحجرهاعليك فى بعض الاوقات ليَكون همّك اِقمامة الصلاةِلاوجودالصلاةِفماكلُّ مصَلٍّ مُقِيمٌ ٭

128.”Alloh ta’ala itu mengetahui bahwa engkau mudah bosan/jemu, maka Alloh membuat bermacam-macam cara taat/ibadah, dan Alloh mengetahui bahwa engkau bersifat rakus(terlalu semangat), maka dalam beberapa waktu dilarang melakukan sholat, supaya Himmah(kemauan yang kuat)mu tertuju pada sempurnanya sholat(iqomatus-sholah) bukan sekedar sholat, sebab tidak semua orang yang sholat itu mendirikan sholat(iqomatus-sholah)”.

Alloh berfirman: Wa-aqiimus-sholata(dan kamu semua supaya mendirikan sholat)  firmanNya tidak: SHOLLUU (sholatlah kamu semua)
 Cara mendirikan Sholat (iqomatus-sholah) itu harus dengan menyempurnakan adab/tatakramanya Sholat,  1. Adab lahir seperti: menjaga syarat-syarat,rukun-rukun dan sunnah-sunnahnya sholat. 2. Adab batin seperti: menjaga khusyau’ dalam sholat dengan menghadapkan hati hanya kepada Alloh,sehingga hati tidak mengingat sesuatu melainkan kepada Alloh,dan merasa bahwa sholatnya itu semata-mata karunia dari Alloh.
Sholat dengan menyempurnakan adab/tatakeramanya ini yang akan menimbulkan bekas seperti bertambah baik budi pekerti nya, dan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar (INNAS-SHOLAATA-TANHAA ‘ANIL-FAKHSYA-I WAL MUNKAR)

٭ الصلاةطهرة للقلوب من ادناس الذنوب واستفتاح لباب الغيوب٭


129. “Sholat itu sebagai penyucian/pembersih hati dari kotoran dosa, dan untuk pembuka pintu ghoib”.

Rosululloh saw. “Bersabda: sesungguhnya perumpamaan sholat itu bagaikan sungai yang mengalir di depan pintu rumah salah seorang, maka ia mandi di sungai itu tiap hari lima kali, apakah masih ada sisa kotorannya? Jawab shahabat: tidak ada sisa kotoran sedikitpun. Maka Nabi bersabda: demikian pula sholat lima waktu yang menghapuskan dosa”.
Juga sholat sebagai pemuka pintu ghoib, sebab bila hati telah bersih dan selalu berhubungan dengan Tuhannya, pasti lambat laun akan terbuka baginya tirai/pintu ghoib.



٭ الصلاة محل المناجاةومعدن المصافات تتسع فيهاميادين الاسرار وتشرق فيها شوارق الانوار٭


130. “Sholat itu itu sebagai tempat bermunajat kepada Alloh, dan sebagai pembersih hati dari kotoran dosa,  dan di dalam sholat itu sebagai lapangan yang luas berbagai sir(ilmu ma’rifat)dan rahasia-rahasia Tuhan, dan memancar terang padanya cahaya-cahaya ilmu ma’rifat”.

Alloh berfirman: “Aqimis-sholaata li-dzikrii.( Dirikanlah/tegakkanlah sholat itu untuk dzikir ingat kepadaKu”.)
Sesungguhnya seorang hamba bila ia berdiri sholat, maka alloh membukakan untuknya tirai hijab, dan langsung dihadapinya, dan berdiri tegak para malaikat dari atas bahunya hingga langit, mengikuti sholatnya dan mengaminkan do’anya.
Dan seorang yang sholat itu ditaburi rohmat dari langit hingga ubun kepalanya. Dan dipanggil oleh suara: Andaikata orng yang munajat ini mengetahui siapakah yang diajak bicara, maka tidak akan berhenti sholatnya, dan sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka untuk orang yang sholat.
Dan sesungguhnya Alloh membanggakan barisan orang-orang yang sholat dihadapan malaikatNya.
Muhammad bin Ali at-tirmidzy berkata: Alloh telah memeanggil orang-orng yang bertauhid supaya sholat lima waktu, karena rahmat kasih kepada mereka, dan menyediakan berbagai macam hidangan, supaya seorang hamba bisa merasakan pada tiap-tiap bacaan dan gerak itu karunia pemberianNya.maka gerakan itu bagaikan makanan dan minuman itu bagaikan minuman. Dan hidangan it disediakan oleh Alloh tiap hari lima kali, supaya tidak ada lagi sisa kotoran ataupun debunya.
Dalam kitab Taurot disebutkan: Hai anak Adam, jangan malas untuk mendirikan sholat dihadapanKu sambil menangis, maka Akulah Alloh yang telah mendekat dari hatimu, dan karena ghoib engkau telah dapat melihat cahayaKu.

٭علم وجود الضعف منك فقلل اعدادها وعلم احتياجك الى فضله فكثرامدادها ٭.


131.”Alloh telah mengetahui kelemahanmu, maka Alloh menyederhanakan bilangannya(asalnya limapuluh waktu menjadi lima waktu) dan Alloh mengetahui bahwa engkau itu sangat berhajat, maka ia memper banyak/melipat gandakan Asror dan pahalanya”.

 Alloh itu mengetahui kalau hamba itu butuh sekali anugerah dari-Nya, maka Alloh memperbanyak asrornya sholat, yakni Alloh memperbanyak anugerah berupa ilmu dan makrifat didalam hatinya.
Dalam kitab ini disebutkan Amdadahaa itu mampunyai dua arti:
1.      Untuk orang yang bermaksud wushul kepada Alloh/salik, itu bermakna Asror(yaitu anugerah ilmu ma’rifat)
2.    Untuk orang yang tidak bermaksud wushul kepada Alloh/salik, itu bermakna tsawab (pahalanya) ya’ni Alloh melipat gandakan pahalanya sholat, sholatmu yang lima waktu tapi diberi pahala lima puluh waktu.

132-135.
“JANGAN MINTA BALASAN ATAS AMALMU”

٭ متى طلبت عواضا على عمل طولبت بوجود الصدق فيه ويكفي المريب وجدان السلامة ٭


132.”Apabila engkau menuntut upah/balasan  atas semua amal perbuatanmu, pasti engkau akan dituntut oleh Alloh atas kesempurnaan amal perbuatanmu. Dan bagi orang yang merasa belum sempurna amalnya, harus merasa cukup puas jika ia selamat dari tuntutan/tidak dituntut atas kekurang sempurnaan amalnya”.

   Hikmah ini menjelaskan kejelekan orang yang beramal karena mengharap balasan/upah dari amalnya. Padahal seharusnya orang itu beramal yang baik, bersih hanya karena menghamba pada Alloh.
Karena hanya Allohlah dzat yang wajib disembah  dan diagungkan, dan menjadi tujuan kita dunia dan akhirat. Hal ini sudah banyak dibahas dalam kitab ini dengan berbagai bahasan yang berbeda.
Khoir An-nassaj berkata:Timbangan amalmu itu sesuai dengan perbuatanmu, karena itu mintalah kemurahan karunianya. Dan itu lebih baik bagimu.
 Al-washity berkata: amal ibadah lebih dekat kepada minta/mengharap ampunan dan maaf, dari pada mengharap pahala dan upah.
 Annash-robadzy berkata: Amal ibadah itu bila diperhatikan kekurangan-kekurangannya, lebih dekat kepada mengaharap maaf dari pada mengharap pahala dan balasan.
Firman Alloh: “QUL-BI-FADH-LILLAAHI-WA-BIROHMATIHII-FA-BIDZAALIKA FAL-YAF-ROCHUU-HUWA KHOIRUM-MIMMAA YAJ-MA’UUN”.(“Katakanlah: Hanya karena karunia dan rohmat Alloh mereka boleh bergembira, sebab itu lebih baik bagi mereka dari segala apa yang dapat mereka kumpulkan sendiri”

٭ لاتطلب عواضا على عمل لست له فاعلا، يكفى من الجزاءلك على العمل ان كان له قابلا ٭


133.”Jangan menuntut upah(ganti) tehadap amal perbuatan yang hakikatnya kamu sendiri tidak ikut berbuat, cukup besar balasan aloh bagimu, jikaAlloh menerima amalmu”.

Firman Alloh: “WAU-LLOOHU-KHOLAQOKUM WAMAA-TA’MALUUN”. (Dan Alloh yang menjadikan kamu,dan apa yang enkau perbuat(kerjakan). As-shofat 96).”
    Jadi kita hanya menjadi lalulintas qodho’ dan qodarnya Alloh, jadi tidaklah pantas kalau kita minta balasan/upah sedangkan kita tidak ikut mengerjakan, ya’ni semua pekerjaan yang kita kerjakan itu yang buat Alloh, ini hukum ‘Aqli.
 Kalu menurut hukum syar’iy  hamba yang membuat pekerjaan yang dikerjakannya. Dalilnya: “UDKHULUL JANNATA-BIMAA-KUNTUM TA’MALUUN”. (“Masuklah kamu semua kesurga sebab amal yang kau kerjakan”.)
 Tapi ketahuilah bahwa makhluk tidak bisa mengerjakan kalau tidak digerakkan oleh Alloh.
Ibrohim al-laqqony berkata: Dan Alloh yang menjadikan hamba, dan segala perbuatannya, Dia pula yang memberi taufiq untuk siapa yang akan sampai (wushul) kepadaNya.

٭ اذا اراد ان يظهرفضله عليك خلق فنسب اليك ٭


134.” Jika Alloh akan menunjukkan karunianya kepadamu, maka Alloh membuat amal kebaikan pada dirimu, dan mengatasnamakan amal perbuatan itu padamu”.

   Sebagaimana firman-firman Alloh: Hai hambaKu yang beriman, Hai orang-orang yang beriman.
Padahal Alloh yang memberikan iman itu, karena itu jawaban hamba: Engkau ya Alloh yang memberikan karunia iman kepadaku, sehingga aku berbuat taat, padahal saya sendiri tiada berdaya dan tidak berkekuatan kecuali semata-mata dengan pertolonaganMu.
Sahal bin Abdulloh ra. berkata: Jika hamba berbuat kebaikan, lalu ia berkata: Ya Alloh, Engkau yang memberi karunia,taufiq sehingga aku Engkau jadikan hamba yang berbuat kebaikan. Engkaulah yang member pertolongan, Engkaulah yang member kemudahan mengerjakan kebaikan.
Niscaya Alloh memuji kepada hamba itu, dengan sabdanya: Hambaku engkau telah berbuat taat dan taqorrub(mendekatkan diri) kepadaKu.
Sebaliknya jika hamba itu merasa dia yang beramal(lupa dengan taufiq dan pertolongan Alloh) lalu berkata: aku telah beramal,telah bertaqorrub dll, maka Alloh mengabaikan (berpaling) pada mereka sambil bersabda: Hai hambaku, Aku yang memberi taufiq hidayah padamu, dan Aku yang member pertolongan padamu,member kemudahan berbuat baik padamu.
Apa bila hamba berbuat kejahatan lalu berkata: Ya Alloh, Engkau yang telah menaqdirkan aku untuk berbuat kejahatan, dan Engkau yang telah memutuskan.
 Maka Alloh menjawab: Hai hambaku, kaulah yang salah (berbuat kesalahan/jahat), kaulah yang bodoh,dan berbuat maksiat.
 Sebaliknya jika hamba yang berbuat dosa itu berkata: Ya Alloh, aku telah berbuat salah, dholim pada diriku sendiri karena kebodohanku. Maka dijawab oleh Alloh: HambaKu, Aku yang menentukan,menaqdirkan dan menutupi kesalahanmu serta mengampuni dosa-dosamu.

٭ لانهاية لمذامّك ان ارجعك اليك ولا تفرغ مداءحك ان اظهر جوده عليك ٭


135.”Tiada batas akhirnya kejelekanmu jika Alloh mengembalikan engkau kepada kekuatan usaha daya upayamu sendiri, dan tidak ada habisnya kebaikanmu, jika Alloh memperlihatkan kemurahanNya padamu (pada dirimu)”.

Apabila Alloh mengembalikan amal pada kamu sendiri artinya Alloh tidak memberi bantuan, taufiq, hidayah dan pertolongannNya padamu, maka kamu akan selalu (tidak ada akhirnya) melakukan pekerjaan yang dicela oleh syara’. Sehingga tidak ada amal yang di anggap baik menurut Alloh, walaupun kelihatannya ibadah dan amal kebaikan.
Rosululloh bersabda dalam do’anya: “ASHLIH-LII- SYA’NII-KULLAHU, WALAA-TAKILNII- ILAA-NAFSII-THORFATA ‘AINII”. (“Ya Alloh, perbaikilah urusanku semuanya, dan jangan Kau serahkan urusanku kepada diriku sendiri walaupun sekejap mata”.)

136-137.
 “BERGANTUNGLAH PADA SIFAT-SIFAT KE-TUHANANNYA ALLOH”

٭ كن باوصاف ربوبيته متعلقا، وباوصاف عبود يّـتك  متحققا ٭


136. “Bersandarlah selalu pada sifat-sifat ke-Tuhanan-Nya Alloh, dan perhatikan/perlihatkan sifat-sifat kehambaanmu sendiri”.

  Arti bersandar/bergantung pada sifat-sifat ke-Tuhanan(Rububiyyah) ialah: Ingatlah selalu sifat-sifat ke-Tuhanan Alloh, yaitu: Maha kaya, Maha kuasa, Maha mengetahui, Maha muliya, Maha kuat dan sifat-sifat sempurna lainnya.
  Sedangkan memperlihatkan sifat-sifat kehambaan(Ubudyyah) ialah: Menyadari sifat-sifat hamba spt: fakir/miskin, lemah, bodoh, hina, tak berdaya. Maka Hamba harus bergantung/bersandar diri pada sifat-sifat ke-Tuhanan Alloh, sehingga Alloh memberi pertolongan dan bantuan dan menitipkan sifat-sifat Rububiyyahnya pada hambaNya, seperti: menjadi kaya billah(karena Alloh), kuasa billah, ‘alim/pandai billah, mulya billah, kuat billah.


٭ منعك ان تدّعي ماليس لك مما للمخلوقين افيبيح لك ان تدعي وصفه وهو ربّ العلمين ٭


137. “Alloh melarang engkau mengkui apa-apa yang bukan hakmu dari hak-hak orng lain, Apakah Alloh memperbolehkan kepadamu,mengakui sifat-sifat Alloh, sedangkan Alloh itu dzat yang menguasai dan merajai alam semesta”.

  Pangakuanmu terhadap apa yang bukan menjadi sifat-sifatmu itu bagian dari kedholiman yang besar. Dan bagian dari paling jeleknya perkara yang jelek menurut para ‘aarifin yaitu: menyekutukan Alloh didalam hatinya hamba, dengan mengakui sebagian dari sifat-sifat ke-Tuhanan Alloh,dengan I’tiqd dan ucapan. itu berarti merebut kedudukan Alloh dan sombong kepada Alloh.
 Ibnu Abbas ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda dalam hadits qudsi: “Al-kibriyaa’u ridaa-i-wal –‘adhomatu-izaarii. Faman naza-‘anii waa-hidatan min-humaa- alqoituhuu- finnaar”. (Kesombongan itu kaianku(selendangku) dan keAgungan/kebesaran itu sebagai sarungKu, dan siapa yang merebut salah satunya dari Aku, maka Aku akan melemparkannya kedalam neraka”.)

Rosulullh telah bersabda: tiada seorang yang lebih cemburu dari Alloh, karena itu Alloh mengharamkan segala perbuatan keji, dan karena itu pula Alloh takkan mengampuni orang yang menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Karena itu pula sifat-sifat kesempurnaan Alloh, tidak boleh dikurangi walaupun sedikit.

138.
“Rubahlah dirimu dari kebiasaan (hawa nafsumu)”

٭ كيف تخرق لك العواءـد وانت لم تخرق من نفسك العواءــد ٭



138.”Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luar biasa (keramat), padahal engkau tidak merubah dirimu dari kebiasaanmu”.

 Khorqul-awaa’id ialah: perkara yang tidak masuk akal, kejadian-kejadian  yang luar biasa spt: berjalan di atas air, melipat jarak dan waktu, sehingga bisa pergi
Ke ujung barat dan timur dengan satu langkah kaki dll,
Bagaimana kau akan dapat mencapai yang demikian (Khorqul-awaa’id), padahal kau sendiri belum bisa mengekang hawa nafsu dan keinginanmu,padahal kau belum dapat melepaskan kehendakmu untuk menyerah pasrah pada kehendak Alloh.
Keramat /Khorqul-awaa’id  itu tidak diberikan oleh Alloh, kecuali pada orang yang sudah bisa melenyapkan kehendak diri sendiri dan menentang keinginan hawa nafsunya sendiri.
Khorqul-awaa’id itu ada beberapa macam : kalau keluar dari seorang Nabi disebut Mu’jizat. Kalau keluar dari seorang wali disebut karomah, kalau keluar dari orang sholih disebut Ma’unah. Tapi kalau keluar dari orang yang menentang hukum Alloh disebut Istidroj (panglulon).
Karomah itu ada dua macam. 1. Karomah maknawiyyah, yakni karomah yang tidak di ketahui orang lain spt: bertambahnya iman dan keyakinan, bertambah baik akhlaqnya kepada Alloh dan kepada makhluk. 2. Karomah dhohiryyah yaitu: keramat yang bisa diketahui orang lain, seperti Toyyil Ardhi (melipat jarak yang jauh menjadi dekat) dan melakukan perkara yang luar biasa yang tidak masuk akal.
Futuh yaitu: terbukanya tabir/hijab yang menutupi mata lahir dan mata hati.
Macam futuh itu banyak sekali, termasuk bagian dari futuh yaitu Kasyaf.
Antara kasyaf dan futuh itu sama artinya. Dan keduanya ada yang dari malaikat, adayang dari syeitan, dan yang dari syeitan itu bukan karomah tapi dinamakan Istidroj.
Kasyaf itu ada dua macam: 1. Kasyaf hisyy. Yakni mengtahui perkara/kejadian yang jauh dari pandangan mata kepala. Seperti kisah Sayyidina Umar bin Khottob ra. ketika khutbah jum’ah di madinah, tiba-tiba memerintahkan pada panglima perang bernama Sariyyah yang sedang bertempur di tanah Nahawand yang jauhnya kira-kira perjalanan dua bulan dari madinah. Umar berkata: Ya Sariyyah al-jabal! ( Hai Sariyyah ! awas, musuh ada di atas gunung)..
Diceritakan saat itu pasukan islam baru bertempur di bawah gunung melawan sebagian pasukan musuh.dan tidak tahu kalau ada sebagian pasukan musuh yang ada di atas gunung yang mau menyerang.  Seumpama tidak ada komando dari Sayyidina Umar yang bisa didengar oleh panglima perang Sariyyah, tentu pasukan islam akan kalah. Dan ahirnya pasukan islam dapat kemenangan. Setelah pasukan kembali kemadinah, komando dari Sayyidina umar dicocokkan dengan penduduk madinah ternyata benar.
2.Kasyaf Ma’nawi yaitu:mengetahui perkara yang diluar dari alam syahadah (alam nyata).

139-140.
“ADAB BERDO’A”

٭ ماشاءن وجودالطلب انّما الشاءن ان ترزق حسن الاداب ٭

139.”Yang terpenting bagimu, bukannya sekedar meminta(berdo’a), tetapai yang terpenting adalah jika kau diberi baiknya adab/tata karma kepada Tuhanmu”.

Sebab karena adab, kamu bisa memperlihatkan ‘Ubudiyyahmu, dan mencukupi hak-haknya ke-Tuhanan Alloh. dan juga bisa menerima apa yang diberi oleh Alloh, tanpa merasa kurang atau kecil.sebagai kebiasaannya seorang tuan (majikan) itu mencukupi semua kebutuhan hambanya,demikian pula kewajiban seorang hamba menyerah dan pasrah kepada kebijaksanaan aturan Tuhannya.

٭ ماطلب لك شيء مثل الاضطرار ولا اسرع بالمواهب اليك مثل الذلة والافتقار ٭


140. “Tiada sesuatu yang menyegerakan terkabulnya permintaan(do’a) seperti dalam keadaan terpaksa (sangat butuh), dan tiada sesuatu yang dapat menyegarakandatangnya pemberian dari Alloh seperti menyatakan rendah diri, dan sangat fakir”.

 Lafadz “Walaa as-ro’a” itu sebagian dari ‘atof lazimnya Malzum. Karena hina fakir itu menjadi sifat wajibnya orang mudhtor.
Alloh berfirman:  AM-MAY-YUJII-BUL-MUDH-ThORRO- IDZAA- DA-‘AAHU.”
(“Siapakah yang dapat menyambut(menjawab) do’a orang yang terpaksa bila berdo’a kepadanya”. An-naml 62).
Mudh-thor yaitu orang yang sangat terpaksa(butuh), yang merasa sudah tidak ada daya tidak ada kekuatan lain yang dapat menolongnya, kecuali hanya Alloh semata-mata. Orang yang demikianlah yang pasti segera tercapai hajat kebutuhannya,dan itulah yang bernama tauhid(meng-Esakan Alloh).  Dan ini diisyratkan oleh Alloh dalam firmannya: “Walaqod-nashoro-kumullohu-bi-badriu-wantum-adzillah”. (sungguh Alloh telah menolong kamu (memenangkan kamu) dalam perang badar, ketika kamu dalam keadaan hina, rendah diri tidak berdaya”.)

141-143.
 “WUSHUL ITU SEBAB KARUNIA DARI ALLOH DAN DITUTUPINYA CELA KITA”

٭ ولولا انك لاتصل اليه الابعد فناء مساويك ومحودعاويك لم تصل اليه ابدا ولكن اذااراد ان يوصلك اليه غطى وصفك بوصفه ونعتك بنعته  فوصلك اليه منه اليك لابمامنك اليه ٭


141. “Andaikata engkau mempunyai anggapan tidak akan sampai kepada Alloh(wushul), kecuali setelah habis lenyap semua dosa-dosa dan kotoran hatimu, niscaya kamu tidak akan sampai (wushul) kepada Alloh selamanya. Tetapi jika Alloh menghendaki menarik menyampaikan kamu kepadaNya,Alloh akan menutupi sifatmu dengan sifatNya,dan kekuranganmu dengan karunia kekayaanNya, Alloh menyampaikan kamu kepadaNya dengan apa yang diberikan Alloh kepadamu,bukan karena amal perbuatanmu yang enkau hadapkan kepadaNya”.

Syeikh Abul-Hasan As-syadzily ra. berkata: seorang waliyulloh itu tidak akan sampai kepada Alloh,jika ia masih ada syahwat/kesenangan nafsu, atau masih mengatur dirinya atau masih usaha ikhtayar(memilihkan dirinya).seumpama Alloh membiarkan hambanya dengan pilihannya,pengaturannya atau kesenangan nafsunya sendiri, maka hamba selamanya tidak akan wushul(sampai kepada Alloh) jika Alloh akan menarik dan segera menyampaikan hambanya, maka di tampakkan padanya sifat-sifat Alloh. Sehingga mati  kehendak dan ikhtiyar usaha sendiri, dan segera menyerah pasrah kepada Irodah dan keputusan pemberian Alloh. Maka dengan itu ia sampai kepada Alloh karena tarikan Alloh, bukan karena amal usahanya sendiri, Wushul karena karunia Alloh bukan karena ibadah dan taatnya kepada Alloh.

٭ لولا جميل ستره لم يكن عمل اهلا للقبول ٭


 142.”Andai kata tidak ada baiknya tutup dari Alloh (andaikata Alloh tidak menutupi kekurangan dan kesalahan dalam semua amal hamba) niscaya tidak ada amal yang layak untuk diterima”.

  Sebab syarat untuk diterimanya amal itu adalah ikhlas, tulus kepada Alloh,tetapi manusia diuji dengan sombong diri, merasa sudah cukup amalnya, dan lebih jelek lagi bila ia riya’ dengan amalnya,dan mengharap pujian atas amal perbuatannya. Karena demikian watak tiap hamba, maka sulit untuk diterima amal perbuatannya, kecuali hanya mengharap rohmat karunia Alloh semata.
  Syeih Abu-Abdulloh Al-Quraisyi berkata: Jika Alloh menuntut mereka tentang keikhlasan, maka lenyaplah semua amal perbuatan mereka, maka apabila telah lenyap semua amalnya, bertambahlah hajat kebutuhan mereka, maka dengan itu mereka lalu melepaskan diri dari bergantung kepada segala sesuatu, dan apabila ia telah bebas dari segala sesuatu kembalilah mereka kepada Alloh dalam keadaan bersih dari segala sesuatu.
 Jadi para murid/salik dalam perkara wushul kepada Alloh, itu harus bergantung pada anugerah dan pemberian Alloh. Jangan sampai mengandalkan amal ibadahnya sendiri.

٭ انت الى حلمه اذا اطعته احوج منك الى حلمه اذاعصيته ٭


143. “Engkau lebih membutuhkan kesantunan, maaf dan kesabaran Alloh ketika engkau berbuat taat (ibadah), melebihi dari pada kebutuhanmu ketika engkau berbuat maksiat/dosa”.

   Kemuliaan seorang hamba hanya ketika bersandar diri kepada Tuhannya. Dan hina/jatuhnya seorang hamba bila ia telah melihat dan berbangga dengan dirinya sendiri. Sedang manusia ketika berbuat taat, merasa dirinya sudah baik lalu bangga dengan amal perbuatannya sendiri, sombong dan merendahkan orang lain. Padahal amal perbuatannya jika dikoreksi keikhlasannya tidaklah mungkin akan diterima, bahkan amal itu semua hanyalah amal yang palsu dan tidak ada harganya disisi Alloh.
Alloh telah menurunkan wahyu kepada seorang NabiNya: “Beritahukan kepada hamba-hambaKu yang shiddiqin(sungguh-sungguh dalam beribadah kepadaKu), janganlah kamu tertipu oleh kesombongan dengan amal perbuatanmu itu, karena apabila Aku menegakkan benar-benar keadilanKu pasti Aku akan menyiksa mereka mereka dan bukan suatu kedholiman terhadap mereka. Dan katakana kepada hamba-hambaku yang telah berbuat dosa, : Jangan kamu berputus asa dari rahmatKu, sebab tidak ada suatu dosa yang tidak dapat ku ampunkan.
   Syeih abu-Yazid al-Busthomy berkata: Taubat karena berbuat maksiat itu cukup hanya sekali, sedangkan taubat setelah berbuat taat harus seribu kali, sebab taat yang diliputi oleh ‘ujub, sombong itu berubah menjadi maksiat yang besar, dan orang tidak akan menyadarinya. Sebagaimana jatuhnya iblis dari singgasananya.

144-145.
SEBAIK-BAIKNYA SATIR/TUTUP DARI ALLOH

٭ الستر على قسمين ستر عن المعصية وستر فيها، فالعامّة يطلبون من الله تعالى الستر فيها خشيــة سقوط مرتبتهم عندالخلق،  والخاصة يطلبون من الله السترعنهاخشية سقوطهم من نظرالملك الحقّ ٭


144. “Tutup(dariAlloh)itu ada dua: (1) tutup dari berbuat maksiat/dosa, (2).tutup dalam berbuat maksiat, sedang manusia pada umumnya meminta kepada Alloh supaya di tutupi dalam perbuatan maksiat, karena kuatir jatuh kedudukannya dalam pandangan sesama manusia. Tetapi orang-orang khusus meminta kepada Alloh, supaya ditutupi dari berbuat maksiat/dosa,jangan sampai berbuat maksiat, karena takut jatuh dari pandangan Alloh”.

   Manusia pada umumnya meminta pada Alloh , supaya ditutupi maksiatnya pada waktu mengerjakannya, sehingga mereka meminta pada Alloh supaya di tutupi karena takut kedudukannya di masyarakat/sesama manusia jatuh sebab maksiat itu. Alloh berfirman:
 Yas-takhfuuna minan-naasi walaa yas-takhfuuna-mina-llohi wahuwa- ma-’ahum.” (mereka sembunyi dari sesame manusia, tetapi tidak sembunyi dari Alloh yang selalu beserta mereka”.)

‘Ady bin Hatim ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda: Kelak pada hari Qiamat ada beberapa orang yang dibawa ke surga, tetapi setelah melihat segala kesenangan yang tersedia dan merasakan hawa enaknya surge, tiba-tiba diperintahkan mengusir mereka dari surge, sebab mereka tidak punya bagian dalam surga itu, maka kembalilah mereka dengan penuh penyesalan, sehingga mereka berkata: Ya Alloh, andaikan Engkau memasukkan kami keneraka sebelum memperlihatkan kepada kami surge dan segala yang disediakan untuk para waliMu, niscaya akan lebih bagi kami. Alloh menjawab: memang Aku sengaja demikian, kamu dulu jika sendiirian berbuat segala dosa-dosa besar, tetapi jika bertemu dengan orang-orang, berlagak khusuk bermuka-muka pada manusia, berlawanan dengan apa yang ada dalam hatimu, kamu takut pada manusia dan tidak takut padaKu, mengagungkan manusia tidak condong padaKu, maka hari ini rasakan siksaKu yang sepedih-pedihnya, dan diharamkan atas kamu segala rahmatKu.

٭ من اكرمك فانمااكرم فيك جميل ستره فالحمد لمن سترك ليس الحمد لمن اكرمك وشكرك ٭

145.”Siapa yang memuliakan/menghormati kamu,sebenarnya hanya menghormati keindahan tutup Alloh kepadamu, maka seharusnya pujian itu pada Alloh yang telah menutupi engkau, bukan pada orang yang memuji dan terima kasih padamu”.

 Sudah menjadi sifat manusia bahwa Tiap orang pasti mempunyai cela/aib dan kebusukan yang andaikan diketahui oleh orang lain, pasti orang lain akan membanci dan tidak suka padanya. Kenyataannya ada orang yang memuji,menghormatinya,adapun yang menyebabkan adanya orang yang memuji dan menghormati padanya, bukan semata-mata karena kebaikannya, tetapai karena Alloh menutupi kebusukan dan cacatnya, maka pujian itu seharusnya kembali padaAlloh yang menutupi kebusukan dan aibnya. Karena itu ia wajib bersyukur dan memuji kepada Alloh yang menutupi aibnya, tidak pada manusia yang memujinya karena tidak tahu kejelekannya.

 dan memuji kepada Alloh yang menutupi aibnya, tidak pada manusia yang memujinya karena tidak tahu kejelekannya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Komentar