Minggu, 30 Oktober 2016

HIKMAH 86-96

86. TANDA ORANG YANG TERTIPU

٭الحزنُ علٰى فِقداَنِ الطَّاعةِ مع عدمِ النُّهوْضِ اليها من علامات الاِغتِرارِ ٭

86. "Merasa susah karena tidak dapat melakukan suatu amal ibadah yang disertai oleh rasa malas untuk melakukannya, itu suatu tanda bahwa ia terpedaya [tertipu] oleh syaitan".

  Jika ketinggalan suatu amal kebaikan merasa sedih, tetapi bila mendapat kesempatan tidak segera melakukannya, maka itu suatu tanda telah dipermainkan oleh nafsu dan syaitan. susah yang seperti ini adalah susah yang bohong, dan nangis yang seperti ini juga nangis yang bohong.  Sebagai mana dikatakan sebagian ulama’ “Banyak mata yang menangis akan tetapi hatinya masih keras. karena orang tersebut tidak aman dari tipuan Alloh yang samar.Alloh tidak memberikan pada orang tersebut apa yang manfaat pada dirinya tapi malah memberi sesuatu yang membohongi dirinya, yaitu susah dan menangis yang bohong. Adapun susah yang sesungguhnya yaitu, susah yang mendorong dirinya untuk melakukan taat yang disertai nangis yang benar. dan itu termasuk dari maqomnya salik.

Bersabda Nabi shollallohu 'alaihi wasallam:
"Sesungguh Alloh menyukai pada tiap hati yang selalu berduka cita".

Syeikh Abu Ali ad-Daqqo’ berkata:
"Seorang yang menyesal dapat menempuh jalan menuju kepada Alloh dalam waktu satu bulan, apa yang tidak dapat ditempuh oleh orang yang tidak menyesal dalam beberapa tahun. Karena itu termasuk dalam sifat utama bagi Rosululloah shollallohu 'alaihi wasallam. Mutawashilul-ahzan, daa'imul fikir. Rosululloah shollallohu 'alaihi wasallam, selalu merasa berduka cita dan selalu berfikir [merenung]".

Sayyidah Robiah al-Adawiyah mendengar seseorang berkata:
''Alangkah sedihnya". Maka Rabiah berkata:
''Katakanlah, Alangkah sedikitnya rasa sedihku, sebab bila engkau benar-benar merasa sedih, tidak berkesempatan lagi untuk bersuka cita".

87.TANDA-TANDA ORANG ‘ARIF

٭ماَالعاَرِفُ مَن اذاَ اَشارَ وجدَ الحَق َّ اقرَبَ اليهِ مِنْ اِشارَتِهِ ، بلِ العارفُ مَن لاَ اِشارَة َ لهُ لِفَناءـهِ في وُجُوده وانطِواَءـهِ في شهوُدهِ ٭

87. "Tidak disebut orang arif  itu, orang yang bila ia memberi isyaroh sesuatu ia merasa bahwa Alloh lebih dekat dari isyaroh-Nya, tetapi orang arif itu ialah yang merasa tidak mempunyai isyaroh, karena merasa lenyap diri dalam wujudAlloh, dan diliputi oleh pandangan [syuhud] kepada Alloh".



     Hikmah yang lalu menerangkan keadaan orang awam yang dihijab oleh cahaya dunia dan syaitan sehingga mereka tidak jadi untuk berbuat taat kepadaAlloh . Hikmah 87 ini pula menerangkan keadaan orang yang berjalan pada jalan Alloh dan sudah mengalami hakikat-hakikat,tetapi cahaya hakikat masih menjadi hijab antara dirinya dengan Alloh, Pengalaman tentang hakikat menurut istilah tasawuf disebut isyaroh tauhid. Isyarat-isyarat tersebut apabila diterima oleh hati maka hati akan mendapat pengertian tentang Alloh. Isyarat-isyarat demikian membuatnya merasa dekat dengan Alloh . Orang yang merasa dekat dengan Alloh, tetapi masih melihat kepada isyarat-isyarat tersebut masih belum mencapai makam arifbillah. Orang arifbillah sudah melepas isyarat-isyarat dan sampai kepada Alloh yang tidak boleh diisyaratkan lagi. Maqom ini dinamakan fana-fillah atau lebur kewujudan diri dalam Wujud Mutlak dan penglihatan mata hati tertumpu kepada Alloh semata-mata, yaitu dalam keadaan:
Tiada sesuatu sebanding dengan-Nya.
Tidak ada nama yang mampu menceritakan tentang Dzat-Nya. Tidak ada sifat yang mampu menggambarka n tentang Dzat -Nya. Tidak ada isyarat yang mampu memperkenalkan Dzat -Nya. Itulah Alloh  yang tidak ada sesuatu apa pun menyerupai-Nya. Maha Suci Alloh dari apa yang disifatkan.
Yakni, siapa yang masih mempunyai pandangan kepada sesuatu selain Alloh, maka belum sempurna sebagai seorang [yang mengenal kepada Alloh]. Tetapi seorang arif yang sesungguhnya, ialah yang merasakan kepalsuan sesuatu selain Alloh, sehingga pandangannya tiada lain kecuali kepada Alloh.
Seorang ‘arif ditanya tentang apakah fana’ itu? Beliau menjawab, “Fana’ ialah Muncul/terlihatnya sifat keagungan dan kemegahan Alloh pada hamba-Nya, sehingga hamba tersebut jadi lupa akan dunia, lupa akhirat, lupa derajat, lupa makom, hal,dzikir. lupa akalnya, lupa dirinya sendiri, lupa fana’nya sebab tenggelam dalam takdhim kepada Alloh ta’ala.”

Hikmah 88.

ROJA’ (HARAPAN) DAN TAMANNI (KHAYALAN)

٭الرَّجاءُ ماَ قاَرَنهُ عملٌ وِالاَّ فهُوَ اُمْنِيَّةٌ ٭

88. "Pengharapan (Roja’) yang sesungguhnya ialah yang disertai amal perbuatan kalau tidak demikian, maka itu hanya angan-angan [khayalan] belaka".

Yang dinamakan roja’ yaitu pengharapan yang dibarengi dengan amal. apabila tidak dibarengi amal tapi malah malas beramal dan masih berani melakukan maksiat dan dosa pengharapan itu disebut umniyyah atau lamunan. dan dia tertipu deng belas kasih Alloh.
Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:
"Seorang yang sempurna akal ialah yang mengoreksi dirinya dan bersiap-siap untuk memghadapi maut, sedang orang bodoh ialah yang selalu menurutkan hawa nafsu dan mengharap berbagai macam harapan".

Syeikh Ma'ruf al-Karkhi berkata:
"Mengharap surga tanpa amal perbuatan itu dosa, dan mengharap syafa'at tanpa sebab berarti tertipu, dan mengharap rahmat dari siapa yang tidak engkau taati perintahnya berarti bodoh".

Al-Hasan rodhiyallohu 'anhu berkata:
"Sesungguhnya ada beberapa orang oleh angan-angan keinginan pengampunan, sehingga mereka keluar dari dunia [mati], sedang belum ada bagi mereka kebaikan sama sekali. Sebab mereka berkata: Kami baik sangka terhadap Alloh. Padahal berdusta dalam pengakuan itu, sebab andaikan mereka baik sangka terhadap Alloh, tentu baik pula perbuatannya. Al-Hasan lalu membacakan ayat Qur'an:
وَذٰ لِكمُ ْ ظَنُّكمُ ُالَّذىِ ظَنـَنـْتُمْ بِرَبِّكُم اَرْداكمُ ْ فَاَصبَحْتـُمْ من الخاَسِرِينَ
“Itulah persangkaanmu terhadap Tuhan telah membinasakan kamu, maka kamu termasuk orang-orang yang rugi".

Al-Hasan berkata: Wahai hamba Alloh berhati-hatilah kamu dari angan-angan [khayalan] yang palsu, sebab itu sebagai jurang kebinasaan, kamu akan lalai karenanya. Demi Alloh, tidak pernah Alloh memberi pada seorang hamba kebaikan semata-mata karena angan-angan belaka, baik untuk dunia maupun untuk akhirat.

Hikmah 89.

89. PERMINTAAN AL-ARIF BILLAH 


٭مَطْلَبُ العارفينَ مِنَ اللهِ تعالى الصِدق ُ في العُبُوديةِ والقِيامُ بحُقوُقِ الرُّبُوبيَّةِ ٭

89. "Permintaan orang yang sudah makrifat kepada Alloh, hanya semoga dapat bersungguh-sungguh dalam menghamba dan tetap dalam menunaikan hak-hak kewajiban terhadap Tuhan".

  Yang dinamakan Sidqul  ‘Ubudiyyah yaitu: menetapi tatakramanya menghamba pada Alloh (ubudiyyah), seperti mencukupi hak-haknya Allohdalam beribadah, mensyukuri pemberian Alloh , sabar menghadapi bala’, menyerahkan semua urusannya pada Alloh, selalu Muroqobah (meniti taqdirAlloh, yang terjadi atas dirinya dan lainnya),memperlihatkan fakirnya kepadaAlloh dan selalu mengharap rahmatnya Alloh dan lain-lain.
Hikmah 89 ini menjelaskan seorang arif itu tidak mempunyai permintaan kepada Alloh, kecuali dua perkara : 1. SHIDQUL ‘UBUDYYAH,  2. AL-QIYAMU BIHUQUQIR-RUBUBYYAH. Tanpa melihat kepentingan dirinya dan nafsunya.
Berbeda dengan orang yang belum 'Arif Billah, yang belum bisa meninggalkan kepentingan diri dan nafsunya.
  Syeikh  Abu Madyan berkata:
"Jauh berbeda antara orang yang semangat keinginannya hanya bidadari dan gedung [surga], dengan orang yang keinginannya selalu bertemu kepada Tuhan yang menciptakan bidadari dan yang mempunyai gedung [surga]. Sungguh-sungguh dalam sifat kehambaan, ialah: Berakhlak dan beradab sebagai seorang yang patuh dan taat kepada tuannya".

90-92. AL-BASTHU dan AL-QOBDHU

٭ بسطكَ كى لا يُبْقِيك مع القبضِ وقبضكَ كى لا يترُككَ معَ البسطِ واخْرَجكَ عَنْهماكى لاتكون لشىءٍدونهُ ٭

90. Alloh melapangkan bagimu, supaya kamu tidak selalu dalam kesempitan (qobdh). dan Alloh telah menjadikan kamu sempit supaya kamu tidak hanyut(terlena dalam kelapangan(basth). dan Alloh melepaskan kamu dari keduanya, supaya kamu tidak tergantung kepada sesuatu selain Alloh."

Arti Hikmah ini, Alloh selalu membuat macam-macam keadaan hatimu, supaya kamu selalu sadar dan fana’, yakni,tidak melihat keadaanmu itu.
 Jadi Qobdhu (kesempitan itu untuk ahli Bidayah, seumpama tidak ada Qobdhu tentu tidak bisa melatih/mencegah dari kebiasaan dan kesenangan nafsu. Sedangkan maqom Basthu, bagi orang yang masuk permulaan futuh, supaya tidak kendor kekuatannya dan angauta badannya bisa digunakan untuk sesuatu yang disenangi yaitu pemberian  dari Alloh dan dan tanda-tanda ridho dari Alloh. Sedangkan maqom I’TIDAL, itu bagi orang yang berada pada ahir suluknya, supaya keadaannya bisa tetap (tidak berubah) dan bersih amalnya,dan selalu di sisiAlloh, tanpa ada ‘illat.
 
Alloh merubah-rubah keadaan dari sedih ke gembira, dari sakit ke sehat, dari miskin kekaya dari gelap keterang dan seterusnya, supaya mengerti bahwa kita tidak bisa lepas dari hukum dan ketentuan-Nya. dan supaya kita selalu berdiri diatas landasan LAA-HAULAA-WALAA-QUWWATA ILLAA-BILLAH.
firman Alloh:
لِكيْلا تأ ْسَوْاعلٰى ماَ فاَتَكُم ولا تَفرَحُوْا بِماَ اٰتَكمُ ْ
" Supaya kamu tidak sedih(menyesal) terhadap apa yang terlepas dari tanganmu, dan tidak gembira atas apa yang di berikan kepadamu".

٭ العَارِفوُنَ اِذاَ بُسِطوُ اَخـْوَفَ مِنْهُمْ اِذاَ قبَضَُوا وَلاَ يَقِفُ علىَحُدُودِ الاَدَبِ فى الْبَسْطِ الاَّ قلِيْلٌ ٭
91. "al-'Arifun(Orang yang ma'rifat billah) jika merasa lapang, itu lebih khawatir/takut kepada Alloh, dari pada jika berada dalam kesempitan, dan tidak dapat berdiri tegak dibatas-batas adab dalam keadaan lapang (basthu) kecuali hanya sedikit sekali".

  Dalam kitab ‘Latho-iful minan’ Syeih Ibnu Ato-illah berkata: “ Keadaan basthu itu menggelincirkan kaki para lelakinya Alloh (orang sholih),. Jadi keadaan Basthu menjadikan sebab para ‘Arifin menambah kehati-hatiannya, dan kembali pada Alloh. Sedangkan keadaan Qobdhu itu lebih dekat dengan keselamatan, karena itu sudah menjadi kedudukan hamba. Karena hamba selalu dalam genggaman dan kekuasaan Alloh”.
Abu bakar Assidiq ra. berkata: “kami diuji dengan kesukaran, maka kami kuat bertahan dan sabar. tetapi ketika kami diuji dengan kesenangan (kelapangan), hampir tidak tahan/sabar”.
Syeikh Yusuf bin Husain ar-razy menulis surat kepada Al-Junaidy: “Semoga Alloh tidak memberimu rasa kelezatan hawa nafsumu,jika engkau merasakan kelezatan,maka tidak akan merasakan kebaikan untuk selamanya”.

٭ البَسْطُ تاءْخُذُ النَّفْسُ مِنْهُ حَظَّهاَ بِوُجُودِ الفَرَحِ والقبضُ لاَ حَظَّ للنَّفْسِ فِيْهِ ٭

92." Didalam keadaan lapang (bashtu),hawa nafsu dapat mengambil bagiannya karena gembira, sedang dalam keadaan sempit (qobdhu) tidak ada bagian sama sekali untuk hawa nafsu".

Hikmah ini menjelaskan hikmah sebelumnya tentang sulitnya menjaga adab/tatakrama kepada Alloh dikala keadaan Basthu,maka dari itu sedikit sekali orang yang bisa menepati adab kepada Alloh dikala Basth.
 karena itu manusia lebih aman dalam kesempitan, karena hawa nafsu tidak dapat berdaya dan tidak dapat bagiannya.
Syeih Abul Hasan Assayadzily ra. berkata: Alqobdhu wal Basthu (  susah /sedih dan senang dalam hati)itu selalu silih berganti dalam perasaan tiap hamba, bagaikan silih bergantinya siang dan malam.Dan sebabnya qobdhu(susahnya hati) itu salah satu dari tiga: karena dosa atau kehilangan dunia. atau dihina orang. maka jika seseorang merasa berdosa maka segeralah bertaubat. jika kehilangan dunia, maka harus rela dan menyerahkan kepada hukum Alloh. dan jika dihina orang  harus sabar. dan jagalah dirimu jangan sampai kamu merugikan orang lain,
Dan apabila terjadi qobdh yang tidak di ketahui penyebabnya, maka harus tenang dan menyerah kepadaAlloh. insya Alloh tidak lama akan sirna masa gelap dan berganti dengan terang, adakalanya terangnya bintang, yaitu ilmu. atau sinar bulan yaitu tauhid. atau matahari yaitu ma'rifat. tetapi jika tidak tenang di masa gelap(qobdh) mungkin akan terjerumus kedalam kebinasaan.
Adapun masalah basthu(riang/senangnya hati), maka sebabnya adalah satu dari tiga ini: karena bertambahnya kelakuan ibadah/taat dan bertambahnya ma'rifat atau bertambahnya kekayaan atau kehormatan dan yang ke tiga karena pujian dan sanjungan orang kepadanya.


maka adab seorang hamba :jika merasa bertambah kelakuan ibadahnya dan ilmu ma'rifatnya, harus merasa bahwa itu semata-mata karunia dari Alloh,dan berhati-hati jangan sampai merasa bahwa itu dari hasil usahanya sendiri. dan jika mendapat tambahnya harta dunia, maka ini pula sebagai karunia dari Alloh juga, dan harus waspada jangan sampai terkena bahayanya. adapun jika mendapat pujian dari orang lain kepadamu, maka kehambaanmu harus bersyukur kepada Alloh yang telah menutupi kejelekanmu/aibmu, sehingga orang lain hanya melihat kebaikanmu.

93-94. RAHASIA PEMBERIAN dan PENOLAKAN ALLOH


٭ رُبَّماَ اَعْطاكَ فمَنَعكَ وَرُبَّماَ منَعَكَ فأَعْطاكَ ٭

93." Terkadang Alloh memberimu kekayaan/kesenangan dunia, tetapi Alloh menahan tidak memberimu perkara yang hakikatnya baik padamu(taufiq dan hidayah-Nya). dan terkadang Alloh menahan (tidak memberi) kamu dari kesenangan dunia tetapi pada hakikatnya memberikan kepadamu taufiq dan hidayah-Nya".

  Jadi apabila Alloh tidak memberi apa yang menjadi syahwat keinginanmu dan apa yang enak menurut perasaan nafsumu, hakikatnya itu adalah pemberian yang agung dari Alloh, dan kamu dilepaskan dari apa yang menjadi kepentingan nafsumu.
 Sebaliknya walaupun kelihatannya itu sebagai pemberian dari Alloh (dikabulkannya do’amu) pada hakikatnya itu sebagai penolakan dari Alloh.

Syeikh Muhyiddin Ibnu 'Aroby berkata: “jika ditahan (tidak diberi) permintaanmu maka hakikatnya engkau telah diberi,dan jika permintaanmu segera diberikan maka hakikatnya, telah ditolak dari sesuatu yang lebih besar. karena itu utamakan tidak dapat dari pada dapat, dan sebaiknya hamba tidak memilih sendiri, tapi menyerahkan sepenuhnya kepad Alloh yang menjadikannya. dan yang mencukupi segalakebutuhannya”.


٭ مَتٰى فتَحَ لكَ باَبَ الفـَهْمِ فِى المَنْعِ عاَدَ المَنْعُ هُوَ عَيْنُ العطاَءِ ٭

94. "Apabila Alloh telah membukakan pengertian (faham) tentang penolakan-Nya, maka berubahlah penolakan itu hakikatnya menjadi pemberian".

   Sesuatu yang sangat menghalangi perjalanan kerohanian seorang murid adalah keinginan diri sendiri. Dia berkeinginan sesuatu yang menurutnya akan membawa kebaikan kepada dirinya. keinginan atau hajat keperluannya itu mungkin tentang dunia, akhirat atau hubungan dengan Alloh swt. Jika hajatnya tercapai dia merasa menerima karunia dari Alloh. Jika hajatnya tidak tidak dikabulkan dia akan merasa itu sebagai penolakanAlloh. dan merasa jauh dari Alloh. Orang yang berada pada peringkat ini selalu mengaitkan makbul permintaan atau do'a, dengan kemuliaan di sisi Alloh. Jika Allohmengabulkan permintaannya dia merasa itu adalah tanda dia dekat dengan-Nya. Jika permintaannya ditolak dia merasa itu tanda dia jauh. Anggapan begini sebenarnya tidak tepat. Tidak semua penerimaan do'a itu menunjukkan dekat dan tidak semua penolakan itu menunjukkan jauh.
Apabila Alloh telah memperlihatkan kepadamu hikmah kebijaksanaan-Nya dalam apa yang di jauhkan-Nya dari kamu, maka itu berarti suatu karunia Tuhan kepada mu. sehingga terasa olehmu keselamatanmu dunia dan akhiratmu.

95. LAHIR DAN BATINNYA ALAM(DUNIA)

٭ اَلاَكـْواَنُ ظاَهِرُهاَ غِرَّ ةٌ وَباَطِنُهاَ عِبْرَةٌ فاَالنَّفْسُ تَنْظُرُ اِلىَ ظاَهِرِ غِرَّتِهاَ والقَلبُ يَنْظُرُ اِلٰى باَطِنِ عِبْرَتِهاَ ٭

95. "Alam semesta ini lahirnya berupa tipuan, dan batinnya sebagai peringatan, maka hawa nafsu melihat lahir tipuannya, sedangkan mata hati memperlihatkan peringatan/akibatnya".
  
    Dunia ini bila dilihat dari lahirnya akan terlihat sangat indah, menyenangkan dan menggiurkan, sehingga banyak orang yang mencintai dunia, terbujuk oleh dunia sehingga melupakan Alloh sang pencipta dan penguasa dunia.

Alloh berfirman: “Maka janganlah kamu tertipu oleh kehidupan dunia”.

Firman AllohWAMAL-HAYATAD-DUN-YA ILLAA MATAA-UL GHRUUR.(tiadalah kehidupan dunia ini melainkan kesenangan yang menipu.)
 Apabila dunia dilihat dari sisi batinnya (hakikatnya), akan menjadikan pelajaran bagi kita untuk mengenal Alloh, dunia yang kita lihat akan membuat hati melihat manifestasi ketuhanan didalamnya, dan dunia tempat berjalannya Qudrat dan Irodat Alloh.

96. “CARILAH KEMULIAAN YANG ABADI”

٭ اذا اَرَدتَ اَنْ يَكُونَ لكَ عِزًّ لاَ يَفْنىَ فَلاَ تَسْتَعِزَّنَّ بِعِزٍّ يُفـْنىٰ ٭

96. " jika engkau ingin mendapatkan kemuliaan yang tidak punah/rusak, maka jangan membanggakan kemuliaan yang bisa rusak".

  Manusia mencari kemuliaan melalui berbagai macam cara. Mereka mencarinya melalui harta, pangkat dan kekuasaan. Ada yang mencarinya melalui ilmu dan amal. Semua kemuliaan yang diperoleh dengan cara demikian bersifat sementara.Semua kemuliaan tersebut adalah fatamorgana.
  Kemuliaan yang abadi/tidak rusak hanya kemuliaanAlloh, maka bergantunglah dengan Alloh,sebab Alloh kekal abadi dan tidak rusak. adapun jika bergantung kepada kekayaan, kebangsaan, kedudukan,maka semua itu palsu dan akan rusak tidak kekal. maka barang siapa bergantung pada suatu sebab yang tidak kekal, maka akan rusak bersama dengan rusaknya sebab/alat itu.
Alloh berfirman:" Apakah merka mengharapkan pada apa yang mereka sanjung itu suatu kemuliaan, ketahuilah sesungguhnya kemuliaan itu semuanya milik dan hakAlloh ta'ala".
   Ada hikayat: seorang datang kepada raja Harun al-rasyid, untuk memberi nasihat, tiba-tiba Harun al-rasyid marah kepadanya, lalu memerintahkan kepada pengawalnya supaya mengikat orang itu bersama dengan keledainya yang nakal, supaya dia mati di tendang keledai. setelah perintah dilaksanakan tiba-tiba keledai itu jadi lunak kepada orang yang akan dihukum. kemudian Harun memerintahkan supaya orang tersebut di masukkan kedalam rumah dan pintunya supaya ditutup dengan semen, supaya dia mati didalamnya, tiba-tiba orang yang dihukum itu telah berada di luar(kebun)sedang pintu rumah masih tertutup dengan semen. maka orang itu dipanggil oleh Harun al-rasyid dan ditanya: Siapa yang mengeluarkan kamu dari rumah(penjara)? jawabnya: yang memasukkan saya kekebun,. Harun bertanya lagi: dan siapa yang memasukkan engkau kedalam kebun? jawabnya: yang mengeluarkan aku dari rumah.
kemudaian Harun al-rasyid sadar dan memerintahkan pengawalnya untuk membawa orang itu diatas kendaraan dan keliling kota,sambil memberitahukan pada masyarakat: ketahuilah bahwa raja Harun al-rasyid menghinakan orang yang telah di mulyakan Alloh, maka tidak bisa...
Seorang datang kepada seorang 'Arif  sambil menangis, maka ditanya oleh sang 'Arif: Mengapa engkau menangis? jawabnya: karenaguruku telah mati. orang 'Arif berkata: mengapa engkau berguru pada orang yang bisa mati..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Komentar