Selasa, 25 Oktober 2016

SEJARAH BERDIRINYA PESANTREN

SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA
PONDOK PESANTREN
 “MIFTAHUSSA’ADAH” SAMARANG BOBOKO
Keberadaan Ponpes Miftahussa’adah berawal dari kegiatan belajar mengajar ilmu keagamaan (agama Islam), yang dirintis oleh seorang tokoh yang bernama KH. Ahmad Zainal Muttaqien bin KH. Ashlah, bin KH. Ali Dikara. KH. Ahmad Zainal Muttaqien lahir sekitar Tahun 1919 M. (berdasar data KTP) di kampung Sirahsijugul desa Panjiwangi kecamatan Tarogong Kaler, kemudian pindah ke kp Cisaat ds Tanjungkarya mengikuti ayahnya,,masa kecilnya belajar ngaji kepada KH. Imam Arrozi (mama tanjung),, masa remaja ngaji dan sekolah di ponpes Alkhairiyah dulu masuk wilayah wanaraja,, kemudian melanjutkan ke ponpes Darul-Huda Curug, Ds. Simpangsari, kec. Cisurupan dibawah asuhan KH. Muhammad Yahya.

Setelah pulang dari pondok KH. Ahmad Zainal Muttaqien kembali ke kp Cisaat mendirikan masjid dan pondok,,santrinya sudah banyak sampai ratusan. Waktu itu berlangsung ketika masa penjajahan Belanda,, Masjid dan pondok dibakar oleh belanda, karena disangka penggerak perlawanan, beliau sempat ditahan oleh belanda, tapi tidak lama kemudian dibebaskan. Setelah kemerdekaan terjadi krisis politik di negeri ini, yaitu zaman DI TII yang dipimpin oleh Karto Suwiryo, beliau sering dibujuk oleh DI supaya ikut, tapi beliau menolak, akibat penolakannya beliau sering mendapat teror dari kelompok DI, akhirnya beliau pindah ke kp Samarang Boboko Ds./Kec. Samarang, menikah dengan putri tokoh Samarang Boboko KH. Umar Bakri, yaitu Ibu Millah.

Di Kp Samarang Boboko, KH. Ahmad Zainal Muttaqien diberi wewenang oleh mertuanya untuk mengembangkan pendidikan keagamaan, di Samarang Boboko ada dua masjid yang saju masjid Jami yang satunya lagi musholla, keduanya peninggalan para tetua dari keturunan Ibu Millah. Karena penduduk makin banyak akhirnya beliau memilih musholla untuk dikembangkan, yang tadinya masjid kecil kemudian diperbesar, dan ditambah 4 kobong untuk anak santri. Kegiatan keagamaan tambah maju, masjid jami yg dikelola oleh mertuanya tetap berjalan, dan musholla yang ada kobongnya tambah ramai, santri yg ngaji selain dari penduduk sekitar, ada juga dari luar desa. Masa itu masanya politik sdg memanas, DI TII sering bertempur dengan Tentara Nasional, tapi pengajian tidak terpengaruh tetap berjalan sampai beliau wafat hari jumat tanggal 18 Mei 1996 M. atau 29 Dzulhijjah 1416 H..

Sepeninggal beliau keagamaan diteruskan oleh anaknya yang pertama Ust Saepuddin, dari Ust Saepuddin diserahkan sepenuhnya kepada adiknya yang paling kecil Ust Cecep Suryana, berdasarkan amanat dari Ayahanda (Kh. Ahmad Zainal Muttaqien).

Ust Cecep Suryana mengemban amanat ayahnya untuk mengembangkan ajaran agama Islam. Maka pada tanggal 7 Januari 1999 M. mulai membangun asrama dan madrasah yang permanen. Hingga saat ini alhamdulillah sudah ada 2 bangunan permanen, asrama putra putri dan aula, dan hingga saat ini kegiaatan pendidikan keagamaan masih berjalan dan tambah maju.


Kalau dirunut berdasarkan sejarah pendirinya,  Ponpes “Miftahussa’adah”  berdiri sekitar Tahun 1939 M.


SILSILAH PENDIRI PONPES MIFTAHUSSA'ADAH
Makam Leluhur 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Komentar