SEJARAH
SINGKAT BERDIRINYA
PONDOK
PESANTREN
“MIFTAHUSSA’ADAH” SAMARANG BOBOKO
Keberadaan Ponpes Miftahussa’adah berawal dari kegiatan belajar
mengajar ilmu keagamaan (agama Islam), yang dirintis oleh seorang tokoh yang
bernama KH. Ahmad Zainal Muttaqien bin KH. Ashlah, bin KH. Ali Dikara. KH.
Ahmad Zainal Muttaqien lahir sekitar Tahun 1919 M. (berdasar data KTP) di
kampung Sirahsijugul desa Panjiwangi kecamatan Tarogong Kaler, kemudian pindah
ke kp Cisaat ds Tanjungkarya mengikuti ayahnya,,masa kecilnya belajar ngaji
kepada KH. Imam Arrozi (mama tanjung),, masa remaja ngaji dan sekolah di ponpes
Alkhairiyah dulu masuk wilayah wanaraja,, kemudian melanjutkan ke ponpes
Darul-Huda Curug, Ds. Simpangsari, kec. Cisurupan dibawah asuhan KH. Muhammad
Yahya.
Setelah pulang dari pondok KH. Ahmad Zainal Muttaqien kembali ke kp
Cisaat mendirikan masjid dan pondok,,santrinya sudah banyak sampai ratusan.
Waktu itu berlangsung ketika masa penjajahan Belanda,, Masjid dan pondok
dibakar oleh belanda, karena disangka penggerak perlawanan, beliau sempat
ditahan oleh belanda, tapi tidak lama kemudian dibebaskan. Setelah kemerdekaan
terjadi krisis politik di negeri ini, yaitu zaman DI TII yang dipimpin oleh
Karto Suwiryo, beliau sering dibujuk oleh DI supaya ikut, tapi beliau menolak,
akibat penolakannya beliau sering mendapat teror dari kelompok DI, akhirnya
beliau pindah ke kp Samarang Boboko Ds./Kec. Samarang, menikah dengan putri
tokoh Samarang Boboko KH. Umar Bakri, yaitu Ibu Millah.
Di Kp Samarang Boboko, KH. Ahmad Zainal Muttaqien diberi wewenang
oleh mertuanya untuk mengembangkan pendidikan keagamaan, di Samarang Boboko ada
dua masjid yang saju masjid Jami yang satunya lagi musholla, keduanya
peninggalan para tetua dari keturunan Ibu Millah. Karena penduduk makin banyak
akhirnya beliau memilih musholla untuk dikembangkan, yang tadinya masjid kecil
kemudian diperbesar, dan ditambah 4 kobong untuk anak santri. Kegiatan
keagamaan tambah maju, masjid jami yg dikelola oleh mertuanya tetap berjalan,
dan musholla yang ada kobongnya tambah ramai, santri yg ngaji selain dari penduduk
sekitar, ada juga dari luar desa. Masa itu masanya politik sdg memanas, DI TII
sering bertempur dengan Tentara Nasional, tapi pengajian tidak terpengaruh
tetap berjalan sampai beliau wafat hari jumat tanggal 18 Mei 1996 M. atau 29
Dzulhijjah 1416 H..
Sepeninggal beliau keagamaan diteruskan oleh anaknya yang pertama
Ust Saepuddin, dari Ust Saepuddin diserahkan sepenuhnya kepada adiknya yang
paling kecil Ust Cecep Suryana, berdasarkan amanat dari Ayahanda (Kh. Ahmad
Zainal Muttaqien).
Ust Cecep Suryana mengemban amanat ayahnya untuk mengembangkan
ajaran agama Islam. Maka pada tanggal 7 Januari 1999 M. mulai membangun asrama
dan madrasah yang permanen. Hingga saat ini alhamdulillah sudah ada 2 bangunan
permanen, asrama putra putri dan aula, dan hingga saat ini kegiaatan pendidikan
keagamaan masih berjalan dan tambah maju.
Kalau dirunut berdasarkan sejarah pendirinya, Ponpes “Miftahussa’adah” berdiri sekitar Tahun 1939 M.
SILSILAH PENDIRI PONPES MIFTAHUSSA'ADAH
Makam Leluhur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar