Minggu, 30 Oktober 2016

HIKMAH 97-106

97.“AT-THOYYU”
(melipat/menyingkat jarak/waktu)

٭ اَلطَّيُّ الحقِقيُّ اَنْ تطوٰى مساَفة ُ الدُّنْياَ عَنْكَ حَتَّى ترَىالاٰخِرَةَ اَقْرَبَ اِليكَ منكَ ٭
97. "Menyingkat/melipat jarak yang hakiki ialah jika engkau bisa menyikat jarak dunia ini, sehingga engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat kepadamu dari pada dirimu sendiri".


 Hikmah ke 97 ini menerangkan tentang at-thoyyu al-haqiqy, yang diberikan kepada para kekasih Alloh, dengan thoyyu al-haqiqy Alloh memulyakan para wali-wali-Nya. Bukan melipat jaraknya perjalanan di bumi (Indonesia- makkah bisa ditempuh hanya satu langkah atau kedipan mata,
Dan juga bukan menghabiskan masa siang malam dengan sholat dan puasa semata-mata. Karena itu semua bisa bercampur dengan sifat riya’ ujub dll.
  At-Toyyul haqiqyy itu diberikan pada orang-orang yang telah bersinar Nurul yaqin dalam hatinya, sehingga dia melihat dunia akan hilang dari pandangannya, dan melhat akhirat ada dekat didepannya. Orang yang seperti ini tidak mungkin akan mencintai dunia, karena dia tahu rusaknya dunia.
Dalam keterangan lain Ibnu 'Athoillah berkata:  Andaikata Nur keyakinan itu telah terbit terang di hati mu, pasti engkau dapat melihat akhirat lebih dekat kepadamu daripada engkau akan pergi kesana, dan pasti dapat melihat segala keindahan dunia ini diliputi suramnya kerusakan dan kehancuran yang akan menimpa kepadanya.

98. “HAKIKAT
PEMBERIAN DARI MAKHLUK”

٭ العَطَاء مِنَ الخَلقِ حِرْماَنٌ والمنْعُ من اللهِ اِحْسانٌ ٭
98. "Pemberian dari makhluk itu suatu kerugian(penghalang), dan
penolakan dari Alloh itu suatu pemberian kebaikan dan karunia".

 
Hikmah ini merupakan ucapan ahli tauhid yang sebenarnya. Orang yang
benar-benar bertauhid menganggap bahawa sekiranya mereka menerima pemberian
makhluk sedangkan hatinya tidak melihat bahawa pemberian itu sebenarnya dari
Alloh, maka dia menerima pemberian itu suatu kerugian.
Sedangkan penolakan Alloh atas permintaanmu itu hakikatnya suatu
pemberian dan anugerah dari Alloh, karena Alloh menempatkan kamu dipintu
Rahmat-Nya dan menyelamatkan kamu dari terhalang dengan-Nya.
     Ali bin Abi Tholib berkata: Jangan merasa
adanya yang memberinikmat kepadamu selain Alloh, Dan anggaplah segala nikmat
yang kamu terima dari selain Alloh sebagai kerugian. (yakni: diantara engkau
dengan Alloh tidak ada perantara, maka semua nikmat yang kamu terima
semata-mata dari Alloh, dan bila terjadi engkau merasa menerima nikmat dari
sesama manusia, maka itu sebagai kerugian bagimu.)
Seorang Hakim berkata: Menanggung
budi kebaikan dari manusia itu lebih berat dari pada sabar karena
kekurangan(ketiadaan).
 Pemberian dari Makhluk itu, pada umumnya menyebabkan terhijab dari
Alloh, sehingga tidak ingat pada alloh. dan merasa berhutang budi kepada sesama
manusia, dan inilah letak kerugian moril. sebaliknya penolakan dari Alloh yang
 menyebabkan kita ingat Alloh itu, berarti suatu karunia nikmat yang
besar dari Alloh.

99-101. “AMAL DAN BALASAN DARI ALLOH”

٭ جَلَّ رَبُّناَ اَنْ يُعاَملهُ العَبْدُ نَقْداً فَيُجاَزِيهُ  نَسِيْـءَـةً ٭
 99. "Maha agung Tuhan, jika seorang hamba beramal kontan (segera) dan di balas kemudian hari".

Pembalasan amal itu tidak khusus di akhirat saja, tapi kadang sebagian ada yang di wujudkan didunia,supaya mendorong semangatnya amal, dan sebagai tanda diterimanya amal.

٭ كَفىَ من جَزَاءهِ اِيَّاكَ علىَ الطاَّعةِ اَنْ رَضِيكَ لها اَهْلاً ٭

100."Cukuplah menjadi balasan Alloh atas ketaatanmu jika Alloh ridho menjadikan engkau ahli taat beribadah."

   Apabila tidak ada Ridho Alloh, pasti sifat manusia itu malas melakukan taat dan tidak memperhatikan ibadahnya.
Jadi apabila Alloh memberi kemudahan bisa melaksanakan ibadah, hakikatnya itu suatu pembalasan dan anugerah yang sangat besar yang ada di dunia.
Ingatlah! Kita itu mahluk yang hina, tidak berhak dan pantas mengabdi/hidmah kepada Raja diRaja (ALLOH), jadi kalau Alloh mendekatkan kita bisa mengabdi kepada-Nya, dan Alloh ridho kepada kita menjadi ahli hidmah, itu suatu nikmat yang sangat besar.
Taufiq dan hidayah dari Alloh yang diberikan kepada seorang hamba itu sebagai karunia yang sebesar-besarnya bagi seorang hamba, sebab dengan hidayah dan taufiq itulah seorang hamba dapat menerima nikmat dan bahagia dunia akhirat.


٭كفىَ العاَمِلِينَ جَزَاءً ماَهوَ فاَتِحُهُ على قلوبِهِمْ فِي طاَعَتِهِ وَماَ هُوَ مُورِدُهُ عليهِمْ من وُجُودِ موءَانَسَتِهِ ٭

101. “Cukuplah sebagai balasan dari Alloh pada orang-orang yang beramal,apa yang telah dibukakan Alloh dalam hati mereka dari kebiasaan melakukan taat dan apa yang di berikan Alloh pada mereka berupa kesenangan berdzikir kepuasan berkholwat,menyendiri dengan Alloh”.

Tidak ada nikmat didunia ini yang menyamai/menyerupai nikmat surga, kecuali nikmat yang dirasakan oleh ahli dzikir,dalam perasaan hati.


102. “BERIBADAH JANGAN MENGHARAP SESUATU SELAIN ALLOH”


٭ مَنْ عَبَدَهُ لِشىءٍ يَرْجُوهُ مِنْهُ اَوْلِيَدْفَعَ بِطاَعَتِهِ وُرودُ العُقُوبَتِ عَنْهُ فَماَ قَاَمَ بِحَقِّ اَوْصَافِهِ ٭
102. ”Barang siapa menyembah Alloh karena mengharap sesuatu, atau untuk menolak siksa atas dirinya, maka dia belum menunaikan kewajiban terhadap sifat-sifat Alloh”.

  Sebagai hamba Alloh kita wajib menghamba dan beribadah hanya kepadaNya, yang kita tuju juga hanya Alloh, bukan karena pahala surgaNya, atau atau siksa nerakaNya. ILAAHI ANTA MAQSHUUDII-WA-RIDHOOKA MATHLUUBII.
Alloh telah menurunkan wahyu pada Nabi Dawud as.: Sesungguhnya orang yang sangat aku kasihi ialah orang yang beribadah bukan karena upah pembeerianKu, tetapi semata-mata karena Aku yang berhak untuk disembah.
Dalam kitab zabur disebutkan: Dan siapakah yang lebih kejam dari orang yang menyembahku karena surge atau neraka, apakah seandainya Aku tidak membuat surge atau neraka, Aku tidak berhak untuk disembah..
 Nabi saw.bersabda: Janganlah berlaku sebagai seorang hamba yang busuk jika takut, lalu bekerja/beribadah. Dan jangan berbuat sebagai buruh
Yang busuk jika tidak di bayar tidak bekerja.
Sebab sebenarnya pemberian Alloh kepada hamba itu sudah lebih dari yang diharapkan yaitu hidupnya, nafasnya,panca indranyadan kesehatannya dan lain-lainnya.
Abu Hazim berkata: Saya malu menyembah Alloh karena pahala, seperti buruh yang busuk jika tidak di bayar tidak bekerja, atau menyembah karena takut siksa, seperti budak yang curang jika tidak takut siksa, tidak bekerja, tetapi saya menyembah Alloh karena cinta kepadaNya.
 Sufyan As-tsaury minta nasehat kepada Robi’ah Al-adawiyyah, maka Robi’ah berkata: Engkau seorang yang baik, andaikan engkau tidak cinta kepada dunia.

103-104.
“MEMAHAMI RAHASIA PEMBERIAN DAN PENOLAKAN ALLOH”

٭ مَتىَ اَعْطاَكَ اَشْهَدَكَ بِرَّهُ وَمتىَ مَنَعَكَ اَشْهَدَكَ قَهْرَهُ فَحُوَ فىِ كُلِّ ذٰلكَ مُتَعَرِّفٌ اِليكَ وَمُقَبِّلٌ لِوُجوُدِ لُطْفِهِ عليْكَ ٭

103. “Apabila Alloh memberi karunia kepadamu, maka Ia akan menunjukkan kepadamu karunia belas kasihNya, dan apabila Alloh menolak pemberianNya atasmu, maka Ia akan menunjukkan kepadamu kekuasaanNya, maka Ia dalam semua itu memperkenalkan diri kepadamu, dan mehadapkan kepadamu dengan kehalusan pemberian pemeliharaanNya kepadamu”.
 .
Kuwajiban bagi tiap hamba harus mengenal Tuhannya, dengan segala sifat-sifat kebesaranNya. Maka siapa yang tidak mau mengenal dengan sifat Mu’thi Wahhab (pemberi) maka ia harus mau mengenal dengan sifat
Mani’(menolak) Muntaqim(membalas) Qohhar(memaksa). Tetapi apabila telah mengenal hikmah Rahmat Alloh, maka terasa bahwa semua itu semata-mata karunia dari Alloh kepada hambaNya.
   Sufyan as-tsaury bertemu dengan Abu Habib Al-badry, dan member salam, Abu Habib bertanya: Engkaukah Sufyan astsaury yang terkenal itu? Jawabnya: benar, semoga Alloh memberkahi apa yang dikatakan orang-orang itu. Lalu Abu Habib berkata: Hai Sufyan, tidak ada suatu kebaikan melainkan berasal dari Tuhan. Jawab Sufyan, Benar. Ditanya lagi: mengapa kamu tidak suka bertemu pada siapa yang tidak ada kebaikan Kecuali padaNya. Hai Sufyan: Penolakan Alloh kepadamu itu berarti pemberian karuniaNya padamu, sebab ia tidak menolak karena bakhil atau tidak ada, hanya dia menolak permintaanmu karena kasihnya kepadamu. Hai Sufyan, Sesungguhnya aku masih suka duduk dengan engkau tetapi bersamamu itu ada kesibukan, kemudian Abu habib menuju kekambingnya dan membiarkan Sufyan Astsaury.

٭ اِنَّمَا يوُءَلِّمكَ المَنْعُ لِعَدَمِ فَهْمِكَ عَنِ اللهِ فيهِ ٭

104. “Sesungguhnya sebab terasa pedihnya penolakan Alloh kepadamu itu, karena engkau tidak mengerti hikmah rahmat Alloh dalam penolakan (tidak memberikan keinginan/harapanmu)itu”.

Sebagian dari tanda memahami penolakan (tidak mengabulkan do’a) dari Alloh yaitu:
1. Kita bisa memahami Bahwasannya Alloh menghendaki kita menghadap kepadaNya, selalu bergantung kepadaNya, dan tanda dikasihi Alloh, karena apabila Alloh mencintai hambanya maka hamba itu akan di jaga dari kesenangan dunia.
2. Kita bisa memahami Bahwasannya Alloh akan menapakkan kita kejalan orang-orang yang dekat dengan Alloh. Seperti kata Syeih al-Fudhail dalam munajatnya : Ya Tuhanku, Engkau memberi lapar padaku dan keluargaku, dan Engkau tidak memberi pakean pada ku dan keluargaku, yang itu semua biasanya diperuntukkan orang-orang pilihan, lalu kenapa aku bisa mendapatkan kedudukan yang seperti itu?.
3. Kita bisa memahami Bahwasannya dunia itu rusak, hina dan akan musnah, dan kita merasa senang dengan simpana untuk kita besok di akhirat.
   Dengan memahami itu semua akan membuka hati kita. Dan apabila hati kita telah terbuka maka kita bisa memahami bahwa penolakan dari Alloh itu lebih menyenangkan. Jadi Alloh tidak memberi itulah Hakikatnya pemberian Alloh.
  Tiada sempurna Iman dan keyakinan seseorang kepada Alloh sebelum ia memiliki dua sifat:
1.    Percaya penuh kepada Alloh, yakni bersandar dan berharap hanya kepada Alloh.
2.  Bersyukur kepada Alloh karena dihindarkan dari padanya apa yang di ujikan pada orang lain yaitu berupa kekayaan dunia.
Juga tidak sempurna iman keyakinan hamba sebelum ia mengerti bahwa pemberian Alloh sesuatu yang manfaat. Dan penolakan Alloh itu karena madhorot/bahaya.


105-106.


“JANGAN MENYOMBONGKAN AMALMU”

٭ رُبَّماَ فَتَحَ لكَ باَبَ الطَّاعةِ وَماَ فَتَحَ لكَ بَابَ القَبُولِ. وَرُبَّمَا قَضىَ عليكَ بالذ َّنْبِ فَكانَ سَبَباً فِي الوُصوُلِ ٭

105.”Terkadang Alloh membukakan untukmu pintu taat, tetapi belum dibukakan pintu kabul (penerimaan), Sebagaimana adakalanya ditaqdirkan engkau berbuat dosa, tetapi menjadi sebab Wusul (sampaimu) kepada Alloh”.

   Taat itu terkadang bibarengi dengan penyakit hati yang bisa menghilangkan ikhlas,seperti ujub(bangga dengan amalnya dll. Sedangkan dosa itu terkadang diikuti dengan merasa hina dirinya dan menganggap baik orang yang tidak melakukannya, dan menjadikan dia meminta ampun kepada Alloh sehingga menjadi sebab Alloh mengampuni dosanya, dan bisa wushul kepada Alloh.
Abu hurairoh ra. berkata: Bersabda Nabi saw. “Demi Alloh yang jiwaku ada di tanganNya, andaikan kamu tidak berbuat dosa, niscaya Alloh akan menyingkikan (mematikan)kamu, dan diganti dengan orang-orang yang berbuat dosa lalu minta ampun kepada Alloh, lalu di ampuni oleh Alloh.

٭ مَعْصِيَة ٌ اَورَثـْتَ ذُلاًّ واَفـْتِقَاراً خَيرٌ من طاَعةٍ اَوْرَثـْتَ عِزًّ واسْتِكباَراً ٭

106.”Maksiat (dosa) yang menjadikan rendah diri dan membutuhkan rahmat dari Alloh,itu lebih baik dari perbuatan taat yang membangkitkan rasa sombong, ujub dan merendahkan orang lain”.

   Merasa hina,rendah diri itu bagian dari sifatnya seorang hamba kepada Alloh. Syeikh Abu Madyan berkata: inkitsarun lil-‘aashi khoirun min wushuulil-muthii’I Perasaan rendah diri yang telah berbuat dosa, itu lebih baik dari kesombongan seorang yang taat.
 Ada kalanya seorang hamba berbuat kebaikan yang menimbulkan rasa ujub,sombong, sehingga menggugurkan amal yang di kerjakan sebelumnya. Dan ada kalanya seorang berbuat dosa yang menyedihkan hatinya, sehingga timbul rasa takut kepada Alloh, yang menyebabkan keselamatan pada dirinya.
As-sya’by meriwayatkan dari Al kholil bin Ayyud, bahwasanya seorang ‘abiid (ahli ibadah) Bani israil,ketika ia berjalan ia selalu dinaungi oleh awan, tiba-tiba ada seorang pelacur bani israil tergerak hatinya, ingin mendekat kepada si ‘Abid. Maka ketika pelacur itu mendekat pada si ‘abid, tiba-tiba si abid itu mengusirnya dengan berkata: pergi kau dari sini. Maka Alloh menurunkan wahyu kepada Nabi, bahwa Aku(Alloh) telah mengampuni dosa pelacur itu dan membatalkan amal aabid itu. Maka berpindahlah awan dari atas kepala aabid ke atas kepala pelacur itu.
Al-harits Al-muhasiby berkata: Alloh menghendaki supaya anggauta lahir ini sesuai dengan batinnya(hati), maka apabila sombong congkak seorang alim/aabid, sedangkan pelacur itu tawadhu’ merendahkan diri, maka ketika itu pelacur itu lebih taat kepada Alloh dari si aabid dan alim.
Ada pula kisah: seorang aabid bani israil sedang sujud, tiba-tiba kepalanya diinjak oleh orang,maka aabid itu berkata: angkat kakimu, Demi Alloh aku tidak akan mengmpunkan engkau. Maka alloh menjawab: Hai orang yang bersumpah atas namaKu, bahkan engkau tidak diampunkan karena kesombonganmu. Al Harits berkata: Dia bersumpah karena merasa diri besar disisi Alloh, maka kesombongan, ujub itulah yang tidak di ampuni Alloh.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Komentar